Beranda » Kritik Sosial Seni Tari Tortor Sipitu Cawan dari Batak Toba

Kritik Sosial Seni Tari Tortor Sipitu Cawan dari Batak Toba

Ilustrasi - foto Dokumentasi Penulis

Tari Tortor adalah jenis tarian purba dari suku Batak Toba yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini selalu diiringi dengan alat musik khas. Tari Tortor biasanya dilakukan pada beberapa acara seperti dalam pesta adat perkawinan, pesta peresmian rumah, pesta tugu, dan pesta naposo bulung dengan menari Tortor sebagai acara hiburan. Dalam artikel ini, kita akan membahas khusus tari Tortor Sipitu Cawan.

Tortor Sipitu Cawan merupakan tari Tortor yang dipentaskan dalam acara penobatan Raja Batak. Seiring berjalannya waktu, saat ini tari Tortor Sipitu Cawan juga dipentaskan dalam acara besar seperti kepada orang yang dihormati (tamu), dimana gerakan dari penari  akan menggambarkan rasa hormat.

Dalam Tortor Sipitu Cawan alat musik yang digunakan yaitu tetabuhan sejenis dengan bedug  atau sering disebut dengan “gondang” yang berjumlah sembilan.  Saat ini gondang sabangunan lebih sering digunakan untuk mengiringi  Tortor. Instrumennya meliputi taganing, gordang bolon, sarune bolon, ogung (gong), dan odap.

Tarian ini diawali sesuai dengan koreografi dengan meletakkan cawan ditangan para penari tanpa terlepas.  Properti tari berupa cawan atau mangkuk porselen China berwarna putih dengan diameter berbeda, antara 2,5 – 6 cm. setiap cawan memiliki makna masing-masing yaitu :

a) Cawan pertama bermakna kesucian

b) Cawan kedua bermakna kebijakan

c) Cawan ketiga bermakna kekuatan

d) Cawan keempat bermakna peradaban

e) Cawan kelima bermakna kehidupan sosial

f) Cawan keenam bermakna budaya

g) Cawan ketujuh bermakna kesaktian

Gerakan tari dan musik harus menjaga interaksi dengan baik, agar tari Tortor Cawan yang dibawakan dapat menggetarkan, menantang, dan eksotik.

Keindahan tari Tortor Sipitu Cawan memiliki peranan yang sangat besar di dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba. Penari menggunakan pakaian tradisional Batak berupa “kemben” dibagian dalam, dan mengenakan “ulos” yang diselempangkan di kedua bahu dengan bahawan kain panjang hinggga sebatas mata kaki dan juga ikat pinggang berbahan kain tenun serta mengenakan penutup khas Batak di bagian kepala.

Kostum yang digunakan oleh penari  Tortor menjadi dukungan kemeriahan acara, serta para penari mempertahankan keseimbangan kelima cawan yang diletakkan di bagian kepala, serta pundak dan siku kedua tangannya, bergerak kesana kemari  dengan melompat dan menghentakkan tangan. Selain dari kostum, tata rias juga dikenakan kepada penari Tortor Sipitu Cawan untuk mempercantik penari dalam mendukung pertunjukannya, karena tata rias dapat mewujudkan ekspresi penari sesuai dengan peranan yang dibawakan.

Melalui peragaan sikap dan perasaan dalam tari Tortor Sipitu Cawan, akan menggambarkan rasa hormat dan selalu menggambarkan kondisi dan situasi yang dialami.

Secara keseluruhan penyajian tari Tortor Siptu Cawan sangat menarik. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar pertunjukan tari dapat berjalan dengan baik. Dalam Tortor Sipitu Cawan memiliki setiap gerakan yang indah, namun  harus diingat bahwa mengangkat tangan melewati batas bahu keatas akan dianggap arogan dan tidak hormat kepada semua hadirin, serta menantang ilmu perdukunan dan kebatinan. Penari Tortor Cawan harus seorang yang handal, karena memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, dan bukan hanya keterampilan dan latihan yang dibutuhkan, tetapi juga kekuatan dan kesucian jiwa, serta aturan yang harus dipatuhi karena tari Tortor Sipitu Cawan bersifat sakral.

Tortor Sipitu Cawan merupakan salah satu tarian tradisional yang ada dalam masyarakat Batak Toba dan menjadi bagian penting dalam masyarakat  adat Batak, yang memiliki nilai budaya dan nilai spiritual. Melalui Tortor itu juga masyarakat adat Batak Toba dapat menyatakan harapan, doa, dan pergumulannya.

Melestarikan Tortor Sipitu Cawan juga termasuk dalam melestarikan budaya. Selain itu tari Tortor juga haruslah dikembangkan, sehingga budaya tersebut akan selalu sampai kepada generasi berikutnya dan mempertahankan keberadaanya di tengah masyarakat dan dapat menolak pengaruh asing dari luar yang mungkin tidak sesuai dengan norma-norma, terlebih pada masyarakat Batak Toba.

Melestarikan, mengembangkan dan mempertahankan tari Tortor sama dengan menjaga budaya kita.

(***)

Bagikan Artikel Ini