Beranda » Mengulik Posisi Semar Sebagai Dewa Kamangnusan untuk Menjadi Wanita Berkualitas

Mengulik Posisi Semar Sebagai Dewa Kamangnusan untuk Menjadi Wanita Berkualitas

Oleh Aufa Nur Afidah, Mahasiswa Universitas Pamulang Program Studi Sastra Indonesia

Jika bicara tentang wanita, pasti yang terlintas di benak kalian wanita itu makhluk moody-an, menganggap dirinya selalu benar, banyak mau, cerewet, ribet, suka make-up, suka belanja, banyak talenta, dan masih banyak lagi. Wanita diciptakan dengan cirinya masing-masing dan dengan keunikan masing-masing. Hal identik dari wanita itu sendiri yaitu memiliki hati yang lembut dan sensitif, karena memang hakikatnya wanita selalu mengutamakan perasaan daripada logika. Oleh karena itu, wanita adalah perasa yang baik.

Pada setiap bidang kehidupan, tentu tidak pernah terlepas dari peran seorang wanita. Siapa yang tidak kenal R.A Kartini salah satu tokoh wanita bersejarah di Indonesia, ia yang memperjuangkan emansipasi wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi, persamaan mendapatkan pendidikan dan pengajaran, serta persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Semasa hidupnya R.A Kartini tidak pernah membangkang, ia rela berkorban dan meredam ego untuk tetap patuh terhadap orang tuanya. Disamping itu ia juga tetap berusaha untuk menggapai cita-citanya. Menghormati orang lain berarti kita bisa menghargai mereka. Rela berkorban juga berarti kita lebih mementingkan kepentingan bersama dibanding pribadi. Sepenggal kisah R.A Kartini tersebut mengajarkan kita bahwa wanita yang berkualitas itu tidak hanya dilihat dari fisik dan penampilannya saja tetapi dilihat dari bagaimana ia menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki value yang baik.

Value itu apa sih? kok wanita harus punya value? seberapa penting value untuk wanita? mari kita bahas. Value adalah sebuah nilai atau kepercayaan yang dianut dalam hidup sehari-hari. Nilai-nilai tersebutlah yang akan menuntun para wanita dalam bersikap. Tidak hanya kehidupan sehari-hari, nilai-nilai ini pun menentukan cara wanita berinteraksi, cara wanita bertindak, dan cara memperlakukan orang lain. Untuk menjadi Wanita yang berkualitas setiap wanita harus memiliki value, karena kulitasnya seorang wanita terdapat pada value yang ada dalam dirinya.

Berkembangnya budaya di Indonesia menjadikan kaum wanita berlomba-lomba untuk tampil cantik dan menarik. Mengikuti trend-trend baru yang sedang viral, berdandan cantik dengan make up elegant, menggunakan outfit kekinian, dan lain sebagainya. Contoh nyata saat ini, ada wanita yang mengumbar auratnya di media sosial untuk mendapatkan like dan viewers yang banyak. Bahkan lebih parahnya seorang wanita rela menghilangkan harga dirinya untuk mendapatkan cinta laki-laki yang ia mau. Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian di luar sana yang membuat wanita lupa akan kualitas dirinya.

Melihat fenomena masalah wanita yang terjadi di masyarakat, saya berpikir bahwa sebenarnya setiap wanita memiliki valuenya masing-masing, hanya saja mereka tidak mengerti seberapa penting value tersebut. Dalam dunia perwayangan di Indonesia kita mengenal tokoh Semar. Dalam wayang, Semar dijuluki sebagai Badranaya. Badra berarti rembulan, naya artinya wajah atau nayantaka, sedangkan taka berarti pucat. Hal ini menunjukkan Semar digambarkan sebagai sosok yang berwatak rembulan, wajahnya yang pucat diekspresikan sebagai pribadi yang tidak mengumbar nafsu. Jika kita mengetahui dunia pewayangan, pasti tidak asing dengan tokoh yang banyak mengajarkan ajaran bermanfaat bagi kehidupan.

Dalam dunia perwayangan semar memiliki dua posisi yaitu sebagai Dewa Kamanungsan dan Dewa Ponokawan. Menurut saya salah satu arti dari posisi ini dapat dijadikan pembelajaran bagi kaum wanita tentang bagaimana menjadi wanita yang berkualitas. Dewa Kamanungsan artinya Dewa yang “bercitra rasa” manusia (Dewa yang memanusiakan). Meski sebagai Dewa, tokoh Semar lebih nyaman dalam identitasnya sebagai rakyat biasa, bukan hanya sebutan di mulut saja, tetapi beserta pengejawantahannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjauhi kemewahan, berpakaian seadanya, dan perilaku yang halus dan santun.

Dalam hal ini saya tidak mengajarkan wanita untuk menjadi seorang Dewa. Tentunya point terpenting yang ingin ditonjolkan disini adalah sosok Semar yang mengidentitaskan posisinya hanya sebagai rakyat biasa, meskipun posisinya sendiri adalah sebagai seorang Dewa. Value dari seorang tokoh Semar terlihat dari perilakunya yang halus dan santun. Tanpa harus berpakaian seperti dewa, tanpa harus hidup mewah tokoh Semar sudah mendapatkan posisi itu. Hal tersebut dikarenakan Semar memiliki Value yang berkualitas dalam dirinya sehingga ia diposisikan sebagai Dewa.

Belajar dari tokoh Semar, dapat kita pahami bahwa yang perlu kita miliki sebagai wanita adalah value. Setiap wanita perlu menginterpretasikan dirinya bukan hanya sebagai wanita yang wajahnya cantik molek, akan tetapi seseorang juga perlu memiliki inner beauty. Seperti yang dikatakan oleh Meutia Hatta tokoh perempuan Indonesia, kecantikan dari seseorang akan terpancar melalui hal yang ia lakukan, bukan hanya penampilan fisik saja. Artinya, seorang wanita juga memerlukan kecantikan hati, value diri, dan kualitasnya. Tidak perlu berlomba-lomba untuk terlihat cantik dan menarik, tidak perlu menghilangkan harga diri untuk selalu dilihat, tidak perlu hidup mewah dan berpakaian bagus untuk disukai. Cukup jadi wanita yang sederhana namun berkulitas. Yaitu berkualitas hatinya, akhlaknya, dan perilakunya.

Posisi Dewa Kamangnusan yang tercermin dalam tokoh Semar, secara terus-menerus tanpa disadari terserap, diresapi, dan dijadikan panduan bersikap dan bertindak untuk kita kaum wanita. Semar dapat menjadi prersonifikasi hakikat guru sejati yang sejalan dengan konsep manunggaling kawula gusti. Iulah sebabnya Semar dan tokoh Punakawan lainnya diceritakan sebagai pamomong para ksatria seperti dalam kisah Mahabarata dan Ramayana. Guru sejati dalam konteks ini adalah pengendali seseorang agar tetap berada di jalan yang benar.

Bagikan Artikel Ini