Beranda » Menganalisis Kebahasaan Cerita Atau Novel Sejarah

Menganalisis Kebahasaan Cerita Atau Novel Sejarah

Bagaimana cara menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah?
Menurut dari berbagai sumber yang saya baca, menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah dapat diartikan sebagai penguraian cerita atau novel sejarah ke dalam bagian – bagian yang lebih detail. Mengurangi cerita atau novel sejarah bertujuan memahami kembali makna dan informasi yang terdapat di dalamnya, baik yang sudah lama terjadi maupun baru saja terjadi.
Jika cerita atau novel sejarah tersebut berupa fakta, waktu menjadi penanda penting. Sementara itu, jika cerita atau novel sejarah berisi cerita fiksi, simbol – simbol atau metafora menjadi bagian yang patut dipertimbangan. Oleh karena itu, dalam menganalisis cerita atau novel sejarah, ada kriteria – kriteria tertentu yang perlu kamu diperhatikan.
Untuk melengkapi kriteria analisis tersebut, bagian penulisan cerita sejarah atau novel sejarah dapat dengan mudah di pahami dengan mencermati kaidah – kaidahnya.
Berikut kaidah – kaidah yang harus kamu perhatikan :
1. Menggunakan kata benda atau kata ganti tak tentu
Kata benda atau kata ganti yang dimaksud, misalnya menyebutkan nama kota tertentu, tempat tertentu, objek tertentu, atau merujuk pada kata ganti tertentu.
Contoh: Kepulauan nusantara, bahasa melayu, pohon apel, anak lelaki.
2. Menggunakan tokoh sentral
Penggunaan tokoh sentral disini, yaitu menerangkan pelaku utama atau tokoh yang sentral (pusat) dalam cerita.
Contoh: Dalam cerita siti nurbaya, tokoh sentralnya adalah siti nurbaya karena tokoh tersebut diceritakan dari awal sampai akhir cerita dan menjadi pusat cerita.
3. Menggunakan kata sifat yang menjelaskan frasa nominal.
Maksudnya adalah dalam kalimat tersebut terdapat sifat yang menjelaskan gabungan kata (frasa) yang inti di dalamnya berupa kata benda (nomina)
Contoh: Raja adil, gadis cantik, rumah mewah.
4. Menggunakan kata hubung atau konjungsi.
Konjungsi yang digunakan dapat berupa kata yang menyatakan keterangan waktu (pada, ketika, suatu hari, sementara, kemudian, setelah itu), keterangan tempat ( di, ke, dari), keterangan tujuan (untuk, kepada), dan sebagainya.
5. Menggunakan kata yang menggambarkan kejadian masa lampau.
Maksudnya adalah menggunakan kata – kata tertentu sebagai penunjuk waktu lampau
Contoh: Pada zaman dahulu, dahulu kala, suatu hari.
6. Menggunakan frasa adverbial.
Frase ini digunakan untuk menunjukan lokasi kejadian/peristiwa.
Contoh: Sekembali dari kerajaan, setelah melewati hari yang melelahkan, dan sejenisnya.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah sangat penting agar kita dapat memahami sejarah masa lampau tentang perkembangan bahasa Indonesia.
Semoga artikel ini bermanfaat, terimakasih
Bagikan Artikel Ini