Beranda » Filsafat Keadilan dan Lingkungan Politik yang Sehat

Filsafat Keadilan dan Lingkungan Politik yang Sehat

Ilustrasi - foto Dokumentasi Penulis

Bila mendengar istilah politik atau filsafat, yang ada pada bayangan sebagian orang pasti tentang sisi negatif keduanya.

Filsafat yang mengundang banyak pertanyaan besar serta kontroversional yang tak jarang membuat orang menjadi keliru hingga dianggap sesat. Juga kata politik yang bukan menjadi rahasia lagi bagi orang awam bahwa di dalamnya terkandung segala perbuatan perbuatan tercela yang memiliki tujuan untuk menguntungkan kepentingan pribadi dan kelompok, contohnya seperti perebutan suap, korupsi, nepotisme, salahguna kekuasaan, dan lain sebagainya. Namun sebenarnya, keduanya merupakan ilmu yang memiliki hubungan erat dan sepatutnya mampu membawa kita kepada sebuah keadaan masyarakat dalam negara yang lebih baik dari yang sudah terjadi sebelumnya.

Istilah politik itu dari bahasa Yunani yang berarti negara, jadi bisa kita simpulkan bahwa ilmu politik merupakan ilmu yang mempelajari hubungan dan proses interaksi para pemilik kuasa dan rakyatnya yang memiliki tujuan untuk berupaya mencari jalan untuk kebaikan bersama. Sedangkan filsafat juga dari bahasa Yunani, yang memiliki makna perihal mencintai kebenaran. Maksudnya adalah hasrat untuk mencari suatu kebenaran dengan selalu percaya dan tanpa ragu serta jujur melakukan apapun untuk mencapai kebenaran tersebut.

Sebelum menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, terdapat pertanyaan pertanyaan yang muncul soal apa ilmu politik sudah memenuhi syarat untuk bisa digolongkan sebagai ilmu pengetahuan? Kemudian muncul pertanyaan yang lebih dasar yaitu apa sebenarnya arti dari ilmu pengetahuan itu sendiri? Campur tangan dari filsafat memengaruhi hal ini dalam menemukan jawaban yang didasari kebenaran.

Ada pula cara yang ditempuh dalam mncari kebenaran tersebut. Pertama manusia harus berpikir agar muncul spekulasi-spekulasi dalam kepala. Lalu memilah-milah mana sekiranya kemungkinan  yang paling relevan. Barulah terakhir kemungkinan tersebut merupakan awal dari pemikiran baru yang akan muncul seiring waktu.

Ilmu politik punya keterkaitan dengan ilmu yang lain, karena untuk berkembang dan mempertajam kajiannya, diperlukan cabang ilmu lain yang dapat memfasilitasi hal tersebut. Hal ini didukung dengan alasan bahwa sebelum menjadi ilmu yang berdiri sendiri, seluruh ilmu pengetahuan menjadi stu kesatuan. Maka dari itu semua ilmu pengethauan memiliki titik dimana ia akan bersinggungan dengan filsafat, karena filsafat adalah induk dari segala pengetahuan. Filsafat politik adalah salah satu fokusnya. Filsafat politik ini akan membicarakan perihal etika, sifat, dan nilai dalam pelaksanaan perpolitikan secara sistematis dan mendalam bahkan menyeluruh.

Politik ini pastilah memiliki tujuan yang jelas dalam penerapanya. Tujuan tersebut adalah mencapai suatu masyarakat yang memiliki taraf hidup lebih baik dari sebelumnya. Untuk mencapainya, kita perlu mengambil kebijakan yang mana semua orang dapat menerimanya. Karena tentu pandangan orang perihal “Taraf hidup yang lebih baik” ini berbeda beda. Ada yang menganggap bahwa dengan bisa makan nasi satu kali sehari dan punya tempat untuk ditinggali merupakan anugerah yang luar biasa. Namun ada juga yang menganggap bahwa kehidupan yang lebih baik itu bisa bepergian menggunakan pesawat pribadi dan menginap di hotel bintang lima. Maka dari itu untuk menyetarakan pandangan tersebut, perlulah kita berorientasi pada keadilan. Bukan pada kepentingan sekelompok dan sebagian orang.

Berbicara soal keadilan, negara kita patutnya menjunjung tinggi keadilan dalam pelaksanaan politiknya. Seperti yang tertulis dalam dasar negara kita yaitu Pancasila pada sila ke lima. Bukan hanya dalam pelaksanaan politik, tapi seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun ironisnya keadilan di negeri kita malah semakin terkikis. Fenomena hak yang tidak berada pada tempatnya marak sekali terjadi bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari, dari pelaksaan hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah hingga sistem yang membuat kita yang miskin semakin miskin, dan yang kaya akan semakin kaya. Karena apa? Karena kebanyakan yang memiliki kekuasaan serta wewenang selalu memanfaatkan situasi serta kondisi yang ada untuk kepentingan pribadi serta kelompoknya. Rela mengorbankan persatuan kesatuan bahkan keadilan hanya untuk sebuah kursi jabatan. Mengeruk potensi yang ada, memanfaatkan segala situasi Setelah dapat, Amanah yang seharusnya diemban malah diacuhkan begitu saja, yang penting hidupnya sendiri senang.

Sekali lagi bahwa ini adalah ironi yang sedang kita hadapi. Padahal citra politik yang seharusnya adalah usaha dalam membangun kehidupan negara untuk jadi lebih baik lagi dengan membuat kebijakan serta tindakan nyata yang sebelumnya dipertimbangkan untuk kehidupan orang banyak. Apakah ini sudah sesuai dengan masalah yang ada? Apakah akan tercapai tujuan awal dari politik itu sendiri? Dan bagaimana cara mewujudkannya?

Bukan hanya dalam lingkup filsafat, dalam lingkup agama bahkan disebutkan bahwa seorang pemimpin harus menjadi suri tauladan yang baik untuk para rakyatnya. Karena tujuan dari mengelola masyarakat sebuah negara atau masyarakat adalah untuk mendirikan nilai-nilai kebaikan seperti keadilan dan menjunjung tinggi adab yang baik. Maka jika para elit politik atau yang memiliki peran utama dalam hal tersebut tidak menunjukkan itikad baiknya, sudah pasti ia telah gagal menjadi suri tauladan yang baik. Karena syarat dari seseorang untuk bisa memimpin orang banyak bermula dari diri sendiri. Jika kita saja tidak bisa memimpin diri kita sendiri, maka bagaimana kitab isa memimpin orang lain terutama dalam jumlah yang tidak sedikit.

Permasalahan keadilan ini bukannya hanya menjadi persoalan utama di negara kita tercinta ini. Seluruh negara yang ada di belahan bumi ini juga memiliki permasalahan utama yang sama. Yaitu keadilan. Namun justru sekarang penyakit dari keadilan ini makin mewabah.  Selalu banyak penyimpangan yang terjadi baik dari yang berakibat kecil bahkan fatal. Maka tindakan perbaikan perlu dilakukan.

Tak terlepas dari permasalahan keadilan, permasalahan mengenai hak juga makin marak terjadi. Hal ini tentunya tidak berjalan searah dengan makna dari pelaksanaan politik yang seharusnya. Hak-hak manusia untuk hidup, memenuhi kebutuhnnya, sekarang semua serba susah. Entah apa yang menyebabkan hal itu terjadi, namun hal ini perlu perhatian lebih. Karena cita-cita Indonesia sendiri adalah mensejahterahkan kehidupan bangsa. Bagaimana bangsa ini mau sejahtera jika masih banyak permasalahan-permasalahan keadilan serta hak-hak manusia yang terjadi di sekitar kita?

Maka perlu peran dari kita sebagai generasi penerus yang perlu terus membenahi diri sebelum akhirnya menjadi pemimpin. Jangan sampai kita ulangi kesalahan dan kekeliruan sebelumnya untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan politik yang ada. Membenahi diri dalam maksud terus belajar dan belajar. Belajar menahan napsu, belajar untuk memimpin diri sendiri dulu sebagai Langkah awal, serta belajar untuk tidak terjatuh pada kesalahan yang sama.

Ilmu filsafat dan politik patut menjadi tolak ukur kita dalam menyelenggarakan sebuah politik yang sehat dan sesuai dengan etika yang ada, dari menerapkan keadilan, menjaga hak milik mnausia, serta pengendalian diri yang mana memiliki tujuan agar kita tidak terjerumus ke dalam pelaksanaan politik yang salah dan malah merugikan rakyat. Hal ini semata-mata untuk kehidupan kita yang lebih baik dan lingkungan politik yang sehat.

(***)

Bagikan Artikel Ini