Beranda » Mencintai Korean Wave dengan Perspektif yang Berbeda

Mencintai Korean Wave dengan Perspektif yang Berbeda

Ilustrasi - Sumber Foto : dokumentasi penulis

Hey dears siapa sih yang ngga kenal istilah Korean Wave? sebuah fenomena gelombang hegemoni budaya dari Korea Selatan yang sampai saat ini masih terus mengalir ke seluruh penjuru negeri termasuk Indonesia. Mulai dari musik, film, maupun drama semuanya diminati diseluruh kalangan millenial baik tua maupun muda. Dan karna ketiga produk utama Korean Wave tadi mulai laku dipasaran, maka bermunculanlah produk-produk Korean Wave lain seperti makanan, produk kecantikan, pakaian, bahasa, hingga olahraga. Berkembangnya Korean Wave ini didukung oleh efek globalisasi yang membuat kemajuan teknologi informasi semakin pesat, hingga dapat mendekatkan hubungan interaksi antar negara maupun budayanya.

Indonesia dengan negara mayoritas penduduknya adalah seorang muslim juga tak kalah andil dalam membantu pesatnya budaya Korean Wave ini. Kondisi pandemi yang membuat kita jarang bergaul dalam kehidupan nyata, dan malah aktif dalam media sosial membuat kita pada akhirnya tersuguhi dengan produk-produk dari Korea tersebut. Sebut saja K-pop, musik pop asal Korea yang sudah tak asing dikalangan masyarakat kita. Indonesia sendiri merupakan rumah bagi berjuta-juta penggemar dari berbagai boygrup dan girlgrup asal Korea tersebut. Bahkan, berdasarkan laporan yang dirilis oleh Twitter pada tanggal 1 Juli 2020 hingga 30 Juni 2021 menunjukan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama dengan 7 miliar lebih tweet yang mengandung kata kunci K-pop. Maraknya korean wave ini menjadikan kita lupa dengan identitas diri kita sebagai seorang muslim yang memiliki tujuan hidup tak hanya sebatas pada dunia saja, namun juga pada akhirat. Begitu aneh jika korea yang sebagian besar penduduknya tidak memiliki Tuhan, bisa berjalan beriringan dengan seorang muslim yang memiliki Tuhan dan seperangkat aturannya. Kita harus menyadari betul bahwa semakin lama budaya Korean Wave ini terpisah dari Islam dan berada dalam dua persimpangan yang berbeda.

Al Wala wal Bara

            Semakin melunjaknya antusias masyarakat terhadap k-pop menjadikan mereka rela menabung untuk mendapatkan tiket konser, album, lighstick, dan juga beberapa barang K-pop lainnya. Dilansir dari Weverse Shop, aplikasi resmi penjualan barang-barang k-pop bagi seluruh penggemar di seluruh dunia dari para artis yang bernaung di bawah agensi Big Hit Entertainment tersebut menjual album BE Deluxe Edition seharga 36.60 dolar atau setara dengan Rp. 522.785 dan album Butter (set) seharga 33.07 dolar atau setara Rp. 472.363 (kurs 1 dolar = Rp.14.283).

Keloyalan para fans terhadap idolanya tersebut membuat mereka secara totalitas mendukung segala bentuk upaya dalam menyukseskan idol nya, seperti menaikan hastag, memberikan voting, streaming music video, membeli merchandise kpop, juga ada yang tak segan membela idonya ketika mereka yang di hina, atau ketika sang idolnya terkena kasus yang menjatuhkan nama baiknya. Semua itu dilakukan atas dasar cinta dan rasa sayang.

            Dalam Islam ada konsep yang dinamakan al wala dan al bara, keduanya ada dalam lingkup akidah yang sifatnya sangat serius. Artinya, bahwa konsep ini adalah konsep yang tidak boleh main-main dan harus benar-benar dipahami oleh setiap muslim yang beriman kepada Allah swt. karena akidah bisa membedakan diri kita yang seorang muslim dan dengan mereka yang nonmuslim.

Al wala bisa diartikan sebagai pembelaan, rasa cinta, loyalitas, menolong, mengikuti, atau mendekat kepada sesuatu. Jika dalam penerapannya, sikap al wala ditujukan kepada sesama kaum muslim, yaitu dengan mencintai mereka, mendukung, menolong, atau membela segala bentuk hal yang tertuju pada jalan dakwah dalam mendekatkan diri kepada Allah swt. sedangkan al bara bisa diartikan sebagai kebencian, berlepas diri, menjauhi atau memusuhi. Dalam penerapannya, sikap al bara ditujukan kepada kaum kafir, yaitu dengan berlepas diri dari mereka, tidak mendukung ataupun menolong mereka dalam hal yang Allah benci.

Namun, terkadang kita keliru memakai konsep ini. Al wala yang seharusnya kita gunakan kepada sesama muslim, dalam mendukung dakwah mereka, saat ini menjadi berbalik kepada orang kafir begitupun sebaliknya, al bara yang seharusnya kita gunakan kepada orang kafir, jadi digunakan kepada sesama saudara muslim sendiri, bahkan sampai membenci dan mencaci mereka yang sedang berdakwah mensyiarkan Islam.

Terjadi Banyak Penyimpangan

Tak hanya K-pop, di negeri kita Korean Drama pun memiliki popularitas yang cukup tinggi peminatnya, alur cerita yang terkesan menarik hati dan plot twist yang membuat kita tercengang menjadikan salah satu produk korea ini sangat laris di pasar Indonesia. Namun, sadarkah kita bahwa segala bentuk tontonan yang kita tonton tersebut memiliki tujuan dan pesan-pesan tersirat didalamnya?

Memasukan informasi-informasi yang salah pada otak akan membuat kita jadi memiliki pemahaman yang keliru terhadap suatu hal, dan pada akhirnya terjadi pewajaran dalam diri kita terhadap hal tersebut. Misalnya, adanya gerakan LGBT yang ada pada beberapa drama korea, pada awalnya mungkin kita merasa risih dan jijik namun, jika kita sering disuguhkan oleh perbuatan seperti itu lama-kelamaan diri kita jadi mewajarkan hal tersebut dan memandang itu adalah hal yang biasa dilakukan.

Selain LGBT, ada juga bromance atau hubungan antara dua laki-laki yang mesra, sangat dekat dan akrab. Selain di dalam drama, biasanya bromance banyak terjadi juga dikalangan idol pria yang memiliki interaksi yang sering dan sangat dekat antar kedua belah pihak, para fans juga tidak merasa keberatan jika idol mereka melakukan skinship berupa pelukan, elusan, atau bahkan ciuman dipipi. Mereka menganggap semua itu hanyalah persahabatan yang membawa kesan imut dan lucu.

Jangankan bromance, kita juga pasti sering sekali melihat adegan-adegan skipship antar pemain laki-laki dan perempuan yang membuat kita justru gemas dan tersenyum melihat tingkah tersebut. Reaksi yang seperti itu adalah bukti bahwa mereka telah berhasil mengubah cara pandang kita terhadap lawan jenis yang bukan mahram, bukannya memandang risih bahkan jijik jika dipertontonkan adegan seperti itu, namun karena terbiasa kita jadi menyukainya.

Dan tak hanya soal itu, makanan atau minuman yang sering kita tonton dalam drama juga bisa mempengaruhi diri kita. Misalnya soju, salah satu  jenis minuman asal korea yang terbuat dari hasil fermentasi beras yang mengandung sekitar 40-45% kadar alkohol tersebut siapa sangka ada versi halalnya. Banyak dari kalangan masyarakat yang sedang mencoba inovasi baru dalam membuat soju, memikirkan bagaimana caranya merasakan soju namun tidak dinilai haram, alhasil terciptalah soju halal yang saat ini sudah banyak dijual dan tentu sudah diracik dengan bahan yang berbeda dengan soju asli pada umumnya.

Kehilangan Jati Diri Sebagai Seorang Muslim

Seringkali kita merasa terpukau dengan pesona dari seorang idol atau kisah cerita yang menguras emosi dalam suatu drama, wajar saja karena korea sendiri merupakan negara yang tidak main-main dalam soal budayanya, Tak hanya bahasa, pakaian, atau soal musik pop, namun drama yang dibuat semuanya dikerjakan dengan sangat matang dan totalitas.

Menurut data dari idntimes.com bahwa biaya produksi drama korea berjudul The King: Eternal Monarch (2020) yang dibintangi oleh Lee Min-Ho, Kim Go Eun, Woo Do Hwan, berserta para actor lainnya adalah 30 juta won atau 382 miliyar. Lain lagi dengan drama Penthouse (2020) yang menelan biaya produksi 27 miliyar won atau setara dengan 349 miliyar

Maka tak heran jika memang dari hasil kerja keras tersebut lahirlah sebuah karya yang mampu membius dan menarik perhatian jutaan hingga ribuan orang. Saking lakunya dipasaran, saat ini banyak sekali drama korea yang diproduksi dengan berbagai genre. Hal tersebut membuat mereka akhirnya ketagihan untuk terus menerus menonton berbagai macam drama hingga berepisode-episode banyaknya.

Pada dasarnya, menonton adalah sesuatu hal yang mubah atau diperbolehkan namun, karena terlalu seringnya mengonsumsi produk korean wave seperti drama, kita jadi lebih merasa bahwa sistem politik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya yang mereka miliki lebih bagus daripada sistem pemerintahan yang rasulullah saw, bawa. Hal tersebut membuat kita memiliki rasa cinta yang lebih besar pada mereka dibanding dengan produk islam sendiri.

Akan lebih baik jika seorang muslim mempelajari apa yang ada dalam agama nya sendiri bukan malah melihat milik orang lain. Apakah kita mengetahui sejarah bagaimana rasulullah saw dan para sahabat pernah berjaya dengan segala sistem pemerintahan yang sempurna? Apakah kita tahu perjuangan rasulullah saw. untuk umat manusia agar bisa merasakan indahnya islam? Bagaimana bisa kita mencintai rasulullah saw. jika yang dilihat selalu yang lain?

Kesimpulan

Maka, apa yang bisa kita lakukan dalam menyikapi korean wave tersebut jika kita sudah terlanjur mencintainya? Caranya adalah dengan mengubah perspektif kita dalam mencintai hal tersebut. Mencintai berarti menginginkan yang terbaik bagi orang atau sesuatu yang kita cintai. Sebagai seorang muslim yang terbaik untuk orang yang kita cintai adalah dia bisa mendapatkan ridha dari allah swt. dan bisa merasakan indahnya Islam. Sungguh bahagia luar biasa jika para idol yang kita cintai dan negeri Korea yang juga termasuk bumi Allah swt bisa tersentuh oleh cahaya Islam. Maka salah satu cara mengenalkan Islam kepada dunia adalah dengan mempelajarinya.

Rooihatul Mahmudah, seorang mahasiswi semester 3 jurusan Bimbingan Konseling Islam di Universitas Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Bagikan Artikel Ini