Beranda » 4 Bahasa Daerah yang Hampir Punah di Indonesia

4 Bahasa Daerah yang Hampir Punah di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya akan bahasa. Indonesia mempunyai ratusan macam bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar maupun warga asing. Namun, dari sekian banyaknya bahasa yang dimiliki oleh Indonesia ada beberapa bahasa yang hampir punah dimakan oleh zaman.
Artikel ini akan menjelaskan 4 bahasa yang sudah hampir punah, diantaranya yaitu:
  • Bahasa Retta di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur
Bahasa yang terancam punah salah satunya yaitu bahasa Retta di wilayah Nusa Tenggara Timur. Penutur bahasa Retta saat ini kurang dari 500 orang.
Salah satu penyebab dari bahasa Retta hampir punah yaitu akibat generasi muda setempat yang lebih menyenangi menggunakan bahasa gaul dan tidak mempunyai upaya melestarikan bahasa Retta tersebut.
  • Bahasa Saponi di Kabupaten Waropen, Papua
Bahasa Saponi adalah bahasa yang sudah punah di daerah Papua. Berdasarkan penelitian, Saponi merupakan sebuah bahasa yang memiliki persentase perbedaan sebesar 98,75% hingga 100% dibandingkan bahasa disekitarnya.
  • Bahasa Ibo di Kabupaten Halmahera Barat
Bahasa Igbo atau yang lebih dikenal dengan bahasa Ibo adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk di wilayah Nigeria. Penutur bahasa Igbo pada saat itu mencapai 20 juta orang. Namun, seiring berjalannya waktu bahasa Igbo pun tergusur oleh bahasa baru yang menyebabkan berkurangnya penutur hingga bahasa Igbo terancam punah.
  • Bahasa Meher di Pulau Kipar, Maluku
Penggunaan bahasa Meher di Pulau Kisar Khususnya pada 7 desa dan 7 dusun sudah terancam punah. Bahasa Meher yang terancam punah memiliki beberapa alasan, diantaranya:
a. Banyak keluarga yang berbicara menggunakan bahasa baku sehingga generasi muda tidak mengenal bahasa Meher tersebut.
b. Dalam pergaulan hingga interaksi terhadap yang lebih tua menggunakan bahasa Indonesia.
c. Malu menggunakan bahasa Meher dan lebih sering menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi agar terlihat lebih modern.
Punahnya bahasa daerah memiliki dampak negatif untuk generasi yang akan datang. Dampak negatif dari punahnya bahasa daerah adalah jati diri dan kebudayaan kelompok penutur akan hilang.
Masyarakat akan kehilangan pengetahuan tradisional dan kearifan lokal yang sangat berguna untuk masa sekarang. Beberapa upaya untuk melestarikan bahasa daerah adalah sebagai berikut:
a. Membuat berita atau informasi setempat menggunakan bahasa daerah.
b. Lebih sering menggunakan bahasa daerah saat sedang interaksi dengan siapapun.
c. Menyelenggarakan acara yang dapat menimbulkan kembali rasa cinta terhadap bahasa daerah.
d. Menjadikan bahasa daerah sebagai mata pelajaran di sekolah.
Penelitian untuk pemetaan bahasa daerah yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dilaksanakan sejak tahun 1991 hingga tahun 2017 lalu. Menurut hasil penelitian, bahasa daerah yang terdapat di Indonesia yaitu sebanyak 652 bahasa.
Bagikan Artikel Ini