Beranda » Bahasa Sebagai Alat Berpolitik dan Berkarya

Bahasa Sebagai Alat Berpolitik dan Berkarya

Seiring berkembangnya teknologi, banyak sekali perubahan yang terjadi dalam bidang kehidupan manusia termasuk dalam berbahasa. Bahasa sebagai alat utama dalam komunikasi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam dunia politik. Bukan hanya politik, ranah sastra pun menggunakan bahasa sebagai alat utamanya untuk menghasilkan sebuah karya.

Bahasa, sastra dan politik tidak dapat dipisahkan, Karena ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain. Misalnya saja dalam berpolitik, bahasa sangat berperan dalam memberikan sugesti kepada masyarakat, pemanfaatan bahasa dalam komunikasi politik, khususnya kampanye politik. Pemanfaatan bahasa ini bertujuan untuk meraih simpati, menarik perhatian, dan membuat persepsi terhadap masyarakat agar masyarakat mau memilih suatu partai politik maupun seorang pemimpin baik itu presiden, DPR, menteri, bupati dan sebagainya. Tau gak? Biasanya teknik yang digunakan adalah retorika.

Retorika merupakan sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional ataupun argumen. Melalui teknik tersebut seseorang dapat tertarik dengan apa yang disampaikan.

Selain itu, dalam menyampaikan tujuan, penggunaan ragam bahasa pun sangat penting untuk memberikan ciri khas dari para pelaku politik lainya.

Karena itu kita harus dapat menyesuaikan bahasa yang digunakan baik itu bahasa formal maupun non-formal, Hal ini dilakukan agar dapat menarik simpati dan dukungan masyarakat. misalnya dengan menggunakan slogan-slogan atau menggunakan bahasa dengan mengajak “Marilah kita bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah perubahan”. Dalam kalimat tersebut terdapat kata marilah yang memiliki makna mengajak kepada masyarakat untuk meraih perubahan baru dengan pemimpin yang baru.

Selain itu, dalam dunia sastra bahasa menjadi sumber yang menghasilkan karya sastra. Tanpa bahasa karya sastra sulit untuk di realisasikan. Ada banyak karya sastra seperti novel, cerpen, drama dan puisi yang dirangkai dengan bahasa dan diksi yang disesuaikan dengan jenisnya. Biasanya Karya-karya tersebut mengandung cerita yang menggambarkan keadaan atau situasi politik tertentu.

Misalnya saja sebuah novel yang tidak hanya menceritakan kisah cinta, ataupun perjuangan banyak pula novel yang mengandung unsur politik didalamnya seperti novel larasati karya Pramoedya Ananta thoer, novel pulang, Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung tanduk karya Tere Liye dan masih banyak lagi. semuanya menggunakan bahasa sebagai penyampaiannya baik secara lisan maupun tulisan.

Jadi, bahasa merupakan alat utama yang dijadikan tameng dalam berpolitik maupun karya sastra, bukan hanya sebagai alat berkomunikasi dan interaksi melainkan bahasa merupakan jiwa dalam diri manusia yang tidak dapat digantikan.

Bagikan Artikel Ini