Beranda » Patriarki Menurut Pandangan Islam

Patriarki Menurut Pandangan Islam

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. (Pinem, 2009:42).

Dalam perspektif islam, sejak zaman dahulu sebelum adanya Islam posisi perempuan sangat tidak dihargai dan tidak memiliki kebebasan. Artinya, perempuan pada zaman  itu tidak mendapat peran yang baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik.

Dan yang membuat lebih tragis adalah perempuan pada saat itu dijadikan anggapan sebagai beban hidup. Di masa jahiliyyah misalnya, apabila lahir seorang anak perempuan, maka bayi tersebut dikubur hidup-hidup karena dianggap aib keluarga. Pada saat itu juga perempuan dianggap seperti budak. Bila sumainya meninggal, maka ia bisa diwariskan kepada keluarga suami layakna harta suami. anak perempuan di zaman pra-Islam ini hanyalah menjadi pemuas kaum pria. Ia wajib melayani kehendak pria, termasuk bapaknya sekalipun.

Tidak hanya itu, yang lebih kejam darinya adalah wanita dianggap najis jika sedang haidh. Ia tidak boleh diperbolehkan duduk bersama orang lain dan makan dengan orang lain. Bahkan, orang lain pun dilarang menyentuh apa yang telah disentuh perempuan tersebut karena dengan alasan takut terkena najisnya. Tidak berakhir disitu, perempuan haidh juga dilarang memasuki rumah, sehingga disediakan tempat khusus baginya.

Pada zaman Yunani kuno, maartabat perempuan sangat rendah, dipandang sebagai alat penerus generasi dan pemuas seksual laki-laki. Dan kondisi yang sama terjadi di Eropa pada tahun 586 M (sebelum datangnya Islam) agamaawan prancis masih mendiskusikan apakah perempuan boleh menyembah Tuhan atau tidak? Apakah mereka juga dapat masuk surga? Diskusi-diskusi itu berakhir dengan kesimpulan perempuan memiliki jiwa, tapi tidak kekal dan dia bertugas melayani lelaki yang bebas diperjualbelikan.

Berbeda dengan laki-laki, apabila mereka melahirkan seorang anak laki-laki maka, mereka akan menjadikannya calon pemimpin dan menjadi suatu kebanggan bagi kaum mereka karena telah melahirkan anak laki-laki. Setelah ajaran Islam datang, agama yang dibawa Rasulullah SAW untuk mengatur kehidupan manusia agar memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan didunia maupun di akhirat. Maka, kedudukan, hak, dan derajat perempuan lebih mulia daripada saat masa itu. Seperti yang sudah tertera pada Al-Quran

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al Ahzab [33]: 35).

Nabi Muhammad SAW mendakwahkan perintah Allah melalui perbaikan adab, akhlak dan kasih sayang, dimana pada masa itu semua orang menyakiti anak perempuannya Nabi Muhammad sangat menyayangi anaknya yang bernama Fatimah, dan memanggilnya Az-zahra yang merupakan panggilan kasih sayang Nabi kepada anak beliau. Dan Nabi Muhammad mengajarkan untuk tidak berbuat kasar pada perempuan sebab Nabi tidak pernah berbuat kasar saat menyelesaikan masalah. Hal ini diriwayatkan dalam hadis:

Dari Aisyah ra. berkata: Nabi sama sekali tidak pernah memukul apapun dengan tangannya, baik itu kepada perempuan maupun pelayan, kecuali hanya saat berperang di jalan Allah. Nabi sama sekali tidak pernah membalas apapun perlakukan orang yang diperolehnya, kecuali kalau sudah melanggar yang diharamkan Allah maka Allah yang membalasnya. (HR. Muslim)

Kembali pada masa sekarang di Indonesia, patriarki sudah menjadi akar dan banyak sekali kasus-kasus kekerasan pada perempuan sebab masalah kecil, seperti yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial saat ini, suami melakukan kekerasan pada istrinya padahal belum lama menikah. Rasulullah sangat tidak membenarkan hal tersebut karena rasul tidak pernah melakukan itu kepada istri dan anaknya. Selain itu ancaman bagi suami yang memukul istrinya akan dicambuk pada hari akhir. Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang memukul dengan cambuk secara dzalim, maka ia akan diqisash pada hari kiamat.” (Diriwayatkan oleh al Bazzar dan Thabrani dalam al Awsath)

Patriarki pun tak hanya sekedar kekerasan terhadap perempuan banyak sekali contoh-contoh lainnya seperti perempuan hanya boleh bekerja di dalam rumah sedangkan laki-laki bisa bekerja diluar rumah dan anak perempuan hanya boleh bermain boneka sedangkan anak laki bermain mobil-mobilan. Dengan budaya seperti ini patriarki pun sudah menjadi hal kebiasaan dalam setiap harinya. Peran domestik perempuan sesungguhnya dapat pula dilakukan laki-laki atau sebaliknya, asal ada kemauan untuk belajar dan bisa melakukannya. Pada masa Rasulullah pun wanita boleh mengikuti perang.

Salah satu pokok ajaran Islam adalah persamaan antar manusia. Baik laki-laki dan perempuan maupun antar suku bangsa dan keturunan. Ajaran ini terkandung dalam Quran surat Al-Hujurat ayat 13:

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dan Jika dipelajari lebih dalam, tak ada satupun ayat Al-Quran dan hadits yang menunjukkan perempuan lebih rendah martabatnya dari laki-laki. Semua harus selalu didasarkan pada prinsip kesetaraan dan persaudaraan.

Hadist yang dapat menjadi pedoman untuk menjelaskan masalah gender ini adalah hadist yang menjelaskan kewajiban seseorang dalam menuntut ilmu dan merain cita-cita

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah”

Allah memandang semuanya sama dan yang menjadi perbedaan dan harus digarisbawahi adalah ketaqwaan kepada Allah yang dapat meningkatkan atau merendahkan kualitas seseorang. Karena salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam Quran surat Al-Zariyat ayat 56:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya merekan menyembah-Ku”

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi atau peluang sama untuk menjadi hamba yang bertaqwa.

Sisi postifif dalam patriarki seperti tidak dituntut/ disiapkan untuk mencari uang sejak kecil, tidak dituntut untuk bekerja/ jadi tulang punggung keluarga, lebih diutamakan untuk pekerjaan yang bersifat halus (tidak kotor atau menggunakan tenaga) dan tentu juga mempunyai dampak negatif seperti tidak dapat mengejar mimpi dan ambisi dan meniti karir.

Dengan demikian, budaya patriarki tak sesuai dengan Islam. Justru, budaya patriarki lah yang dikoreksi oleh Islam. Karena Islam memuliakan laki-laki dan perempuan.

Bagikan Artikel Ini