Beranda » Kritik Sastra Puisi WS Rendra,’Surat kepada Bunda Tentang Calon Menantunya’

Kritik Sastra Puisi WS Rendra,’Surat kepada Bunda Tentang Calon Menantunya’

Lahirnya kritik sastra telah melengkapi bidang studi sastra atau wilayah ilmu sastra menjadi teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra. Kritik sastra merupakan bidang studi sastra yang berhubungan dengan pertimbangan karya yang membahas bernilai atau tidaknya sebuah karya sastra.
Salah satu puisi karya W.S Rendra adalah,”Surat kepada bunda: Tentang calon menantunya”. Dalam puisi tersebut banyak sekali bahasa kiasan dan bahasa retorik. Bahasa kiasan adalah kata-kata yang tidak formal namun membuat kesan indah, sedangkan bahasa retorik adalah kata-kata yang memiliki makna namun tidak memerlukan jawaban.
Berikut isi puisi dari WS Rendra:
Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku

Seseorang yang bagai kau

Sederhana dalam tingkah laku dan bicara

Serta sangat menyayangiku

Terpupuslah sudah masa-masa sepiku

Hendaknya berhenti gemetar rusuh

Hatimu yang baik itu

Yang selalu mencintaiku

Kerna kapal yang berlayar

Telah berlabuh dan ditambatkan

Dan sepatu yang berat serta nakal

Yang dulu biasa menempuh

Jalan-jalan yang mengkhawatirkan

Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara

Kini telah aku lepaskan

Dan berganti dengan sandal rumah

Yang tenteram, jinak dan sederhana

Mama

Burung dara jantan yang nakal

Yang sejak dulu kau piara

Kini terbang dan telah menemu jodohnya

Ia telah meninggalkan kandang yang kaubuatkan

Dan tiada akan pulang

buat selama-lamanya

Ibuku Aku telah menemukan jodohku

Janganlah kau cemburu

Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti

Pada waktunya, aku mesti kaulepaskan pergi

Begitu kata alam.

Begitu kau mengerti

Bagai dulu bundamu melepas kau

Kawin dengan ayahku.

Dan bagai

Bunda ayahku melepaskannya

Untuk mengawinimu

Tentu sangatlah berat

Tetapi itu harus. Mama!

Dan akhirnya tak akan begitu berat

Apabila telah dimengerti

Apabila telah disadari

Hari Sabtu yang akan datang

Aku akan membawanya kepadamu

Ciumlah kedua pipinya

Dan panggillah ia dengan kata: Anakku!

Bila malam telah datang

Kisahkan padanya

Riwayat para leluhur kita

Yang ternama dan perkasa

Dan biarkan ia nanti

Tidur di sampingmu

Ia pun anakmu

Sekali waktu nanti

Ia akan melahirkan cucu-cucumu

Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu

Dan kepada mereka

Ibunya akan bercerita

Riwayat yang baik tentang nenek mereka

Bunda bapak mereka

Ciuman abadi

Dari anak lelakimu yang jauh.

1. Perbandingan, contoh:
  • Seseorang yang bagai kau
  • Dan bagai bunda ayahku melepaskannya
  • Untuk mengawinimu
  • Bagai dulu bundamu melepas kau
2. Metafora, contohnya:
  • Dan berganti dengan sandal rumah yang tenteram, jinak, sederhana
  • Burung dara yang nakal
3. Personifikasi, contohnhya:
  • Terpupuslah sudah masa-masa sepiku hendaknya berhenti gemetar rusuh
  • Dan sepatu yang berat serta nakal
4. Hiperbola, contohnya:
  • Jalan-jalan yang mengkhawatirkan dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
  • Kini terbang dan menemui jodohnya.
5. Repetisi, contohnya:
  • Begitu kata alam, begitu kau mengerti
  • Apabila telah dimengerti apabila telah disadari
Puisi ini dapat dianalisis menurut kritik mimetik. Kritik mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai pencerminan kenyataan kehidupan manusia, banyaknya bahasa retorik untuk melukiskan kehidupannya.
Bagikan Artikel Ini