Beranda » Kemiskinan Tak Kunjung Reda

Kemiskinan Tak Kunjung Reda

Ilustrasi - foto Dokumentasi Penulis

Hai semua perkenalkan gue mahasiswa baru di salah satu universitas negeri di Indonesia. Gue sebagai masyarakat indonesia ingin menyalurkan pendapat atau opini gue tentang keluh kesah yang sedang terjadi di Negara kita.

Gue mau menuliskan tentang pandangan gue sendiri yang mana ada kasus yang dari dulu sampai sekarang belum kunjung reda juga, yaitu kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu kasus atau pemersalahan yang belum kunjung reda. Jumlah kemiskinan yang terjadi di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut gue kemiskinan itu seperti penyakit, apabila tidak diobati akan infeksi dan semakin menyebar atau semakin banyak dan apabila kita tidak mengatasinya, maka akan semakin meningkat/bertambah. Terjadinya kemiskinan disebabkan karena banyak faktor seperti, kurangnya lapangan kerja, tingkat pendidikan yang rendah, dll. Akibat dari kemiskinan salah satunya adalah kematian, banyak kasus masyarakat yang kurang mampu meninggal karena kelaparan. Selain kelaparan, ada juga kasus salah satu rakyat kita yang meninggal dalam keadaan sakit tetapi dia tidak bisa kerumah sakit karena tidak mampu untuk bayar tagihan.

Faktor dari kemiskinan seperti mereka tidak mempunyai perkerjaan atau biasanya kita sebut dengan pengangguran akibat lapangan kerja di Indonesia sedikit dan jumlah angka umur siap kerja semakin meningkat, mengakibatkan masyarakat yang kurang mampu melakukan segala macam cara untuk menghidupi kehidupannya seperti, busking di jalanan atau biasa disebut pengamen, minta-minta sedekah di lampu merah, menjadi manusia silver yang dimana sekarang didaerah tempat gue tinggal semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Bahkan ada yang sampai melakukan tindak kejahatan seperti mencopet hingga maling unuk bisa menghidupi keluarganya. Apalagi di kondisi sekarang ini, yang mana kita sedang dilanda wabah Covid-19.

Adanya wabah ini menyebabkan tingkat kemiskinan semakin meningkat yang mana banyak orang-orang berkerja di PHK dan menjadi pengangguran. Di tengah wabah Covid-19, sangat susah untuk mencari lapangan perkerjaan. Sebelum ada wabah aja udah susah apalagi sekarang, yang mana di tengah pandemi ini banyak perusahaan yang tutup dan banyak usaha kecil yang tutup karena sepi pembeli.

Menurut gue pemerintah belum sepenuhnya bahkan tidak ada aksinya untuk meberantas kemiskinan. Padahal setiap kampanye bergantinya periode sering membuat tujuan dan janji yang membuat masyarakat percaya menjadi lebih baik dan maju, tetapi hasilnya sama saja seperti periode-periode sebelumnya.

Pemerintah apa tidak tahu kalau omongan waktu mereka lagi kampanye itu di pegang erat sama rakyatnya. Pada waktu kampanye pemilu atau saat kampanye caleg mereka mengeluarkan tujuan di publik salah satunya seperti memberantas kemiskinan yang ada di Indonesia dan lapangan perkerjaan di Indonesia diperbanyak, tapi sampe sekarang caleg atau pemimpin yang kita pilih tetap saja dan lapangan perkerjaan juga tidak diperbanyak.

Seakaan-akan tujuan mereka memberantas kemiskinan itu tidak ada didalam visi misi mereka pada saat kampanye. Bahkan periode saat ini banyak terjadi ketidaksamaan rakyat dengan sistem pemerintah. Seperti waktu lalu pemerintah mengeluarkan Undang-undang Omnibus Law dengan nama UU No. 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja dan disahkan pada tanggal 5 Oktober 2020 disahkan oleh DPR. Yang beberapa isinya tidak make sense. UU Cipta Keja ini ada isi yang membuat para buruh sangat tidak terima, beberapa point di UU Cipta kerja merugikan para buruh seperti waktu jam kerja eksploitatif, berkurangnya cuti dan waku istirahat, sistem kerja, praktik outsourcing meluas, dan rentan terjadinya PHK.

Gue sebagai bagian dari rakyat tidak setuju. Seperti rentan terjadinya PHK. Di Negara kita susah mencari perkerjaan karena lapangan kerja yang tidak banyak, dan ada point rentan terjadinya PHK itu membuat seseorang dipecat dari perkerjaannya dan membuat jumlah pengangguran bertambah. Bagaimana jika dia tidak mendapatkan perkerjaan yang dimana dia tidak mempunyai apa-apa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan berujung menambah jumlah kemiskinan juga.

Yang dimana pada waktu lalu rakyat kita berdemo, bukan para perkerja saja tetapi mahasiswa juga turun langsung ke jalan untuk melakukan aksi. Tetapi pemerintah tidak juga mendengar suara rakyat, mereka lebih mementingkan kepentingan sendiri dan kelompok mereka. Setelah aksi waktu itu beberapa orang hilang tanpa kabar bahkan sampai sekarang kabarnya juga tidak jelas apakah dia masih hidup atau tidak.

Baru-baru ini juga ada kasus baru yaitu, menteri sosial kita yaitu bapak Juliari Batubara maling uang bantuan sosial yang berjumlah Rp32 Miliar. Padahal, dana tersebut akan diserahkan untuk bantuan sosial akibat dampak pandemi Covid-19 untuk masyarakat Indonesia. Begitu juga, dengan kasus korupsi yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan bersama dengan beberapa staf khusus dan pejabat kementerian. Hal ini sangatlah memprihatinkan, pejabat negara yang seharusnya menjadi pelindung dan teladan bagi rakyat tega-teganya melakukan perbuatan seperti itu.

Di saat rakyat berjuang di tengah pandemi, kasus korupsi seperti ini masih terus berlanjut. Dana bansos yang seharusnya digunakan untuk meringankan beban masyarakat, hilang begitu saja. Korupsi juga merupakan salah satu penyebab kasus kemiskinan di Indonesia yang tak kunjung reda. Tindakan korupsi menyebabkan banyak masyarakat menderita, bahkan sila kelima Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” sudah semakin meredup. Pandemi ini bukan menjadi kendala bagi mereka yang tetap melakukan tindakan korupsi. Sangat disayangkan bahwa telah hilangnya moral para pejabat di Indonesia yang melakukan korupsi. Dimana janji-janji yang telah mereka ucapkan untuk membantu meringakankan beban masyarakat.

Selama pandemi Covid-19, yang menyebabkan jumlah angka kemiskinan di Indonesia semakin meningkat dan kesenjangan ekonomi yang semakin melebar. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa strategi dalam mengatasi hal ini seperti, memberikan subsidi/bantuan dan pemberdayaan. Namun, yang gue pertanyakan apakah hal tersebut sudah terealisasikan dengan baik? Melihat situasi dan kondisi langsung yang terjadi saat ini gue rasa belum maksimal. Gue berharap pemerintah benar-benar merealisasikan kebijakan-kebijakan ini secara adil dan merata kepada seluruh masyarakat di Indonesia, karena jumlah kesenjangan ekonomi yang semakin melebar ini sangat berdampak terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tingkat kemiskinan akibat pandemi di pedesaan dan perkotaan naik. Rakyat kecil dan UMKM merupakan sektor yang paling terpukul, seperti yang udah gue bahas sebelumnya kalau pemerintah memberikan stimulus kepada masyarakat terdampak pandemi. Gue juga berharap besar kepada masyarakat yang mendapat bantuan dana dari pemerintah untuk bisa memanfaatkannya dengan maksimal seperti, para pelaku UMKM misalnya dana bantuan tersebut dapat digunakan untuk modal usaha sehingga usaha tetap terus berjalan. Para pelaku UMKM juga mendapatkan insentif perpajakan di masa pandemi ini yang sangatlah membantu mengurangi beban biaya yang harus dikeluarkan masyarakat. Dengan adanya strategi ini gue sih sangat berharap akan membawa dampak positif dan mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia. Lalu, pemerintah juga melaksanakan program pemberdayaan bagi masyarakat miskin yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan intelektual, dan kecakapan.

Kemiskinan memang bukan hal yang mudah untuk diatasi, sebanyak apapun strategi yang dikeluarkan jika tidak dijalankan dengan benar tidak akan ada gunanya. Akan tetapi, jika segala strategi dilakukan dengan benar gue yakin tingkat kemiskinan juga akan menurun. Memang tidak turun langsung secara drastis namun, secara perlahan tapi pasti. Karena menurut gue, hal terpenting adalah kerjasama yang terarah, adil, dan transparan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, gue harap semoga kita semua bisa saling bahu membahu dalam berjuang melawan pandemi dan memulihkan kondisi perekonomian di Indonesia.

(***)

Bagikan Artikel Ini