Beranda » Karakteristik Pandawa Pada Wayang Mahabharata

Karakteristik Pandawa Pada Wayang Mahabharata

Dari segi pewayangan, Mahabharata menjadi kisah dari cerita wayang di Indonesia. Mahabharata aslinya berasal dari India yang telah diterima dalam pementasan wayang di Indonesia sejak zaman Hindu hingga sekarang, baik dari wayang kulit dan wayang orang yang digunakan dalam pementasan wayang.
Dari apa yang sudah kami lihat di Museum Wayang, Jakarta Barat bahwa tokoh wayang yang terlibat dalam cerita Mahabharata itu terdiri dari lima laki-laki ksatria dan membela kebenaran. Selain itu, dipajang bersamaan yang terbuat dari kulit, masing-masing memiliki bentuk, warna, dan karakter yang berbeda.
Dalam cerita mahabharata, Prabu Pandu Dewanata memiliki dua orang istri, yaitu Kunti dan Madri. Dalam Mahabaratha diceritakan bahwa pandu tidak memiliki anak akibat dikutuk oleh resi. Kutukan itu terjadi sesudah pandu memanah resi tanpa sepengetahuannya dan sang resi berubah menjadi kijang. Hingga dimana Prabu dan Kunti memeiliki seorang anak yaitu Yudistira, Bima, dan Arjuna. Sementera pernikahan Prabu dengan Madri dikaruniai dua anak kembar yaitu Nakula dan Sadewa. Dari sinilah Prabu Pandu Dewanata mempunyai lima orang anak dan dijuluki sebagai Pandawa. Sesuai dengan judulnya, berikut karakteristik dari kelima tokoh pandawa pada wayang Mahabharata.
1. Yudistira
Untitled Image
Wayang Yudistira. Sumber: Shutterstock
Yudistira merupakan putra tertua dari Pandu dan Kunti. Ia memiliki panggilan kecil yaitu Puntadewa dan penjelmaan dari Dewi Yama. Dalam dunia perwayangan, Yudistira memimpin sebuah negara yang disebut dengan negara Amarta. Yudistira memiliki sifat bijaksana, mudah memaafkan kesalahan orang lain, adil, sabar, jujur, percaya diri dan berani mengambil keputusan. Sama halnya terjadi di kehidupan sehari-hari, seseorang harus menerapkan perilaku yang baik dan memiliki karakter seperti Yudistira. Karena hal sekecil itu sangat berpengaruh di dalam kehidupan masyarakat. Contohnya kepada generasi muda di era modern ini, kebalikannya melakukan sikap dan sifat yang dimiliki Yudistira, berbohong, egois, dan selalu menyalahkan orang lain. Untuk itu, karakteristik tokoh Yudistira dapat diteladani di dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi sebuah pembekalan di dalam diri kepribadian seseorang untuk mengubah sifatnya agar lebih baik.
2. Bima
797518d9-89d0-4142-9749-2debf315b6e6.jfif
Wayang Bima. Sumber: Istock
Anak kedua dari pasangan Pandu dan Kunti ini adalah Bima. Nama kecil Bima sendiri ialah Sena. Ia adalah penjelma dari Dewa Bayu. Hal inilah yang membuat Bima diberi julukan Bayu sutha. Tokoh Bima terkenal sangat kuat diantara saudara-saudaranya, ia memiliki tubuh yang besar, tinggi, berwajah sangar, namun hal ini tidak membuat Bima menjadi pribadi yang arogan. Ia begitu baik kepada kakak dan sangat mengayomi adik-adiknya. Bima memiliki hati yang lembut dan penyayang. Karakteristik yang dimiliki Bima mengandung nilai-nilai sosial, karena sebagian orang memang dituntut untuk menerapkan perilaku seperti Bima. Namun, di generasi sekarang nilai-nilai sosial ini semakin kurang, akibat dari tidak adanya pembiasaan oleh orang tua atau dari pendidikan formal yang mereka pelajari. Padahal di dunia pendidikan, sikap seperti Bima memang harus diteladani sebagai pembekalan dan berpengaruh di kehidupan sehari-hari.
3. Arjuna
444.jpg
Wayang Arjuna. Sumber: Istock
Putra bungsu dari pernikahan Pandu dan Kunti adalah Arjuna. Arjuna memiliki nama kecil yaitu Permadi. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra yang merupakan Dewa Perang. Arjuna adalah seorang ksatria cerdik yang sangat pandai menggunakan berbagai macam alat perang, terlebih lagi panah. Kemahirannya inilah yang membuatnya menjadi tumpuan Pandawa ketika perang. Putra Kunti ini dianggap sebagai anak tertampan diantara keempat saudaranya yang lain. Arjuna memiliki sifat pendiam, pandai, sopan santun, berani, penyayang, lemah lembut dan suka membantu juga melindungi yang lemah. Sikap seperti Arjuna yang dapat diteladani para generasi muda, karena memiliki jiwa yang bijaksana, sopan santun, berani serta selalu menjadi tameng untuk orang-orang yang tidak memiliki kekuatan. Perilaku yang dimiliki Arjuna sangat berpengaruh di kehidupan sehari-hari, yang mana ditunjukan untuk generasi muda agar selalu berani ketika menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran. Namun, jika dibandingkan dengan generasi muda saat ini yang sulit mengemukakan sesuatu yang ingin diungkapkannya karena perbandingan strata sosial yang selalu menyimpang. Sehingga hal ini sangat sulit untuk diterapkan di kehidupan nyata.
4. Nakula
66.jpg
Nakula dan Sadewa. Sumber: Istock
Nakula adalah salah satu putra kembar dari pasangan Pandu dan Dewi Madri. Nama kecil Nakula ialah Pinten. Ia merupakan penjelma Dewa kembar bernama Aswin yang dikenal sebagai Dewa pengobatan. Nakula sendiri sangat lihai pandai memainkan pedang. Nakula memiliki sifat yang jujur, taat pada orang tua, sangat tau arti membalas budi seseorang, setia dan pandai menjaga rahasia. Di era ini, sebagian generasi muda sangat minim untuk patuh terhadap orang tua meraka. Serangkali di temukan perilaku menyimpang yang membuat mereka merasa gengsi terhadap perintah orang tua. Contohnya seperti larangan untuk tidak merokok, tidak terlibat untuk mengukiti tawuran dan tidak bolos pada saat masuk sekolah. Selain itu, persamaan lainnya di kehidupan nyata yaitu pandai menjaga rahasia. sifat ini tentu berbanding terbalik dengan kehidupan yang sekarang, seperti ketika seseorang di beritahukan sesuatu yang sifatnya rahasia namun orang tersebut justru menyebarluaskan hal yang melanggar privasi.
5. Sadewa
555.jpg
Sadewa dan Nakula. Sumber : Istock
Sadewa adalah saudara kembar dari Nakula. Ia merupakan anak bungsu dari Pandu dan Dewi Madri. Nakula dan Sadewa sama-sama penjelma dari Dewa kembar bernama Aswin yaitu Dewa pengobatan. Sadewa memiliki sifat bijaksana, rajin, jujur, setia dan ia sangat ahli dalam ilmu Astronomi. Di era ini, banyak sekali orang-orang yang tidak jujur akan sesuatu yang mereka lakukan demi kepentingan pribadi. Hal ini tentu saja lumrah dilakukan karena tingkat kejujuran dikalangan masyarakat sudah mulai menipis. Contohnya, seorang mahasiswa yang menyontek ketika ujian sedang berlangsung. Tentu saja mahasiswa tersebut melakukan hal itu untuk kepentingan diri sendiri agar mendapatkan nilai yang memuaskan.
Dari karakteristik tokoh pandawa yang sudah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa pandawa ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari yang terdpat nilai-nilai sosial, nilai moral, dan nilai pendidikan. Hal ini tentu saja dapat dijadikan cerminan untuk generasi muda saat ini. Jiwa dari lima tokoh pandawa ini, menanamkan sikap saling menjaga satu sama lain, peduli terhadap sesama, tidak hanya kepada saudaranya namun terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan mereka, bersikap adil serta mampu konsisten terhadap membela kebenaran.
Bagikan Artikel Ini