Beranda » Kritik Seni Pertunjukan Sangkuriang dan Dayang Sumbi oleh Teater Delima dan Kuaterfilas by the Someday Project

Kritik Seni Pertunjukan Sangkuriang dan Dayang Sumbi oleh Teater Delima dan Kuaterfilas by the Someday Project

Sumber foto : Dokumentasi Penulis

Seni pertunjukan merupakan sebuah karya seni yang kompleks karena pada dasar nya seni pertunjukan ini tidak hanya melibatkan satu jenis komponen saja, melainkan melibatkan berbagai jenis karya seni lainnya. Bisa dilihat pada pertunjukan drama, seni yang ditampilkan bukan hanya sebuah seni peran saja melainkan ada gabungan dari beberapa seni peran, seni rias, seni musik, make up dan kostum yang dikenakan oleh para pemeran drama tersebut. Menurut Bagus Susetyo dalam bukunya (2007:1-23) Seni pertunjukan adalah sebuah ungkapan budaya, wahana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma estetik-artistik yang berkembang sesuai zaman, dan wilayah dimana bentuk seni pertunjukan itu tumbuh dan berkembang.

Kritik seni pertunjukan merupakan disiplin kritik memiliki pengertian kurang lebih sepadan dengan disipin yang digunakan dalam bidang kesusastraan, hanya saja tradisi kritik dalam bidang seni pertunjukan tidak setua kritik sastra atau seni rupa. Hal ini sangat terkait dengan perkembangan disiplin seni pertunjukan itu sendiri, akan tetapi para para pemikir tari dari mancan Negara (di luar Indonesia) sangat giat, dan terus melakukan kajian serta menjadikan disiplin itu sebagai bagian yang integral dengan proses kreatif. Fungsi utama dari kritik seni adalah menjembatani presepsi dan apresiasi karya seni antara seniman, karya dan penikmat seni.

Teater Delima adalah ekstrakulikuler SMAN 85, yang telah menghasilkan banyak pertunjukan yang dilahirkan berkat kerja keras divisi-divisi yang piawai dalam bidangnya. Teater delima bertujuan untuk mengasah kepercayaan diri tiap anggotanya sehingga dalam setiap pembawaan peran mereka dapat menghayati secara penuh sehingga dapat menggugah spektator. Kuaterfilas merupakan sebuah organisasi teater dari SMAN 112 yang memiliki visi-misi yang sama dalam membangun karakter.

Drama musikal Sangkuriang dan Dayang Sumbi merupakan sebuah pementasan eksternal kolaborasi antara Teater Delima SMAN 85 dan Kuaterfilas SMAN 112 yang telah suskes menyelenggarakan acaranya GRJS Bulungan pada  25-26 Maret 2017 lalu di bawah naungan The Someday Project. Drama musikal ini mengandung banyak unsur seni yang menggabungkan beberapa unsur seni mulai dari aktor, aktris, penari, penyanyi, tata rias make up dan koreografi.

Hal ini membuat penulis ingi memberikan apresiasi dalam bentuk kritik yang bertujuan memaparkan kelebihan dan kekurangan, guna memberikan harapan dan dukungan kepada para seniman dalam pementasan tersebut agar semakin berkembang dan juga semakin mengasah kemampuan maupun bakatnya, hingga akhirnya dapat memberikan sebuah kemajuan bagi dunia kesenian khususnya dalam seni tertater di Indonesia.

Teater Delima dan Kuaterfilas dalam pertunjukan musikal Sangkuriang dan Dayang Sumbi telah menghadirkan seni dari berbagai unsur yakni seni pertunjukan teater, seni musik, tarian dan koreografi. Pada awal pementasan, pertunjukan tersebut menghadirkan tarian dan musik dengan nuansa nusantara yang khas, membawa pertunjukan tersebut pada dialog antara Dayang Sumbi dan Sangkuriang dan menuju latar yang  dimaksud. Pertunjukan drama musikal tersebut juga menggunakan latar panggung yang baik, sesuai dengan suasana dan keadaan. Suasana hutan dan pedesaan pada waktu malam hari dipenuhi cahaya lampu. Penonton seperti diajak pada latar yang sesungguhnya dan sangat sesuai dengan cerita namun sayangnya properti yang di gunakan terlihat modern dengan memakai lampu dari batrai atau lisrik dan tidak menggambarkan nuansa aslinya yang belum ada lampu yangn mungkin masih menggunakan cahaya dari obor api. Dan juga, sayangnya pada bagian property tidak memperlihatkan perahu yang di bangun oleh Sangkuriang. Namun pembawaan para aktor, aktris dan penarinya sangat baik sehingga cukup baik membawa penonton pada latar yang dimaksud.

Dalam tata rias dan kostum dapat dikatakan sangat bagus dan sesuai dengan masing-masing karakter, kelengkapan properti dan tata rias panggung juga menandakan keseriusan dan kemapanan dalam mengadakan pertunjukan tersebut. Iringan music dan lagu yang diciptakan sangat sesuai dengan pertunjukan tersebut, dan permainan tata cahaya menambahkan kesan dramatik dalam pertunjukan. Pada pertunjukan Sangkuriang dan Dayang Sumbi yang dibawakan sangat baik oleh teater delima dan kuaterfilas, namun sayangnya pada pementasan tersebut tidak menggunakan bahasa asli dari cerita rakyat tersebut yang mana cerita tersebut berasal dari Jawa Barat yang kemungkinan pada zaman dahulu menggunakan bahasa sunda mengingat cerita tersebut berasal dari kota Bandung yang mayoritasnya berbahasa sunda. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku membawa kesan modern pada pementasan tersebut dan cenderung kurang pas sehingga kebudayaan asli cerita tersebut kurang diperlihatkan.

Kritik yang saya sampaikan bertujuan membangun dan juga memiliki tujuan agar seni pertunjukan yang ada di Indoesia dapat berkembang jauh lebih pesat dan juga dapat melestarikan kebudayaan daerah yang ada. Selanjutnya saya pribadi mengucapkan mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan, saya hanya memberikan opini pribadi sebagai penikmat seni pertunjukan.

Bagikan Artikel Ini