Beranda » Meneliti Naskah Drama Lawan Catur karya Kenneth Arthur: Kajian Jacques Derrida

Meneliti Naskah Drama Lawan Catur karya Kenneth Arthur: Kajian Jacques Derrida

Perkembangan drama juga melingkupi beberapa aspek yang sangat dominan seperti drama tradisional dan drama modern. Makna dipandang sebagai panduan yang menciptakan suatu teks agar tidak menjadi rumit. Namun, dalam hal ini pada umumnya terjadi kesulitan dalam membaca sebuah teks maupun dialog yang sudah dibuat.
Terkait hal tersebut, pengembangan yang dilakukan dalam sebuah menulis teks juga harus diperhatikan seperti penggunaan ejaan tanda baca, dan tanda petik. Drama juga sebagai bentuk dan mengandung arti penting menganut persamaan dengan mengolah kata.
Moralitas sendiri merupakan bentuk acuan dari beberapa sumber yang mengakibatkan sebuah makna. Oleh karena itu, dalam pembahasan terkait beberapa makna yang hilang atau menciptakan sesuatu yang dianggap tidak ada dan ada unsur satu makna yang tidak bisa dijelaskan. Berdasarkan hasil yang saya temukan yang diperoleh data terkait bentuk moralitas pada naskah drama Lawan Catur karya Kenneth Arthur sebagai berikut.
1. Dekonstruksi Moral dari Hubungan Manusia dengan Tuhan
Hubungan moral tersebut sebagai bentuk rasa syukur serta nikmat yang telah diberikan pada perspektif yang memberikan ujaran pembentukan fakta yang mendukung. Bahwa, moral yang terjadi sebagai pencipta karangan yang sudah membentuk akal pikiran dengan makna yang dapat diartikan sebagai nilai kehidupan bermasyarakat.
2. Tidak Mensyukuri Nikmat Tuhan
Keadaan yang terkadang tak menentu membuat kita lupa untuk bersyukur kepada Allah SWT. Pada hakikatnya, selalu didasarkan atas pada pengakuan diri bahwa segala kenikmatan yang baik pada diri kita yang membentuk ataupun semua makhluk ciptaannya. Nikmat yang didapat pada sebuah makna yang hilang terdapat sejumlah arti penting yang secara tidak sadar dapat menimbulkan banyak perkataan yang sulit dimengerti.Umumnya, yang telah dikembangkan oleh beberapa teori yang sudah masuk data dan kemudian diolah kembali dalam bentuk penalaran. Perkembangan yang sulit dikembangkan sebagai dekonstruksi dan melepas semua yang telah dipaparkan kembali sebelumnya dan berbagi saling memanfaatkan nilai rasa syukur nikmat.
3. Moral dalam Hubungan Manusia dengan Masyarakat
Pentingnya nilai moral pada kehidupan manusia sangat berpengaruh terhadap aspek yang terkandung dalam persoalan secara mendalam. Hal ini perkuat argumentasi perspektif Derrida, bahwa sudah jelas dengan unsur berdirinya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Barangkali, masyarakat terbiasa karena adanya manusia yang meninggalkan bekas sifat keindahan dalam hubungan yang melekat.
4. Tidak Sopan Terhadap Orang Lain
Kesopanan adalah bentuk rasa hormat yang dimiliki oleh setiap manusia. Oleh karena itu, harus menghargai terhadap sesama dan saling mencintai berbagai bentuk kesopanan yang dinilai sebagai suatu apresiasi. Tuturan kata dengan sikap yang hormat terhadap orang tua dan meliputi bahasa, kelakuan, dan adat istiadat yang berlaku.
5. Moral dilihat dari Hubungan dengan dirinya Sendiri
Dalam hal ini membuktikan bahwa moralitas selanjutnya pada tokoh utama. Tokoh utama tersebut memiliki beberapa sifat yang maju, sombong, dan berwibawa tinggi. Tercatat bahwa, karakter yang dibawakan oleh tokoh utama pada naskah drama tersebut di setiap adegan atau babak selalu menimbulkan konflik yang selalu bertentangan pada lawan bicaranya.
6. Kesombongan
Sombong adalah sifat buruk terhadap sebagian orang perlakuan dialaminya. Kesombongan tersebut terbentuk ketika seseorang yang telah menyelesaikan suatu pekerjaan, baik itu berupa tugas, sebuah karya, dan lain sebagainya. Kesombongan adalah letak sebagai candaan serta tidak santun terhadap lawan bicaranya serta dianggap kurang efektif dalam melakukan sebuah percakapan kecil yang secara teratur.
Kesimpulan yang saya ambil dalam naskah tersebut menggambarkan pentingnya arti makna dalam sebuah naskah yang dibuat. Oleh karena itu, makna disini berperan penting dalam bentuk asli teks yang secara umum bersifat empiris. Naskah ini, saya pikir cocok cocok dengan menggunakan perspektif Jacques Derrida. Beliau adalah salah tokoh besar yang memperdalam makna sebenarnya.
Bagikan Artikel Ini