Beranda » Teror Pocong Kembar

Teror Pocong Kembar

Ada sebuah keluarga yang terdiri 4 orang yaitu Bapak, Ibu, dan 2 orang anak yang bernama Adi dan Putri, mereka berdua adalah kakak dan adik. Pada masa Covid-19 saat menjelang akhir bulan Ramadhan mereka memutuskan untuk mudik saat pandemi.

“Pak-Bu, nanti gimana kalo kita mudik”, ucap Adi.

“Iya nih, kan kita udah lama gak mudik”, balas Putri.

“Ya udah ya udah, besok kita mudik” jawab Bapak tersenyum.

Malam harinya mereka bersiap-siap untuk mudik esok pagi. Pada pagi harinya mereka memulai perjalannan dari Jakarta menuju Jawa Timur. Walaupun mereka harus memutar jalan karena banyak rute perjalanan yang ditutup, karena sedang ada pandemi. ketika mereka sudah sampai di sebuah desa tempat nenek Adi dan Putri tinggal, sesampainya di sana mereka disambut hangat oleh neneknya, namun ada seseorang yang bernama mbak Asih. Mbak Asih adalah orang yang menemani dan mengurus neneknya si Adi dan Putri.

“Assalamu’alaikum, nek”. ucap Adi dan Putri secara bersamaan.

“Waalaikum’salam” nenek memeluk kedua cucunya.

Lalu mereka masuk kedalam rumah karena waktu sudah menjelang Magrib. Kemudian Adi bertanya ke neneknya.

“Nek, musholah disebelah mana?, Adi mau sholat Magrib” ucap Adi, lalu sang nenek menjawab tapi agak sedikit aneh.

“Gak boleh ada yang keluar kalau sudah masuk waktu magrib,kamu sholat di rumah aja” ucap sang nenek dengan nada aneh. Lalu Adi mengiyakan perkataan si nenek.

Setelah sholat magrib Adi ikut berbuka puasa dengan keluarganya, setelah berbuka puasa mereka lalu sholat terawih di rumah dengan Adi sebagai imamnya.

Selesai sholat terawih Adi lalu ke kamarnya dan bermain hpnya untuk mengechat pacarnya, setelah selesai mengechat pacarnya Adi pun ingin segera tidur. Saat Adi hendak memejamkan matanya, ia mendengar seperti ada suara sayup-sayup yang memanggil namanya dari arah jendela.

“Adi…. Adi……. Adi…… ”

Adi berpikir mungkin itu suara bapaknya. Tak lama ia teringat perkataan neneknya itu, dengan rasa penasaran Adi perlahan berjalan ke arah jendela dan melihat keluar. Saat melihat keluar jendela, Ia terkejut dan ketakutan saat melihat sesosok pocong yang sedang berdiri tepat di hadapannya dengan muka hancur serta banyak belatung yang disertai bau anyir.

“Aaaaaaaaaa………!!!”. Adi lalu berteriak ketakutan dan melompat ke kasur.

Keluarga Adi yang sedang menonton tv pun kaget karena mendengar Adi berteriak. Dengan cepat Adi lari keluar kamar dan menemui keluarganya yang sedang nonton tv. Ia hanya terdiam ketakutan, seluruh tubuhnya bergidik, bulu kuduknya merinding. Dengan keadaan seperti itu tidak dapat menceritakan apapun kepada keluarganya. Adi mencoba mengatur nafasnya kembali, kemudian bapak menyuruh Putri untuk mengambil air minum di dapur untuk Adi yang tengah gemetar ketakutan.

“Put, cepat kamu ambilin air minum untuk kakak mu”. ucap bapak.

“Iya, Pak”. ucap Putri.

Saat Putri mengambil air minum di dapur. tiba-tiba…………..

“Aaaaaa……!!!!!!!!!!!”.

Putri berteriak dari arah dapur lalu sekeluarga menuju dapur untuk mengetahui apa yang terjadi. Sesampainya di dapur, keluarga Adi melihat Putri menutup mata dengan tangannya sambil menangis dan berjongkok. Lalu bapak pun menenangkan Si Putri. Saat sudah merasa tenang, Putri perlahan bercerita kepada keluarganya, saat Putri ingin mengambil air minum di dapur Putri mendengar suara orang yang sedang bersiul dari arah jendela. Karena rasa penasaran, Putri lalu mencari sumber suara tersebut, lalu saat Putri mengintip di jendela alangkah terkjutnya Putri melihat sesosok pocong dengan muka yang hancur dan bersimpah banyak darah dan belatung yang disertai bau amis dan anyir. Setelah bercerita, nenek berbicara kepada mbak Asih.

“Besok semua jendela harus dikasi kain” nenek berbicara serius kepada mbak Asih.

“OK, nek” ucap mbak Asih.

lalu mereka semua pergi ke kamar masing-masing mencoba tidur, karena mereka harus bangun untuk sahur.

Keesokan harinya Adi melihat neneknya dan mbak Asih sedang memotong ayam di depan pagar, tetapi yang anehnya darah ayam itu dimasukan ke dalam mangkuk, ayam yang dipotong bukannya dimasak namun dimasukan ke dalam plastik berwarna hitam lalu dibuang. Para tetangga pun datang dan bertanya kepada nenek.

“Semalem dateng kerumah nek?”, tanya para tetangga dengan penasaran

“Iya… mereka mengganggu kedua cucuku”, ucap nenek Adi.

Kemudian para tetangga pun bubar. Adi yang sejak tadi menguping pun diketahui oleh neneknya, lalu nenek pun menceritakan kisah yang sebenarnya terjadi, kemudian Putri ikut bergabung dalam perbincangan tersebut. Nenek bercerita kalau pada tahun 1973 lalu, ada anak kembar yang lumayan tampan namun terlahir cacat yang bernama Radu dan Radi. Radu terlahir tanpa jari kelingking di tangan kiri, sedangkan Rudi terlahir tanpa jari kaki. Kemudian saat mereka memasuki usia sekolah, di desa itu belum ada sekolah penampung disasibilitas. Jadi hanya ada sekolah umum untuk adik dari si Radu, yaitu Radi. Radi yang menyukai anak pak lurah yang terkenal sombong, namun saat menyatakan cintanya kepada anaknya, ia malah mendapat hinaan dari anak pak lurah. Radu yang mengetahui hal tersebut ingin membela adiknya, malah terkena imbas dihina juga. Karena mereka marah dan  kesal, mereka ingin melakukan balas dendam dengan menyantet anak pak lurah yang diajari oleh ayahnya sikembar. Akhirnya anak pak lurah pun meninggal dengan keadaan mengenaskan. tetapi Radu dan Radi pun meninggal dengan tragis karena dibunuh oleh pak lurah dan warga yang sudah mengetahui anaknya meninggal karena disantet oleh sikembar. Pada akhirnya arwah mereka meneror desa dan suka mencari tumbal, dan warga pun tidak ada yang berani keluar rumah saat waktu magrib sudah tiba.

Hari terakhir puasa pun tiba, pada malam hari terdengar suara gemar takbir dari rumah pak rt meskipun samar-samar. Saat itu Adi tidak bisa tidur, lalu Adi memutuskan untuk menonton tv. Saat menonton tv Adi mendengar ada yang memanggilnya dari arah luar jendela, ia mencoba mengintipnya dan melihat dua sosok pocong tengah berdiri di jalan. Adi segera mematikan tv dan pergi ke kamar neneknya dan mencoba tidur. Nenek yang sudah tahu ada yang tidak beres, membiarkan Adi tidur lelap disampingnya.

Bagikan Artikel Ini