Beranda Opini Tantangan Guru di Era Generasi Milenial

Tantangan Guru di Era Generasi Milenial

Ilustrasi - Media Indonesia

Oleh : Kamilah, Mahasiswi, UIN Syarif Hidayatullah

Era milenial adalah sebuah zaman dimana dunia sudah berkembang lebih maju dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Dilansir dari Republika.co.id, istilah milenial berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini.

Pada era milenial terjadi  perubahan teknologi dimana teknologi terus berkembang dan semakin maju. Dengan adanya teknologi tersebut,maka menimbulkan berbagai dampak bagi kehidupan termasuk berdampak pada kehidupan akademik generasi milenial. Dampak tersebut dapat berupa kemudahan yang membantu pelajar milenial dan dapat pula menjadi hambatan bagi pelajar apabila tidak dimanfaatkan dengan bijaksana.

Generasi milenial memanglah unik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Keunikan dari generasi milenial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi. “Secara umum mereka adalah generasi yang tidak mengalami kondisi sulit, namun mereka peka dengan perubahan teknologi atau gadget,” kata Dicky Kartilkoyono, Direktur Sumber Daya Manusia Bank Indonesia, yang dikutip dari www2.deloitte.com. Adapun karakteristik dari generasi milenial yaitu memiliki kepercayaan diri yang bagus, kritis dalam memecahkan masalah, dan memiliki kebiasaan multi-tasking contohnya, belajar sambil mendengarkan lagu, menonton tv, dan yang lainnya.

Selain keunikan, tentunya generasi milenial memiliki kekurangan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Menurut saya, kekurangan dari generasi milenial ini  seperti kecanduan internet, kurangnya rasa patuh terhadap perintah karena mereka memiliki jiwa yang bebas,  terlalu fokus dengan kemajuan globalisasi sehingga mereka lupa dalam bersopan santun terhadap orang yang lebih tua, selalu menyepelekan tugas yang diberikan oleh guru, cenderung malas membaca, tingkat cuek yang tinggi terhadap mata pelajaran, cepat bosan, dan susah fokus dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, kekurangan dari generasi milenial harus diminimalisir karena hal tersebut akan mempengaruhi situasi bangsa di masa yang akan datang, karena generasi milenial akan menjadi penentu bangsa ini akan diarahkan kemana, bagaimana, dan seperti apa. Banyak pula hal positif dari adanya teknologi yang perlu dimanfaatkan secara maksimal oleh generasi milenial agar menjadi pendukung dalam membawa bangsa Indonesia semakin maju.

Guru merupakan salah satu faktor utama bagi keberhasilan pendidikan. Karena itu, tidak mengherankan jika setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia selalu bermuara pada faktor guru. Dalam Undang-Undang No 14 tahun 2005, guru adalah tenaga pendidik profesional di bidangnya yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, memberi arahan, memberi penilaian, dan mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya sejak usia dini melalui jalur formal pemerintahan berupa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah

Lalu, bagaimanakah cara guru dalam menghadapi murid milenial? Dalam menghadapi murid milenial, guru harus memiliki tips dan trik  pembelajaran yang tepat sebagai berikut :

Pertama, guru harus memiliki sikap sabar. Sabar merupakan kunci utama yang harus dipegang oleh guru. Tanpa rasa sabar, guru akan kesulitan mengontrol emosi baik pada diri sendiri maupun bagi para murid. Dari kesabaran yang ditonjolkan oleh guru, tentu para murid akan meniru sikap sabar  yang dicontdari gurunya.

Kedua, sikap santun. Sopan dan santun adalah sikap terpuji yang harus ditunjukan guru kepada murid. Guru harus mampu menanamkan sikap sopan santun kepada murid dengan cara mengigatkan kepada para murid untuk selalu mengucapkan salam, mengajarkan murid bertutur kata yang baik, dan mengajarkan murid dalam menghargai pendapat orang lain.

Ketiga, sikap tegas. Selain sabar dan santun, sikap tegas juga perlu dimiliki oleh seorang guru. Selain bermanfaat untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada murid, ketegasan juga bisa membuat murid lebih menghargai dan menghormati guru dalam belajar mengajar.

Keempat, guru harus berani melakukan hal – hal yang tidak biasa. Dikutip dari Republika.co.id, “ Jika kita tidak mampu beradaptasi menciptakan generasi yang perpikir jauh melampaui kecanggihan teknologi yang ada saat ini, maka mereka akan tergilas oleh zamannya. Untuk itu, sebagai guru kita harus memiliki kemampuan adaptasi (adatable) yang tinggi, syukur-syukur mampu berpikir jauh ke depan,melampaui kecanggihan teknologi saat ini. Untuk itu, sebagai pendidik sejati, guru harus berani berpikir out of the box,” papar Ketua LP3M UNJ Totok Bintaro.

Kelima, guru harus melek digital. Maksudnya adalah guru harus memahami dan mahir terhadap kecanggihan teknologi yang ada pada masa kini. Karena metode pembelajaran masa kini sangatlah berbeda dengan zaman dulu yang hanya cukup mengandalkan kapur dan papan tulis dalam proses belajar mengajar. Kemampuan mengoperasikan komputer sudah menjadi keharusan dan itu dapan memudahkan guru dalam menjalankan tugas dan fungsi profesinya sebagai guru.

Keenam, memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai sumber belajar dan komunikasi pembelajaran. Contohnya seperti saat pandemi ini, penggunaan aplikasi zoom meeting, google classroom, dan edmodo  sangatlah efektif dalam melaksanakan pembelajaran walaupun sedang jarak jauh saat sedang berdiskusi mengenai pelajaran.

Ketujuh, memberikan pembelajaran yang menyenangkan dengan cara mengajar menggunakan teknik atau metode yang mudah untuk dipahami murid, agar murid pun tidak  cepat merasa jenuh dan bosan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Menurut saya, generasi milenial tidak harus selalu disuapi pelajaran teoritis. Maka tidak jarang, para murid zaman sekarang lebih suka mengakses google untuk mencari informasi ketimbang bertanya langsung kepada guru,dosen,ataupun mencari sumber dari perpustakaan. Untuk mengantisipasi hal ini,  sebaiknya guru memulai sesi kelas dengan membawakan suatu cerita yang dapat menarik perhatian mereka. Dengan bercerita, para murid bisa termotivasi dengan cerita gurunya sehingga minat baca dan proses transfer ilmu dapat tercapai dengan baik.

Dari ketujuh tips guru dalam menghadapi murid milenial, hal tersebut perlu diterapkan agar  cara guru dalam mengajar, membimbing, dan memberi arahan menjadi lebih efektif. Tips tersebut tidak akan terealisasi bilamana muridnya tidak  satu frekuensi dengan  gurunya. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama diantara keduanya agar generasi milenial ini menjadi generasi yang berhasil. Semoga dengan harapan, proses, serta kerja keras dari keduanya dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan disegani kembali, sehingga cita-cita dari para pendiri bangsa terwujud di kemudian hari.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini