Beranda » Feminisme Bagi Distabilitasi

Feminisme Bagi Distabilitasi

Dalam kehidupan tentu selalu ada hal yang tidak kita inginkan dan diluar kemampuan manusia. Bagi seorang perempuan, patriark adalah hal yang menjadi tembok dalam hidup mengejar mimpi. Dalam melawan patriark kita selalu berpegang pada kajian feminisme. Feminisme sendiri adalah pandangan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki – laki. Perempuan memiliki kekuatan untuk melawan tekanan dan perempuan bisa mengejar apa yang mereka inginkan tanpa terbelenggu pada anggapan perempuan hanya bisa di dapur, kasur dan sumur. Dalam hal ini feminisme merupakan bentuk perlawanan pada pandangan perempuan harus pintar masak, perempuan hanya untuk melayani suami dan perempuan hanya untuk mengurus rumah tangga. Feminisme merupakan bentuk kritik terhadap patriark karena menganggap perempuan lebih rendah dari laki – laki. Feminisme memberi perlindungan kepada perempuan yang ingin mengejar mimpi khususnya dalam memperoleh pendidikan dan berkarier di bidang yang disenangi.

Selain perlawanan bagi perempuan yang ingin mengejar mimpinya dalam hal ini mereka perempuan cerdas dan tanpa kekurangan fisik maupun intelek. Lalu bagaimana implementasi  feminisme bagi perempuan distabilitas? distabilitas sendiri adalah kondisi di mana mereka adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental atau sensoris di mana keterbatasan tersebut mengakibatkan mereka lambat dalam berinteraksi dengan manusia lain. Perempuan distabilitas memerlukan perhatian dan dukungan lebih besar dari perempuan non distabilitas dalam pemenuhan hak dan kesetaraan. Seperti yang kita ketahui bersama dalam pemenuhan hak perempuan non distabilitas mereka perlu pendidikan dan pelatihan yang keras untuk mencapai mimpinya serta berani dalam melawan pandangan sinis dari masyarakat. Namun perempuan distabilitas memperoleh tantangan jauh lebih besar dari perempuan non distabilitas. Pada kenyataannya perempuan non distabilitas mendapat pandangan untuk mengurus rumah tangga dan berjuang untuk mengejar karir. Namun bagi perempuan distabilitas untuk mengurus rumah tangga saja mereka dianggap kurang pantas. Pandangan bahwa perempuan distabilitas tidak boleh memiliki anak karena mereka tidak akan mampu mengurusnya dengan baik. perempuan distabilitas memiliki batasan lebih besar dan tarikan untuk mundur lebih kuat daripada perempuan non distabilitas. Lalu apakah perempuan distabilitas tidak boleh berkembang? Apakah perempuan distabilitas harus terus terbelenggu dalam keterbatasan? Apakah mereka tidak berhak menerima kesetaraan? Inilah yang harus di perjuangkan dalam feminisme. Perempuan distabilitas berhak menerima kesetaraan dan mendapat pengakuan. Perempuan distabilitas boleh berkembang untuk kebahagiaan dan perempua distabilitas bisa dan harus keluar dari keterbatasan. Dalam perjuangan untuk perempuan distabilitas penganut paham feminisme harus bekerja lebih keras dan ikhlas lagi.

Ada beberapa faktor yang harus dipahami dalam perjuangan bagi kaum distabilitas diantaranya:

Perempuan distabilitas memerlukan bimbingan lebih lembut dan cara lebih muda untuk mereka memperoleh pendidikan.

Perempuan distabilitas perlu penguatan mental untuk bertahan dari tekanan lingkungan.

Perempuan distabilitas harus saling memotivasi agar mereka tidak merasa sendiri.

Tiga hal tersebut harus dipenuhi sebelum perempuan distabilitas memutuskan untuk berjuang dan memperoleh penghidupan yang lebih baik. bimbingan dan dalam hal ini pendidikan bagi kaum distabilitas harus di kuatkan oleh penganut feminisme khususnya bagi perempuan non distabilitas karena mereka harus memiliki kesadaran dan kepedulian kepada perempuan disabilias untuk memporleh kesetaraan. Selanjutnya perlu adanya penguatan mental dalam hal ini dari keluarga harus memberikan penguatan mental seperti pemahaman bahwa perbedaan itu sebuah keunggulan bagi perempuan distabilitas untuk berkembang dan mengejar masa depan. Selanjutnya sesama perempuan distabilitas harus saling memotivasi dalam hal ini mereka harus saling merangkul dan menguatkan satu sama lain sehingga mereka dapat lebih kuat melawan keterbatasan.

Dari beberapa faktor diatas pandangan penulis tentang feminisme bagi distabilitas juga di sadari belum terlalu di perhatikan di masa sekarang. Seruan untuk kesetaraan keras di dendangkan untuk perempuan non distabilitas saja. Itupun ada beberapa kriteria pendukung yang membuat perempuan tersebut mendapat perlindungan feminisme. Kriteria yang sering terjadi adalah perempuan tersebut cantik, pintar, bertalenta atau bahkan populer. Dari sini masih perlu banyak kepedulian tentang kesetaraan bukan hanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan namun juga kesetaraan sesama perempuan. Perempuan yang memiliki keterbatasan juga harus mendapat kesetaraan. Lalu bagaimana cara perempuan distabilitas mendarat kesetaraan sesama perempuan? Kesetaraan untuk sesama perempuan khususnya bagi perempuan distabilitas hanya bisa terwujud jika setereotip perempuan wajib punya keunggulan sebelum mendapat kesetaraan itu dihapus. Guna dari kesetaraan adalah pengakuan dan perlindungan. Jika pengakuan dan perlindungan hanya untuk mereka yang punya keunggulan lalu bagaimana dengan mereka yang hidup dari kekurangan? Disini peran kita di pertanyakan. Sebagai sesama perempuankita harus mampu memberikan efek aman dan nyaman bagi perempuan distabilitas contohnya dengan memperbanyak konten tentang peduli distabilitas khususnya perempuan. Konten dan ajakan peduli distabilitas bisa dilakukan oleh perempuan yang dikarunia kepopuleran. Kemudian bagi perempuan yang unggul dalam pendidikan dan kepintaran bisa memberikan ilmunya kepada perempuan distabilitas melalui pelatihan dan pengembangan. Lalu perempuan yang dikaruniai dengan kecantikan atau goodlooking bisa menggalakkan tentang kecantikan dari dalam atau dari hati sehingga tidak ada feel insecurity pada perempuan distabilitas. Jika kesetaraan pada perempuan sudah terwujud selanjutnya barulah kesetaraan antar gender digalakkan. Dari langkah diatas kembali lagi penguatan individu atau perempuan distabilitas adalah hal yang menjadi dasar kesetaraan karena jika mereka tidak kuat melawan maka hidup mereka akan penuh ketakukan.

Selanjutnya yang tidak kalah penting dari penguatan bagi individu yang merupakan perempuan distabilitas adalah pihak eksternal juga harus memberikan pandangan positif dalam hal ini pasangan. Pasangan perempuan distabilitas tidak boleh menganut paham patriark agar perempuan distabilitas tidak merasa semakin tertekan. Selain itu mereka yang memiliki pasangan perempuan distabilitas harus diberi pemahaman tentang feminisme namun tetap tidak melangkahi atau menjatuhkan harga diri laki-laki. Hal paling penting dari kesetaraan adalah adanya perasaan saling menghargai dan toleransi. Kesetaraan yang hanya dilandaskan untuk memperoleh keunggulan saja akan menciptakan jarak dan perlawanan dari banyak kalangan masyarakat karena dianggap sebagai bentuk penghinaan. Oleh karena itu perjuangan feminisme bagi perempuan khususnya perempuan penyandang distabilitas harus di dasari atas dasar kemanusiaan dan kasih sayang bukan egosentrisme semata hanya untuk lebih unggul satu dari lainnya. Feminisme adalah perlindungan perempuan jadi sudah seharusnya memihak perempuan baik itu perempuan yang non distabilitas ataupun perempuan dengan keterbatasan distabilitas. Hal terakhir yang menjadi sorotan penulis terkait feminisme bagi distabilitas adalah penyandang distabilitas khususnya perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan perempuan non distabilitas atau bahkan dengan laki-laki. Namun kesempatan akan hanya menjadi kesempatan jika tidak ada perjuangan dan pengorbanan. Jadi sebagai seorang perempuan khususnya penyandang distabilitas percayalah terhadap satu hal bahwa manusia hidup untuk kebahagiaan bukan kesengsaraan jadi ubahlah keterbatasan menjadi peluang mencapai kesuksesan.

Bagikan Artikel Ini