Masalah gigi berlubang dan sakit gigi sering dianggap sepele oleh banyak masyarakat Indonesia. Padahal, penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi, dan efeknya tidak hanya memengaruhi kenyamanan fisik, tetapi juga berdampak luas terhadap produktivitas, kualitas hidup, dan beban ekonomi.
Secara kesehatan, gigi berlubang dapat berkembang menjadi infeksi yang serius, seperti abses, radang gusi, hingga infeksi sistemik yang berpotensi mengganggu organ lain. Rasa nyeri yang terus-menerus menyebabkan gangguan makan, tidur, hingga konsentrasi. Pada anak-anak, kondisi ini berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan, prestasi akademik, dan perkembangan bicara. Sementara pada orang dewasa, keluhan sakit gigi sering kali mengurangi kemampuan bekerja secara optimal.
Dampak ekonomi dari masalah ini jauh lebih besar daripada yang terlihat. Setiap tahun, banyak pekerja kehilangan jam kerja akibat sakit gigi, baik karena nyeri yang mengganggu maupun karena harus menjalani perawatan di fasilitas kesehatan. Hal ini berarti berkurangnya produktivitas tenaga kerja nasional. Di sisi lain, akses perawatan gigi masih belum merata; sebagian masyarakat harus menanggung biaya tinggi karena belum memahami pentingnya pencegahan dan lebih sering datang ke dokter gigi ketika kondisi sudah parah. Beban biaya perawatan ini menambah tekanan finansial, terutama bagi keluarga berpenghasilan rendah.
Lebih jauh, negara juga menanggung konsekuensi ekonomi melalui sistem pembiayaan kesehatan. JKN-BPJS setiap tahun mengeluarkan dana cukup besar untuk layanan kesehatan gigi, sebagian besar untuk tindakan kuratif yang sebenarnya bisa dicegah sejak awal. Jika budaya perawatan gigi preventif—seperti pemeriksaan rutin, edukasi kebersihan mulut, dan penggunaan fluoride—lebih kuat, maka beban ekonomi negara dapat ditekan secara signifikan.
Pada akhirnya, isu gigi berlubang dan sakit gigi bukan sekadar persoalan kesehatan individu, melainkan problem sistemik yang berkaitan dengan literasi kesehatan, akses layanan, perilaku masyarakat, dan kebijakan preventif. Dengan memperkuat program promotif-preventif, meningkatkan edukasi sejak usia sekolah, serta memperluas akses pelayanan kesehatan gigi yang terjangkau, Indonesia dapat mengurangi beban ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.