Beranda » Analisis Novel Pope Joan Karya Donna Woolfolk Cross

Analisis Novel Pope Joan Karya Donna Woolfolk Cross

Novel Pope Joan karya Donna Woolfolk Cross. Menceritakan tentang keluarga Sang kanon(Imam) dari Ingelheim yang memiliki tiga anak bersama dengan Gurdun yang merupakan wanita dari Saxon yang dianggap bidah karena menyembah dewa-dewi. Matthew merupakan anak pertama dari keluarga sang Kanon, John anak kedua yang memiliki pengetahuan lebih rendah dari pada saudara yang lain, dan anak terakhir dari keluarga tersebut yaitu Joan, perempuan dengan kecerdasan yang alami.

Lahirnya Joan dianggap aib oleh sang kanon, karena menurut sang kanon perempuan merupakan sumber dari segala dosa. Awal mula sang kakak sulung Matthew gemar mempelajari bidang akademis, karena perintah dari sang ayah yang berambisi menjadikan putra sulungnya sekolah di perguruan tinggi. Sedangkan John putra kedua dari sang kanon lebih tertarik pada bidang pertenpuran. Sang kanon berharap, anak ketiga yang dinantikannya itu bejenis kelamin laki-laki yang nantinya akan dijdikan sebagai imam di sebuah gereja. Namun, kenyataan di luar ekspetasi sang kanon, lahirnya joan sebagai permpuan membuat ayahnya marah dan kecewa. Dengan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi membuat sang kanon semakin benci kepada Joan, dan Joan mendapatkan perlakuan yang tidak sewajarnya sebagaimana menjadi seorang perempuan. Di sini lah unsur patriaki terjadi, Joan tidak diperbolehkan mendapat pengetahuan yang lebih tinggi ketimbang laki-laki, Joan hanya ditugaskan membantu kesibukan sang ibu, sebagaimana perempuan seharusnya.

Berdasarkan synopsis cerita di atas, kita bisa mengkaji Novel Pope Joan karya Donna Woolfolk Cross menggunakan pendekatan feminisme. Kritik sastra feminis merupakan kesadaran membaca sebagai wanita, yakni kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra (Culler dalam Sugihastuti, 2010:7). Artinya membaca dengan kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan serta membongkar praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki dan patriarki karena karya sastra, pendekatan tersebut digunakan untuk membantu membongkar bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan dan bentuk-bentuk perjuangan yang dilakukan oleh tokoh utama perempuan untuk melepaskan diri dari dominasi patriarki.

Mengapa demikian mengkaji Novel Pope Joan karya Donna Woolfolk Cross menggunakan pendekatan feminisme? Ya, karena dalam novel tersebut joan selaku anak perempuan satu-satunya mendapatkan kekerasan fisik maupun mental dari sang kanon yaitu ayah dari joan. Dalam novel tersebut unsur patriaki masih sangat kental pada masa itu yaitu, pada abad ke-9, pada saat itu perempuan hanya diperbolehkan membantu kesibukan ibu rumah tangga, membantu pekerjaan sang ibu, dan haram baginya kaum perempuan mendapatkan pembelajaran, terutama di bidang akademis, bahkan tidak hanya pada masa itu saja unsur patriaki dipraktikan, pada masa sekarang ini masih banyak unsur patriaki.

Banyak pembelajaran yang kita pelajari dalam membaca Novel Pope Joan karya Donna Woolfolk Cross Membaca novel seperti belajar dari masa lalu yang telah lampau, kita dapat memperbaiki kesalahan atau kejanggalan pada novel tersebut dengan cara memperbaiki pola pikir kita yang masih tabu akan kehadiran sastra feminisme. Dari sekiran persen populasi manusia terutama kaum laki-laki hanya beberapa saja yang mengakui sastra feminisme. Dengan begitu feminisme akan terus hadir dan memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan yang dapat menyamakan kedudukannya dengan laki-laki. Pembahasan tentang Novel Pope Joan karya Donna Woolfolk Cross dapat kita jadikan kesadaran tentang norma-norma dan hak-hak perempuan, dan menunjukan bahwa patriaki adalah Tindakan kejam yang merampas hak-hak perempuan.

sebagai penutup, saya teringat dengan wabah yang sedang kita alami sekarang ini yaitu, virus corona, ada pepatah yang mengatakan ”aku tidak takut pada corona virus, aku tidak peduli apapun itu juga, yang terpenting jangan sampai ibu sakit, nanti dunia hancur”.

Bagikan Artikel Ini