Beranda » Kenapa Bahasa Sunda di Rangkasbitung Berbeda?

Kenapa Bahasa Sunda di Rangkasbitung Berbeda?

Daerah Rangkasbitung yang dahulunya merupakan masuk wilayah Jawa Barat maka masyarakatnya disebut Suku Sunda dan menggunakan bahasa Sunda yang menjadi standar bahasa daerah Jawa Barat, namun ada perbedaan dialek dan kosa kata yang digunakan oleh masyarakat Rangkasbitung yang tidak halus atau kasar dibandingkan dengan bahasa sunda priangan yang asli Jawa Barat.

Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh berbaurnya Suku Baduy Luar yang berada di pedalaman Selatan Rangkasbitung yang menggunakan bahasa Sunda buhun (kuno) seperti kata “aing” yang mempunyai arti “aku / saya” dan cenderung bernada tinggi serta kasar jika dibandingkan dengan bahasa Sunda priangan meskipun dianggap biasa bagi masyarakat sekitar Baduy.

Banten yang memiliki bahasa daerah “Jawa Serang” karena berawal dari penyebaran agama Islam oleh kesultanan Cirebon di Banten dengan bahasa “Jawa” yang memberikan pengaruh lain terhadap penggunaan kosa kata yang digunakan masyarakat di wilayah Rangkasbitung.

Penggunaan kosa kata yang dianggap halus pada bahasa Jawa tetapi dianggap kasar jika dibandingkan dengan bahasa Sunda Priangan. Contoh seperti kata “dahar” yang dianggap halus pada bahasa Jawa tetapi dianggap kasar pada bahasa Sunda Priangan.

Bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat Rangkasbitung menjadi ciri khas dan unik serta terkesan aneh bagi masyarakat Sunda Priangan, tentu saja berbeda jauh dengan bahasa “Jawa Serang” sebagai bahasa daerah Provinsi Banten. Perbedaan-perbedaan itu menjadi identitas tersendiri, yang  mendengar seseorang berbicara dengan kekhasannya itu maka akan diketahui orang itu berasal Rangkasbitung.

Bagikan Artikel Ini