Beranda » Dampak yang Menjadi Ancaman Bagi Dunia Pendidikan Dikala Pandemi

Dampak yang Menjadi Ancaman Bagi Dunia Pendidikan Dikala Pandemi

Foto Dokumentasi Penulis

Oleh : Inin Tyasni Granadha, Mahasiswi Prodi D3 Sekretari, Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang. 

Dunia pendidikan saat ini terkena dampak imbas yang sangat besar akibat pandemi Covid-19, sekolah tatap muka langsung tidak diperbolehkan, karena sebagai bentuk memutus mata rantai wabah Covid-19. Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam dunia pendidikan di kala pandemi ini, terlebih lagi peran orang tua sangat penting dalam proses pembelajaran daring melalui rumah masing masing.

Pandemi telah memberikan gambaran atas kelangsungan pendidikan di masa mendatang dengan lebih banyak menggunakan teknologi. Namun, teknologi tidak dapat menggantikan peran sebagai pengajar atau guru. Sudah sangat jelas bahwa situasi ini memberikan tantangan tersendiri bagi pengembangan kreativitas setiap individu dalam menggunakan teknologi sebagai bentuk pengembangan di dunia pendidikan. Bukan hanya transmisi pengetahuan tetapi juga bagaimana memastikan pembelajaran tetap tersampaikan dengan baik kepada murid atau mahasiswanya.

Sosial distancing berakibat memberikan batasan ruang dan waktu terhadap segenap kegiatan rutin dalam sistem pembelajaran online atau daring pada setiap jenjang pendidikan. Lazimnya, pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas berubah menjadi di rumah masing-masing. Kondisi ini di sebut dengan istilah pembelajaran daring atau pembelajaran yang dilakukan melalui internet (Online). Pembelajaran daring ini menjadi pilihan tunggal dalam pencegahan menyebarnya Covid-19 dalam dunia pendidikan.

Tantangan sebagai peran orang tua sangat diperlukan dalam masa pembelajaran daring online, terutama pada anak-anak tingkatan Sekolah Dasar (SD), para orang tua dituntut untuk dapat memberikan penjelasan yang sudah dijelaskan oleh guru atau pengajar dan dapat membantu anak dalam mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR). Yang sangat penting dalam peran orang tua lainnya adalah dengan memfalisitasi pembelajaran anak seperti, smartphone, jaringan internet, laptop, kuota, dll.

Hal ini tentu menjadi tatangan terbesar bagi orang tua yang di tuntut untuk selalu mendampingi siswa dalam proses pembelajaran online tersebut, namun pada realitanya tidak sedikit pula orang tua yang kurang memahami penggunaan teknologi, jelas hal ini menjadi salah satu penghambat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran online atau daring. Hal ini juga memicu kesenjangan di kala pandemi karena banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dikalangan buruh, jangankan untuk memberi fasilitas pembelajaran anak, untuk makan saja sulit. Dengan demikian,, anak tidak bisa mengikuti pembelajaran daring atau bahkan dapat menimbulkan keputusasaan dalam belajar.

Sisi negatif dari pembelajaran daring ini menyebabkan kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru karena tidak adanya penjelasan awal dari guru tentang tugas yang di berikan tersebut. Siswa hanya dituntut untuk mengerjakan tanpa mendapat penjelasan terlebih dahulu dan hanya diberikan file modul, akibatnya banyak siswa yang mengeluhkan hal ini dan tidak bersemangat lagi dalam melakukan pembelajaran.

Kurangnya interaksi langsung dengan para pengajar dan siswa membuat berkurangnya interalisasi nilai nilai karakter yang semestinya ditanamkan seorang guru kedalam diri siswa. Ini mengakibatkan berkurangnya moral pada siswa, karena tugas guru bukan hanya mengajar namun juga mendidik siswa akhlak dan karakter pada siswa tersebut. Namun hal ini tidak boleh mematahkan semangat guru dan siswa dalam belajar online atau daring ini.

Ditengah penyelenggaraan proses belajar dari rumah yang kurang optimal, hasil capaian belajar dan kesehatan mental pelajar terus menurun. Berbagai dampak ini membuat Kementrian Pendidikan dan Budaya memperbolehkan sekolah untuk membuka kembali sekolah pada tahun ini yaitu tahun 2021. Namun, hal ini mendapat banyak kritik dari berbagai pihak karena masih diragukan beberapa sekolah yang belum memiliki kapasitas menjamin kesehatan murid di tengah pandemi yang belum mereda.

Tentu hal ini menjadi ancaman meningkatnya pengganguran muda, karena selain berdampak pada pelajar yang masih berada disistem pendidikan, pandemi juga mengancam kesejahteraan anak muda terutama bagi mereka fresh graduate dan sedang proses mencari pekerjaan. Pertumbuhan ekonomi yang melambat sejak tahun 2020 membuat banyak sekali perusahaan yang tidak melakukan rekrutmen pegawai baru dan semakin memperketat lapangan pekerjaan. Padahal sebelum pandemi pun angka pengangguran di Indonesia adalah yang tertinggi kedua se Asia Tenggara.

Untuk melangkah kedepan, Kementrian Pendidikan sudah merencanakan proses vaksinasi terhadap seluruh guru sekolah negri maupun swasta di seluruh Indonesia untuk mendukung program tatap muka kembali. Namun, ditengah pandemi Covid-19 yang masih belum terkendali segudang tantangan menanti pemerintah dalam rangka mensukseskan hal ini.

Kondisi pembelajaran pada masa pandemi ini harus dapat dimanfaatkan dengan perubahan pola berpikir, pola belajar, pola interaksi yang lebih bermakna sehingga kelakuan dalam menyikapi masa Covid-19 dapat dimaksimalkan dengan produktivitas yang mencirikan kebermaknaan, khususnya pada penyelenggaraan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah hingga tingkat tinggi. Setiap individu harus tanggap tehadap keterbatasan dimasa pandemi untuk tetap produktif dalam bidangnya dan memaknai kondisi ini sebagai bagian dari perubahan yang tetap harus mengedepankan sikap perilaku representative pada tatanan baru untuk menciptakan ruang belajar bervariasi.

Dibalik kesedihan ini, kita harus mampu mengambil hikmah dari kondisi pandemi Covid-19 ini. Mungkin saja ini suatu ujian untuk kita semua, apakah kita mampu mencerdaskan kehidupan bangsa walaupun dengan keterbatasan interaksi sosial seperti ini.

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.

(***)

Bagikan Artikel Ini