Beranda » Kekurangan Pementasan Teater di Era Milenial

Kekurangan Pementasan Teater di Era Milenial

Era milenial, merupakan era yang di mana setiap orang menggunakan teknologi (media sosial) untuk mencari kesenangan mereka, terutama dalam seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan merupakan sebuah bentuk ekspresi suatu karya penulis yang di pertunjukkan atau dimainkan oleh seorang aktor. Di era milenial ini seni pertunjukkan begitu banyak diminati oleh setiap orang, baik itu dari golongan muda atau tua, contohnya seperti pertunjukkan film-film di bioskop dan sinetron-sinetron yang berada di beberapa stasiun televisi, lalu bagaimana dengan pertunjukkan teater?

Teater merupakan seni pertunjukkan yang telah lahir sejak zaman yunani hingga saat ini, teater adalah suatu pertunjukkan yang dimainkan oleh beberapa aktor secara langsung yang disaksikan secara langsung juga. Menurut Moulton teater adalah kisah hidup yang digambarkan dalam bentuk adegan atau gerakan. Naskah dalam teater hanya berisi sebuah dialog-dialog yang membangun sebuah alur ceritanya, maka dari itu sepanjang pertunjukkan teater hanya banyak berisikan dialog-dialog antar pemain yang dipadukan dengan aksi mereka. Busana, pencahayaan, dan pengaturan panggung menjadi bagian terpenting dalam pertunjukkan teater, hal ini agar memunculkan unsur estetika antara naskah dan pertunjukkannya.

Teater memiliki 2 jenis kategori, yang pertama adalah realis sebuah pertunjukkan yang menampilkan kehidupan yang nyata dan masuk akal (logis) dalam menyampaikan pesan-pesan amanat baik itu tersurat maupun tersirat, yang kedua adalah syur realis sebuah pertunjukkan yang menampilkan kehidupan yang tidak masuk akal atau bisa dikatakan adalah imajinasi dari si penulis, tujuannya tetap sama yaitu menyampaikan sebuah amanat baik itu tersurat maupun tersirat. Saya memiliki beberapa opini kurangnya pementasan teater yang bisa menyebabkan kurang diminati oleh penonton di era Milenial yaitu:

  1. Aktor

Dalam sebuah teater aktor menjadi bagian terpenting untuk menjalankan sebuah cerita, maka dari itu mereka harus menguasai dari segi teks dialog, pendalaman peran dari tokoh yaitu emosi dan gerak tubuh dalam naskah tersebut. Hal ini dikarenakan teater bersifat pertunjukkan langsung yang memungkinkan jika terjadinya kesalahan-kesalahan oleh sebuah aktor dapat membuat penonton terasa kurang puas dan bosan.

  1. panggung

Dalam pertunjukkan teater setting panggung atau alat-alat  menjadi bagian penting dalam drama, di mana isi teks dengan settingan panggung harus selaras atau sama, dan juga harus sesuai dengan settingan zaman atau waktu yang berada dalam teks drama. Semisal jika drama itu menayangkan sebuah cerita pada zaman Megatron saat sedang berburu, maka diharuskan menggunakan alat tombak atau batu, bukan dengan menggunakan senapan mesin. Kejadian-kejadian itu akan terlihat dari segi logis pementasan tersebut dengan settingan dalam teks nya.

  1. pencahayaan dan backsound suara

Dalam pertunjukkan teater, cahaya dan backsound suara menjadi bagian penting dalam sebuah alur cerita. Dengan menggunakan cahaya dan backsound dapat mengarahkan kita adegan apa yang sedang terjadi. Cahaya dapat mefokuskan pada sebuah adegan dari aktor yang sedang beraksi, biasanya ketika sedang berdialog. Backsound dapat menggambarkan suasana yang sedang terjadi pada adegan tersebut apakah suasananya sedih, gembira, atau menegangkan.

Setelah pemaparan hipotesis di atas, terlihat beberapa faktor kurang minatnya penonton dalam teater drama, apalagi di era milenial sekarang individu lebih suka menyaksikan film yang terdapat aksi cinematography, dari pada teater yang hanya berisi dialog saja. Tentu saja setiap penonton teater pasti menyimpulkan pementasan teater yang berbeda-beda, apakah pertunjukan teater itu bagus atau tidak.

Bagikan Artikel Ini