Beranda » Perempuan Menjadi Tulang Punggung Keluarga

Perempuan Menjadi Tulang Punggung Keluarga

Dalam kehidupan setiap manusia yang berkeluarga itu memiliki peran yang berbeda-beda baik itu perempuan maupun laki-laki. Setiap gender mempunyai fungsinya masing-masing. Namun berhubungan dengan peran ini dianggap hanya batas sebuah tanggung jawab yang sudah menjadi kewajiban.
Namun, pada dasarnya laki-laki itu sudah menjadi ciri khasnya dengan penanggung jawab dalam kelurga dan sebagai pemimpin kepala keluarga. Namun, tanpa kita sadari perempuan pun bisa menjadi penanggung jawab keluarga atau bisa di bilang tulang punggung keluarga dengan di sebabkan beberapa hal.
Menurut saya, di perbolehkan seorang perempuan menjadi tulang punggung keluarga dengan alasan menginginkan dan membantu keluarga dengan mengurangi beban keluarga tersebut, Perempuan untuk menjadi tulang puggung keluarga tidak memandang usia, Dengan adanya perempuan di perbolehkan menjadi tulang punggung keluarga yang ada di pikiran kita hanya menjacari uang untuk menghidupkan kelurga.
Alasan pertama perempuan menjadi tulang punggung keluarga yaitu di karenakan suami yang sudah meninggal sudah menjadi faktor yang sering terjadi di kalangan masyarakat. Alasan yang kedua adalah menjadi tulang punggung keluarga yaitu yang sudah bercerai dari suami. Terlebih kasus perceraian ini menut saya meskipun keduanya sudah berpisah mereka tetep kompak dan menyampaikan egonya dengan alasan adanya seorang anak dari suaminya tetep memberikan nafkah untuk anaknya.
Ada juga ketika mereka berpisah dengan alasan masing-masing secara otomatis istri menggantikan peran sebagai seorang istri atau ibu bagi anaknya. Dan alasan yang ketiga adalah menjadi tulang punggung keluarga yaitu seorang anak perempuan yang sudah ditinggalkan oleh orangtuanya meninggal dunia sehingga anak perempuan tersebut yang menggantikan posisi orangtuanya tersebut. Dan alasan yang terakhir menjadi tulang punggung keluarga adalah di karenakan suami yang mulai males bekerja sehingga secara otomatis seorang istri yang harus menggantikan peran sebagai suami untuk mejadi tulang punggu keluarga.
Dari beberapa alasan di atas, saya berpikir bahwa seorang perempuan mampu menjadi tulang punggung kelurga untuk menggantikan seorang laki-laki, terlebih khususnya bagi anak perempuan yang sudah di tinggalkan oleh orang tuanya meninggal dunia atau menjadi anak pertama di dalam keluarganya di mana ia harus mempu membangun rumah tanpa adanya bantuan dari orangtua tersebut.
Ia merasa situasi dan keadaan tiap orang berbeda satu sama lain, ada yang terlahir serba berkecukupan dan bisa menikmati banyak hal dengan mudah tanpa harus bekerja keras ada juga yang harus bekerja lebih keras karena harus memenuhi kebutuhan keluarga. Bagi yang harus memenuhi kebutuhan keluarga dan menjadi tulang punggung keluarga jelas tidak mudah untuk menghadapi berbagai tekanan yang ada menjadi perempuan pencari nafkah utama di keluarga kita harus menghadapi banyak tekanan cibiran meskipun begitu kita punya sejumlah kelebihan dan kehebatan sendiri.
Maka dari itu membuat perempuan muda tersebut tidak mengenal lelah untuk mencari nafkah karena hidup itu pilihan kalau tidak suka dengan suatu keadaan ubahlah keadaan itu, jika tidak bisa diubah keluarlah dari keadaan itu jangan mau menjadi beban orang lain jangan mau menjadi sapi perah, biasanya orang yang suka membebani tidak akan berhenti begitu saja, karen itu akan berjalan yang akan berkelanjutan sampai seumur hidup.
Pada satu tahun lalu bapak presiden Joko Widodo mengadakan PSBB (Pembatasan Sosial Berkala Besar) dimana masa saat itu, DKI jakarta yang pertama mengadakan PSBB. Sehingga para masyarakat merasa kesulitan untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarganya terutama bagi para perempuan tulang punggung keluarga, akan tetapi menjadi tulang punggung keluarga tidak boleh mengenal yang namanya menyerah. Pada saat pandemi banyak perusahaan yang melalukan restrukturisasi karyawan yang lama saat itu banyak karyawan banyak di PHK.
Kemandirian adalah merupakan sikap atau prilaku individu yang ingin membuat bebas tanpa adanya terkait aturan untuk melalukan sebuah keinginan pada diri sendiri untuk memenuhi suatu kebutuhan, atau meraih prentasi dengan penuh ketekanan, mampu melakukan suatau pekerjaan tanpa meminta bantuan kepada orang lain, mampu berfikir dan bertindak secara rasional, namun berfikir secara kreatif dan memuliki inisiatif dan memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan sediri dan dapat diandalkan banyak orang.
Berdasarkan data yang saya temukan, yang pertama pemuda miskin yang masih dalam pertumbuhan telah menjadi tulang punggung keluarga. Badan pusat statistik (BPS) melaporkan mencapai 11,21% pemuda merupakan menjadi kepala rumah tangga pada tahun 2021. Di dalam undang-undang No. 40 tahun 2009 adalah warga negara indonesia yang berusia 16-30tahun. Dalam usia ini merupakan pariode penting dalam pertumbuhan dan perkembangan. Dilihat dari jenis kelamin, 2,23% merupakan perempuan. Status ekonomi, pemuda kepala rumah tangga yang memiliki status ekonomi 20% teratas sebesar 17,92% sementara 40% menengah sebanyak 10,44% dan 40% terbawah sebanyak 7,99%.
Berdasarkan data yang saya temukan di berbagai sumber, di beberapa daarah di Indonesia meningkat secara signifikan tepatnya pada tahun lalu, dari masalah-masalah tadi banyak perempuan yang harus mencari nafkah sendiri.
Ada juga wawancara saya dengan narasumber, A.S dia adalah seorang perempuan muda menjadi tulang punggu kelurga dengan alasan menjadi anak pertama dari 3 bersodara dengan keadaan orangtuanya sudah meninggal yang dimana dia harus menjdi tukang tulang punggu kelurga. Ia bekerja keluar kota dan meninggalkan ade-adenya yang ia titipkan kepada nenek dari almarhum ibunya, selain ia menjadi anak yatim piatu ia juga menjadi tulang punggung keluarga.
Yang terakhir narasumber saya bernama S.I dia adalah seorang perempuan muda menjadi tulang punggung keluarga dengan alasan menjadi anak tunggal dikeluarganya yang dimana dia merasa selain dia sendiri siapa lagi yang akan menaikan drajar orang tuanya. Ia bekerja di luar negri untuk memenuhi kebutukan kelurga.
Dari hasil wawancara saya dengan dua narasumber, saya bisa membuat sebuah opini yang mana ketika menghadapi itu bersama-sama kan ketika ada masalah selesaikan dengan kepala dingin dan menjadi anak perempuan itu tidak lah mudah terlebih beratnya menjadi perempuan tulang punggung keluarga. Menurut saya setuju-setuju aja jika perempuan menghasilkan uang sendiri dengan alesan ingin mengurangi beban orangtua atau mengagntikan posisi sebagai orangtua.
Dengan melihatnya berbagai masalah yang dihadapi narasumber saya memberikan gambaran tidak hanya laki-laki saja yang harus menjadi tulang punggung keluarga, perempuan pun bisa menjadi tulang punggu keluarga dan jangan pernah menyerah dalam mencari nafkah untuk kehidup kita terlebih pentingnya yang sudah di tinggal orang tuanya meninggal dunia.
Bagikan Artikel Ini