OPINI PUBLIK “Sosial Media: Perangkai Budaya, atau Perusak Tradisi”

Sosial media telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern.  Jangkauannya yang luas dan kemampuannya menghubungkan orang-orang di seluruh dunia telah memicu transformasi budaya yang signifikan. Namun, di balik kemudahan akses informasi dan konektivitas yang ditawarkan,  timbul pertanyaan krusial: apakah sosial media menjadi perangkai budaya yang memperkaya khazanah peradaban, atau justru menjadi perusak tradisi yang mengikis nilai-nilai luhur?

Di satu sisi, sosial media berperan sebagai wadah penyebaran budaya yang efektif.  Seni, musik, tari, dan berbagai bentuk ekspresi budaya dapat diakses dan dinikmati oleh khalayak global dengan mudah.  Platform ini memungkinkan pertukaran budaya antar komunitas, memperkaya pemahaman dan apresiasi terhadap keragaman budaya dunia.  Gerakan-gerakan pelestarian budaya tradisional pun dapat memanfaatkan sosial media untuk menjangkau audiens yang lebih luas,  menghidupkan kembali tradisi yang hampir punah.  Contohnya,  video-video tutorial pembuatan batik atau tari tradisional yang viral di berbagai platform telah memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.

Namun, di sisi lain, pengaruh sosial media terhadap budaya juga menimbulkan kekhawatiran.  Standarisasi kecantikan, gaya hidup, dan nilai-nilai yang dipromosikan secara masif melalui platform ini dapat mengancam keunikan dan keberagaman budaya lokal.  Tren-tren yang bersifat sementara dan seringkali dangkal dapat menggeser perhatian dari nilai-nilai budaya yang lebih substansial dan berakar kuat dalam masyarakat.  Fenomena “culture appropriation” atau pembajakan budaya juga menjadi masalah serius, di mana elemen-elemen budaya tertentu diadopsi dan dieksploitasi tanpa pemahaman dan penghargaan yang memadai.

Lebih jauh lagi,  sosial media juga dapat menjadi lahan subur bagi penyebaran informasi yang salah atau hoaks, yang dapat merusak citra dan pemahaman tentang budaya tertentu.  Polarisasi dan perpecahan sosial juga dapat diperparah oleh penyebaran informasi yang tidak terverifikasi dan bersifat provokatif.  Hal ini dapat mengancam kerukunan dan persatuan dalam masyarakat yang majemuk.

Kesimpulannya,  pengaruh sosial media terhadap budaya bersifat ganda:  di satu sisi, ia dapat menjadi alat yang ampuh untuk mempromosikan dan melestarikan budaya; di sisi lain, ia juga berpotensi merusak dan mengikis nilai-nilai budaya yang berharga.  Oleh karena itu,  penting bagi kita untuk bijak dalam menggunakan sosial media,  memilih informasi yang kredibel, dan  menjaga keaslian dan keunikan budaya kita sendiri.  Edukasi dan literasi digital menjadi kunci untuk memanfaatkan potensi positif sosial media sekaligus meminimalisir dampak negatifnya terhadap budaya.  Kita perlu membangun kesadaran kolektif untuk menggunakan platform ini sebagai alat untuk memperkaya, bukan menghancurkan, warisan budaya kita.

Penulis : Mimah Rohimah

Dosen Pengampu : Angga Rosidin, S. I.P , M. A.P

KAPRODI : Zakaria Habib Al-ra’zie, S. I.P , M. Sos

(Program Studi Administrasi Negara, Universitas Pamulang Kampus Serang).

Bagikan Artikel Ini