Beranda » Menelusuri Jejak Kearifan Lokal Minangkabau dalam Film Surau dan Silek

Menelusuri Jejak Kearifan Lokal Minangkabau dalam Film Surau dan Silek

Identitas film:

Judul                : Surau dan Silek

Produser          : Dendy Reynando, dan Emil Bias

Sutradara         : Arief Malinmudo

Produksi          : Mahakarya Pictures

Sinopsis:

Seorang anak berumur 11 tahun, Bernama Adil yang merupakan seorang anak yatim dan sangat menginginkan ayah-nya masuk surga dengan cara dengan menjadi anak yang saleh. Bersamaan dengan itu Adil memiliki ambisi untuk memenangkan sebuah kompetisi silat di kampungnya. Ambisi ini diawali oleh kekalahan yang Adil alami pada kompetisi sebelumnya, Adil dikalahkan oleh Hadi dengan cara curang. Namun Hadi tidak mengakuinya dan mengakatakan Adil hanya mencari-cari alasan atas kekalahannya.

Adil memiliki dua orang sahabat yaitu Dayat dan Kurip, mereka bertiga merupakan teman seperguruan, mereka bertiga berupaya untuk membalas kekalahan pada pertandingan berikutnya yang akan dilaksanakan 6 bulan lagi. Namun pada saat mempersiapkan hal tersebut mereka ditinggalkan oleh guru silat mereka untuk merantau. Dalam usahanya untuk mecari guru silat tiga sekawan tersebut di bantu oleh Rani yang diam-diam mengagumi Adil. Setelah mereka menemukan guru silat, ternyata guru silat itu mengajarkan makna sebernanya dari ilmu bela diri tersebut.

Kearifan Lokal Masyarakat Minangkabau dalam film Silek dan Surau

Film Silek dan Surau menggunakan bahasa Minangkabau dalam setiap scenenya. Bahasa Minangkabau memiliki peran penting dalam mempertahankan dan menjaga warisan budaya yang sering digunakan dalam sastra lisan, tradisi lisan, dan komunikasi sehari-hari komunitas tersebut. Selain mengangkat tradisi bahasa dalam film ini juga mengangkat falsafah hidup Masyarakat Minangkabau, yang mana tradisi silek bukan hanya sekedar gerakan seni bela diri silek juga, erat kaitannya dengan cerminan nilai-nilai moral, dan spiritual. Dalam Latihan silek seringkali disertai dengan ajaran etika, kejujuran, dan rasa hormat terhadap lawan.

“Silek Minangkabau sebenarnya adalah bagian dari amar maruf, nahi mungkar. lahir silek mencari kawan, batin silek mencari Tuhan.” Menit 57:30

Budaya basilek erat kaitanya dengan budaya surau masyarakat Minangkabau, yang merujuk pada aspek-aspek kehidupan, dan kegiatan sosial. Sudah menjadi kebiasaan pemuda Minangkabau surau menjadi tempat untuk belajar banyak hal termasuk belajar silek. Film Surau dan Silek mengangkat kembali arti keberadaan surau dalam kehidupan masyarakat Minangkabau sebagai bagian dari budaya. Film ini juga mengingatkan falsafah silek tidak lepas dari nilai-nilai  keagamaan, dan moralitas.

Film Surau dan Silek tidak hanya mengangkat nilai-nilai keagamaan tapi juga mengangkat nilai kekeluargaan, dan sosial, yang mana nilai-nilai ini mulai terkikis seiring dengan terlupakannya fungsi surau sebagai tempat berkumpulnya pemuda-pemuda Minangkabau.

Bagikan Artikel Ini