Beranda » Kiamat Permainan Tradisional

Kiamat Permainan Tradisional

(Foto: pinterest)

Oleh Rika Aulia

Di zaman perkembangan teknologi yang begitu pesat banyak permainan digital berbasis daring yang menarik perhatian anak-anak. Tanpa kita sadari ada yang tersingkirkan dari perkembangan teknologi, yaitu permainan tradisional. Permainan tradisional kini terancam punah ditengah gempuran digitalisasi.

Banyak anak-anak lebih memilih bermain permainan digital, dengan alasan mudah didapatkan dan tidak membuat lelah, karena permainan tradisional sulit didapatkan dan menguras keringa. Padahal permainan tradisional lebih banyak memberikan manfaat, dengan menjadikan anak-anak berfikir kreatif dan menyehatkan tubuh karena banyak mengeluarkan keringat.

Salah satu faktor terbesar dalam permasalahan ini adalah pandemi Covid-19. Saat pandemi semua orang dilarang melakukan pekerjaan di luar ruangan terlebih lagi yang tidak berkepentingan dan hampir seluruh pekerjaan di luar rumah digantikan oleh media daring. Sehingga banyak aktifitas dilakukan di hadapan handphone. Aliha-alih belajar daring menggunakan gawai, siswa kerapkali bermain game di saat jam belajar.

Dikutip dari CNN Indonesia, menurut hasil survei dr. Kristiana Siste bahwa terdapat 19,3 persen remaja dan 14,4 persen dewasa muda kecanduan internet dan bahkan ada 2.933 remaja yang mengalami peningkatan durasi dalam bermain handphone yaitu dari 7,27 jam menjadi 11,6 jam per hari. Itu meningkat 59,7 persen.

Survei itu dilakukan tahun 2019 pada penyebaran virus yang tinggi. Saat pandemi mulai turun dan pemerintah melonggarkan pembatasan aktifitas di luar rumah, mari kita mempersingkat waktu dalam penggunaan media daring khususnya bagi anak-anak. Aktifitas fisik dalam permainan tradisional justru sangat dibutuhkan sebagai varian lain berolahraga dan menggerakan badan setelah lama harus tinggal di dalam rumah dan menjadi generasi rebahan.

 

 

Bagikan Artikel Ini