Beranda » Pacaran dengan Makhluk Halus

Pacaran dengan Makhluk Halus

“Ada hantu di sekolah yang menyamar jadi murid.”

Ekspresi kaget seketika muncul di wajah sepasang kekasih Rainey Keysa dan Ozzy Niven yang sedang berjalan menuju kelas. Berita tentang seorang hantu yang menyamar menjadi murid menggemparkan seantero sekolah pagi ini. Entah siapa yang menyebarkan berita tersebut. Siswa dan siswi SMA Mentari kini berbondong-bondong mencari siapakah hantu yang menyamar menjadi murid itu.

Ney dan Niven duduk berhadapan di kantin sembari terus mengamati sekeliling mereka yang sedang menggosipi berita hantu itu. Riuh suara murid membuat Niven sedikit tidak nyaman. Niven memang anak yang tidak suka keramaian, jadi wajar saja jika ia sedikit risih. Ney yang menyadari itu pun menggenggam tangan Niven dan tersenyum.

“Ada-ada saja beritanya,” ucap Ney.

“Hahaha iya, mana ada hantu menyamar jadi murid,” sahut Niven.

Bel pulang sekolah berbunyi.  Beberapa murid berhamburan keluar area sekolah. Namun ada beberapa siswa juga yang masih di area sekolah karena urusannya masing-masing. Seperti Ney dan Niven yang baru saja sampai di perpustakaan untuk mengerjakan tugas.

“Eh kan hantu takut garam, bagaimana kalau seisi sekolah ditaburi garam?” ucap seorang siswa.

“Ide bagus, besok kita berangkat pagi-pagi buat menabur garam,” sanggah temannya.

“Eh Ney, Niven, bantu share ke grup kelas ya besok menyebar garam.”

“Buat apa sih?” timpal Ney malas.

“Cari tahu hantunya lah, lo gak mau hantunya ketahuan?”

“Biarin lah, gak ngerugiin juga.”

“Kok lo begitu, jangan-jangan lo tahu siapa hantunya? Atau malah lo sendiri.”

“Hehhh ngasal, gua seratus persen manusia, gak ada keturunan alam lain.”

“Ya kali saja.”

Pagi harinya, seluruh murid SMA Mentari menabur garam di sekeliling kelasnya. Ney menggeleng pelan melihat kelakuan murid-murid SMA Mentari. Ia menghembuskan napas pelan dan duduk dibangkunya. Ney menopang dagunya. tak lama, pacarnya masuk kelas dengan senyum merekah. Ney Melambaikan tangannya dan dibalas oleh Niven. Tugas fisika sudah dikerjakan kan, tanyanya. Setiap paginya memang hanya tugas yang Niven tanyakan. jika tidak ada tugas pasti bertanya menu sarapan.

“Deon kenapa gak berangkat?” tanya si ketua kelas.

Ketua kelas saja ikut-ikutan, pikir Ney. Sebenarnya Ney sedikit heran dengan mereka yang terobsesi untuk mencari hantu. Memangnya apa untungnya setelah si hantu ditangkap? Mereka akan menjadi pintar? Lebih baik belajar bukan? Sebentar lagi ujian akhir semester dilaksanakan, dan bagaimana bisa mereka justru fokus mencari hantu?

“Tanpa keterangan,” sahut si sekretaris.

“Jangan-jangan….”

“Patut dicurigai, besok kalau dia belum berangkat kita cari,” ujar ketua.

Deon Garg siswa yang dicurigai oleh teman sekelasnya. Dia sangat dingin, jarang omong, dan sangat misterius. Beberapa teman sekelasnya pun segan dengannya, bahkan hanya untuk sekedar menyapa.

Hari kedua murid SMA Mentari kembali menabur garam di sekeliling sekolah. Deon Garg belum menampakan batang hidungnya. Para murid semakin curiga dengannya. Siapa sebenarnya sosok dibalik Deon Garg siswa paling dingin seantero sekolah? Apakah memang benar dia adalah sosok hantu tersebut atau justru ada orang lain?

Terhitung sudah satu minggu siswa-siswi SMA Mentari menabur garam. Lantai-lantai kelas maupun koridor kini menjadi lengket. Bau asin juga sangat menusuk. Beberapa guru mengomeli murid-muridnya karena suasana yang tidak menyenangkan ini. Namun, sayangnya sang murid akan membantah dan berkata demi ditangkapnya hantu. Tukang kebun juga sudah beberapa kali mengepel lantai namun setelah itu tetap ditaburi garam oleh siswa-siswi.

Satu minggu murid SMA Mentari menabur garam, satu minggu juga Deon tidak terlihat di sekolah. Teman sekelasnya semakin heran dengannya. Esoknya murid SMA Mentari berencana untuk tidak menabur garam.

Benar saja. Setelah satu minggu tak menunjukkan batang hidungnya, hari ini Deon Garg datang ke sekolah. Ia dengan santai berjalan masuk kelas dan duduk. Tatapan teman sekelasnya sudah pasti sangat mengintimidasi.

“Kemana saja seminggu tanpa keterangan? Takut garam?” tanya si ketua.

“Maksudnya?” sahut Deon tidak mengerti.

“Sudahlah mengaku saja kamu hantunya kan?” geram si ketua.

“Bagaimana kalian bisa menuduhku seperti itu, sedangkan aku seminggu ini selalu terkena musibah?”

“Musibah?” tanya Ney penasaran.

“Ya, aku selalu tersesat ketika akan berangkat sekolah. Padahal jalan yang ku lewati benar,” jelas Deon.

“Apa maksudnya? Jadi kamu bukan hantunya?”

“Bukan, dan kejadian yang aku alami yang disebabkan oleh si hantu itu.”

“Kau tahu hantunya?”

“Niven,” ucap Deon sembari menatap Niven.

“Jangan asal menuduh kamu?” sergah Ney.

“Aku sebenarnya sudah tahu dari dulu. Pergerakan sangat mencurigakan, dan aku adalah seorang indigo. Aku tahu dia bukan manusia,” jelas Deon.

“Niven bisa kau jelaskan?” ucap sang ketua kelas.

Niven sedikit tersentak, namun dia berusaha untuk tenang dan membuka suara.

“Ya, benar. Sekolah ini banyak makhluk jahat yang ingin mengganggu kalian, terutama anak kelas ini dan Ney. Itu sebabnya aku mengubah diri menjadi manusia dan berusaha mengusir roh-roh jahat. Aku dulunya seorang siswa yang terbunuh ketika hari kenaikan kelas, dan sekarang orang yang membunuhku telah tiada namun arwahnya gentayangan tepat di kelas ini. Tapi kalian tidak perlu khawatir roh-roh jahat itu sudah kembali ke tempat seharusnya mereka berada. Karena kalian sudah kebenarannya, aku pamit kembali ke alamku. Terima kasih atas kenangan indah yang semasa hidupku belum pernah aku dapatkan. Untuk Nely terima kasih sudah mengukir kisah denganku walau sebenarnya kita berbeda. Terima kasih teman-teman atas respon baik kalian semua selama ini, aku pamit. Jangan lupa bahagia, aku akan melihat kalian dari atas sana. See you again. Jangan lupakan seorang Ozzy Niven ya kawan, juga maaf atas kekacauan yang kuperbuat. Maaf juga Deon karena telah menyesatkanmu,” ucap Niven.

Beberapa murid meneteskan air mata mendengar penjelasan Niven. Selama ini memang Niven sangat ramah, baik, dan selalu menghidupkan suasana. Mereka akan merasa kehilangan setelah ini. Terutama Ney. Saat ini ia tengah menangis tersendu sembari menatap Niven. Niven tersenyum singkat dan mengelus kepala Ney.

Niven tersenyum,” terima kasih teman-teman.”

Niven berjalan keluar kelas lalu menghilang. Sementara yang di dalam kelas masih menangis. Jika mereka tahu hantu itu adalah Niven, mereka tidak akan mengusirnya dan membiarkannya tetap di sini. Terima kasih Niven atas kebaikan yang kau berikan. Kami berharap engkau bisa bahagia di atas sana. Kami akan merindukan tawamu, mukamu, langkahmu, suaramu, dan semuanya tentang dirimu.

Bagikan Artikel Ini