Beranda » Tradisi Shawalan yang Meriahkan Kota Pekalongan

Tradisi Shawalan yang Meriahkan Kota Pekalongan

Shawalan merupakan tradisi bagi masyarakat kota Pekalongan, khususnya di wilayah Krapyak utara atau krapyak lor kota Pekalongan yang selalu diperingati setiap satu minggu setelah hari Raya Idul Fitri.

Bahkan Shawalan merupakan sesuatu yang sangat spesial dan selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat kota pekalongan khususnya warga lokal, pasalnya hari tersebut merupakan hari berkumpulnya ribuan bahkan ratusan masyarakat untuk bisa saling bersilatuhrahmi satu sama lain serta saling menikmati segala hidangan yang telah disuguhkan secara cuma-cuma alias gratis.

moment menarik dari acara tradisi ini yaitu adanya Lopis Raksasa yang berdiameter cukup besar dengan ukuran 2 x 1,5 meter yang berbobot mencapai 225 kg. Sebelum Lopis tersebut dipotong dan dibagi-bagikan kepada warga sekitar maupun turis lokal, Lopis terlebih dahulu akan di do’akan bersama masyarakat maupun pengunjung lainnya.

Setelah acara do’a bersama biasanya para masyarakat akan berebut untuk mendapatkan Lopis tersebut dengan maksud untuk mendapat keberkahan.

Maksud pembuatan Lopis Raksasa tersebut yaitu dengan tujuan untuk mempererat tali silatuhrahim antar masyarakat sekitar dan juga masyarakat Krapyak, yang diidentikkan oleh sifat Lopis yang lengket.

Selain itu masyarakat setempat biasanya menyuguhkan berbagai macam makanan ringan serta minuman secara cuma-cuma untuk para pengunjung. Bakhan jumlah para pengunjung yang berasal dari seluruh kota pekalongan maupun daerah lainnya yang bisa mencapai ribuan bahkan ratusan orang, hal ini karena masyarakat maupun turis lokal ingin menyaksikan Lopis Raksasa.

Biasanya setelah acara pembagian Lopis Raksasa telah usai, para pengunjung akan langsung pergi ke tempat obyek wisata seperti Pantai Slamaran sekadar menikmati kesegaran udara pantai maupun meikmati hiburan gratis yang sudah dipersiapkan oleh masyarakat sekitar.

Menurut sejarah orang yang pertama kali melopori tradisi ini adalah KH Abdullah sirodj, yaitu seorang ulama Krapyak yang masih keturunan langsung dari Bahurekso seorang senopati mataram.

Mengapa KH Abdull Sirodj memilih Lopis sebagai makanan yang di sajikan dalam tradisi shawalan di krapyak? Sebab lopis terbuat dari beras ketan yang mempunyai daya rekat yang sangat kuat dari rekatan itulah di simbolkan sebagai persatuan. Proses memasaknya pun cukup memakan waktu yaitu hingga 4-5 hari, dengan menggunakan dandang berukuran super besar, bahkan untuk memindahkannya pun di haruskan menggunakan katrol. Meski konon tradisi ini sudah ada sejak tahun 1885, namun tradisi ini di jalankan secara besar-besaran pada tahun 1950 hingga saat ini.

Bagikan Artikel Ini