Etika bisnis adalah perilaku seorang pebisnis yang sesuai dengan tata aturan, moral dan norma-norma yang ada dalam menjalankan bisnisnya. Etika dalam berbisnis sangat penting diterapkan oleh para pelaku bisnis. Seiring dengan perkembangan bisnis di Indonesia, perilaku etika bisnis semakin dibutuhkan untuk keberlanjutan bisnis yang dijalankan.
Perilaku etika bisnis pada seorang pebisnis akan mempengaruhi pengambilan keputusan nantinya. Salah satunya yaitu pengambilan keputusan terkait pengolahan sumber daya alam dan pengolahan limbah hasil sisa produksi. Dalam pengolahan sumber daya alam dan pengolahan limbah hasil sisa produksi, hendaknya para pebisnis memperhatikan keberlangsungan ekosistem lingkungan disekitarnya. Jangan sampai bisnis yang berjalan sampai mencemari lingkungan disekitar produksi yang akan mengakibatkan kerugian bagi khalayak banyak, khususnya masyarakat sekitar.
UMKM sebagai soko guru perekonomian Nasional, tentu harus pula memperhatikan perilaku etika bisnis ini untuk keberlangsungan usahanya. Namun, minimnya pemahaman mengenai perilaku etika bisnis ini pada UMKM mengakibatkan beberapa UMKM melakukan praktik-praktik perilaku bisnis yang tidak beretika. Sebagai contoh, dalam pengolahan limbah hasil sisa produksi UMKM. Beberapa UMKM melakukan praktik perilaku bisnis yang tidak beretika ini yaitu dengan membuang begitu saja limbah hasil sisa produksi ini ke sungai/kali yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Selain itu, ada pula beberapa UMKM, demi memenuhi permintaan pasar sampai harus mengekploitasi hewan guna memenuhi permintaan pasar tersebut. Tentunya hal-hal seperti ini harus menjadi perhatian khusus bagi para praktisi-praktisi guna memberikan pemahaman perilaku etika bisnis kepada para UMKM.
Pentingnya pemahaman perilaku bisnis pada UMKM menjadi faktor penting untuk keberlanjutan bisnis UMKM itu sendiri. Dengan dibekalinya pemahaman perilaku bisnis, diharapkan UMKM dapat lebih bijak dalam menjalankan bisnisnya serta mengolah limbah hasil sisa produksi demi menjaga dan melestarikan ekosistem lingkungan.
Dwi Septiani, Mahasiswi Magister Akuntansi, Universitas Pamulang
(***)
