Beranda » Pandangan Individu Terhadap Pengaruh Sastra Dalam Agama-Agama Besar Dunia

Pandangan Individu Terhadap Pengaruh Sastra Dalam Agama-Agama Besar Dunia

Membicarakan sastra dan agama tentu akan membahwa kita pada sebuah garis yang memisahkan kedua hal tersebuat secara esensial. Agama pada dasarnya bersifat dogmatis (tertutup) hal ini pula yg membuat agama dapan melahirkan nilai nilai moral, aturan dan hukum. Agama juga merukapakan semuah pandangan dunia atau pedoman hidup. Berbeda dengan sastra yg sifatnya lentur dinamis, namun sastra juga merupakan sebuah pandangan dunia seorang pengarang dalam menilai realitas, sastra penuh dengan ketebukaan dalam bagaimana seorang pengarang menafsirkan realitas yang kemudia ia tuangkan dalam sebuah karya.

Jika dilihat bagaimana pengaruh sastra terhadap agama, saya berpendapat bahwa keterbukaan sastra dalam menafsirkan realitas membuat sebuah ajaran agama dapan dipahami secara lebih luas, dapat kita lihat bagaimana pusisi-puisi kaum sufistik yang berlandaskan pada postulat ajaran agama islam. Atau pada karaya seorang sastrawan besar itali dante dan virgil yang sangat kental unsur keagamaan, tentu karya karya sastra tersebut dapat berupa kritik terhadap terhadap sebuah agama contohnya pada novel bertema realisme magis yang berjudul ayat-ayat setan milik salman rusdhie, ia seorang muslim asal india yg dengan novelnya tersebut hendak mengkritik ajaran agama islam. Juga pada karya-karya nietzche, leo tolstoi. Pengaruh sastra terhadap agama terlebih agama besar begitu penting. Metode pembacaa terhadap sastra dapat pula digunakan pada sebuah ajaran agama, beberapa agama mengunakan medium sastra sebagai upaya penyebaran ajaran agama tersebut dan bahkan sifatnya sangat puitis.

Salah seorang kritikus sastra indonesia, H. B jassin pernah melakukan sebuah penafsiran kitab suci alquran secara puitis, dan hal ini menjadi kontroversi karena dinilai menyimpang oleh sebagian orang. Atau pada sebuah maklumat sastra profetik karanhan kunto wijoyo yang hendak merumuskan sastra kenabian, hal ini membuka cakrawala baru pagi kesusastraan indonesia yang pada masa itu di hebohkan dengan hadirnya karya-karya sastra seperti cerpen robohnya surau kami milih A.A Navis, kumpulan cerpen milik danarto yg berjudul adam makrifat, muhammad fudoli yang kental akan unsur ajaran agama islam.

Yang hendak saya pahami ialah bahwa para penulis tersebut berupaya menyampaikan suatu realitas yang oleh sebuah agama tertentu hendak disampaikan pula. Sastra sebagai alat penyebaran sebuah ajaran agama tentu memiliki pengaruh yg besar. Juga sebaliknya, keterbukaan sastra dapat menjadi sarana kritik yang hendak pengarang lakukan terhadap sebuah ajaran agama, pengarang berupaya mengkritisi suatu ajaran gama tertentu relevansinya bagi kehidupan yang berlangsung saat ini, sebab sifat sastra yg terbuka bagi segala macam kemungkinan.

Dialektika antara sastra dan agama dapat melahirkan hal hal yang seperti sudah saya katakan di atas, kelahiran sebuah karya sastra sedikit banyak dipengaruhi oleh sebuah ajaran agama tertentu, begitupun sebuah ajaran agama yang mengunakan medium sastra yang sifatnya puitis, metaforis, dan penuh dengan alegoris. dari sini timbulah pertanyaan adakah agama yang tidak sastrawi?

Bagikan Artikel Ini