Beranda » Dampak Langkanya Kedelai di Indonesia

Dampak Langkanya Kedelai di Indonesia

Kacang kedelai yang diketahui sangat terkenal dan banyak digunakan sebagai bahan olahan makanan di Indonesia terutama produk olahan tradisional yang mana merupakan salah satu tanaman anggota kacang-kacangan serta memiliki kandungan protein nabati tertinggi jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lain. Tanaman kedelai juga salah satu komoditas tanaman pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Di kawasan Asia Timur salah satunya Indonesia, kacang kedelai dijadikan makanan pokok yang sangat umum atau sering dijadikan sebagai pelengkap makanan sehari-hari. Namun, mengetahui fakta tersebut tidak disangka bahwa negara kita masih bergantung dengan Impor salah satu bahan pangan pokok Indonesia yaitu kedelai. Ditambah adanya kejadian baru-baru ini pada awal tahun 2022 bahwa terjadi kelangkaan kedelai di Indonesia. Hal tersebut tentunya mempengaruhi berbagai aspek perekonomian salah satunya bagi para UMKM di Indonesia.

Sebagai negara dengan jumlah konsumsi kedelai terbanyak setelah China, fakta diatas tadi cukup mengejutkan banyak orang. Diketahui menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan di Indonesia, petani kedelai tak banyak memiliki minat besar untuk berkecimpung pada sektor tanaman kedelai. Kebanyakan petani dalam negeri lebih tertarik pada komoditi lain yang lebih menjanjikan dan punya kepastian pasar. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat pengembangan  kedelai semakin sulit dilakukan dan menjadikan Indonesia bergantung pada impor kedelai dari negara lain. Selain itu, permintaan kedelai di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk, tapi produksi yang di capai ternyata belum juga mampu mengimbangi kebutuhan ataupun permintaan dari keseluruhan masyarakat Indonesia. Untuk memenuhi jumlah kekurangan ini dan mempertahankan tingkat konsumsi yang cukup pada masa mendatang, hasil tanaman kedelai harus terus ditingkatkan.

Menurut Jumrawati ,rendahnya produksi kedelai Indonesia salah satunya dikarenakan belum maksimalnya pengetahuan petani dalam penggunaan teknologi produksi yang mendukung pertanian berkelanjutan dan semakin berkurangnya sumber daya lahan yang subur karena penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus. Dan diketahui saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,56 ton/ha dengan kisaran 0,8–2,4 ton/ha di tingkat petani, sedangkan di tingkat peneliti sudah mencapai 1,7–3,2 ton/ha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan menurut data dari Badan Litbang Pertanian tahun 2016. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan Impor di Indonesia perlu dilakukan hingga pada akhirnya kita tidak dapat menyediakan persediaan kedelai yang cukup saat produksi kedelai global sedang ada kendala.

Dampak dari pandemi covid-19 yang mempengaruhi pasar global kedelai saat ini mengalami goncangan akibat tingginya ketergantungan impor. Peluang ini tentunya dimanfaatkan oleh Kementrian pertanian untuk meningkatkan produksi pasar kedelai dalam negeri. Sehingga dapat mengurangi tingkat ketergantungan Impor negara kita terhadap komoditas kedelai dari negara lain, dan menghindari kelangkaan bahan pangan apalagi bahan pangan pokok yang biasa menjadi makanan sehari-hari warga lokal. Maka, melihat kelangkaan tersebut menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan dari Kementerian Pertanian (Kementan) fokus melipatgandakan produksi atau ketersediaan kedelai dalam negeri. Produksi kedelai dalam negeri diharapkan harus bisa bersaing baik dari segitu kualitas maupun dari segi harganya melalui perluasan areal tanam dan mensinergikan para integrator, unit-unit kerja Kementan dan juga tentunya bekerja sama dengan pemerintah daerah.

Terdapat juga faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga kedelai impor yakni ongkos angkut yang juga mengalami kenaikan. Waktu transport impor kedelai dari negara asal yang semula ditempuh selama 3 minggu menjadi lebih lama yaitu 6 hingga 9 minggu. Melihat hal tersebut tidak diragukan lagi bahwa kelangkaan tanaman kedelai ini sangat berdampak bagi masyarakat di Indonesia entah itu sebagai produsen seperti petani yang harus lebih gencar, semangat dan bersinergi dengan pemerintah untuk dapat menemukan strategi baru yang penuh inovasi dan efektif menyeselesaikan permasalahan kelangkaan pangan ini dan juga mengurangi tingkat persentasi ketergantungan salah satu bahan pangan impor di Indonesia.

Masih sebagai produsen seperti para UMKM yang seharusnya mereka dapat menjual atau berdagang makanan atau minuman yang berbahan dasar kedelai seperti pedagang tahu gejrot, tahu jeletot ataupun susu kedelai. Tentu mereka akan kesulitan mendapatkan kedelai atau mendapat kedelai dengan harga yang fantastis sehingga mau tidak mau harus mengeluarkan modal yang lebih besar dari biasanya dan menjual  dagangannya dengan harga yang lebih tingi juga agar tidak merugi.

Selain itu juga kelangkaan ini juga berdampak kepada masyarakat Indonesia yang bekerja pada bidang distributor biji kedelai, mereka tentu kekurangan pekerjaan dalam mengantar jemput biji kedelai dari pusat datangnya kedelai impor menuju ke pasar.

Lalu, selanjutanya yang terdampak dari kelangkaan komoditi kedelai ini tentu saja para konsumen. Seluruh masyarakat Indonesia tak hanya para produsen dan distributor, namun juga para konsumen yang seharusnya dapat mengkonsumsi olahan kedelai dengan harga yang normal dan mudah didapat menjadi sulit didapat dan pada akhirnya sebagian dari para konsumen memilih untuk mengurungkan niat mereka dalam membeli olahan kedelai kepada para UMKM ataupun kacang kedelai mentahan di pasar. Tentu saja hal tersebut diatas dapat mempengaruhi pemasukan para UMKM atau para penjual di pasar yang semakin menurun akibat penurunan jumlah pembeli mereka.

Dengan adanya kejadian seperti ketergantungan Impor bahan pangan Indonesia kepada negara asing yang dikarenakan suatu permasalahan global dan pada akhirnya menyebabkan langkanya produk kedelai di pasaran Indonesia dapat dijadikan pelajaran pada sektor-sektor pertanian lainnya di Indonesia sehingga hal-hal tersebut diatas dapat dicegah dan juga segera ditemukan solusi yang tepat tak hanya oleh pemerintah Indonesia namun juga seluruh masyarakat baik itu mahasiswa, pelajar, petani, pekerja UMKM dan lainnya. Supaya masyarakat Indonesia maupun generasi penerus kelak tidak mengalami hal yang sama di kemudian hari seperti yang  dirasakan akhir-akhir ini, dengan menjadi masyarakat yang berperan aktif dalam lingkungan sosial seperti turut membantu para UMKM di Indonesia dengan membeli produk dalam negeri dan juga mempromosikannya. Semoga hal-hal kecil tersebut dapat dilakukan sebagai langkah kecil yang dapat membuat perubahan besar bagi negara ini.

Bagikan Artikel Ini