Beranda Opini Politik Milenial Harapan Bangsa

Politik Milenial Harapan Bangsa

Ilustrasi - foto istimewa Republika.co.id

Oleh Agung Setia Budi

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tentunya kata politik sudah tak asing lagi , bahkan sudah melekat pada diri manusia, politik bukan hanya berbicara mengenai konteks kekuasaan saja melainkan politik disini merupakan metode untuk menjadikan pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, maka dari itu pemuda harus bangun dan bisa ikut serta dalam mengelola politik. Karena pemuda merupakan garda terdepan yang nantinya akan memimpin serta berpengaruh bagi bangsa ini. Sudah saat nya pemuda ikut serta dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan bangsa ini, tahun kemaren tepatnya 2019 pemilu serentak pemilihan eksekutif dan legislatif sudah selesai yang mana pemilu tahun kemaren harus dijadikan sarana evalusi oleh para pemuda, berapa pengaruhnya para pemuda dalam politik, serta bagaimana jadinya ketika pemuda tidak terlibat dalam politik.

Tentu hal ini sangat disayangkan jika peranan pemuda tidak ada sama sekali. Peranan disini dalam artian pemuda harus menjadi promotor perubahan yang merubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya politik. Karna saat ini paradigma masyarakat masih tak acuh terhadap politik bahkan ketika ada pemilu malah dijadikan momentum untuk mendapatkan uang dari para kandidat . Paradigma inilah yang harus kita upayakan dan dirubah oleh pemuda. Karena pemuda merupakan aset terpenting dalam perkembangan bangsa ini, Pemuda selalu memberikan ide dan gagasannya yang sanagat cemerlang sehingga memunculkan gerakan-gerakan alternatif.

Sejarah membuktikan bahwa pemudalah yang menjadi garda untuk kemajuan bangsa ini, Mulai dari Pergerakan organisasi Boedi Oetomo kemudian dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda, gerakan memperjuangkan kemerdekaan hingga Proklamasi RI sampai gerakan Reformasi, merupakan bukti sejarah perananan pemuda dalam memperbaiki nasib bangsa dan memaksa bangsa ini terus bergerak kearah lebih baik dari sebelumnya. Peranan pemuda selalu dibutuhkan oleh bangsa ini untuk mengisi kebuntuan politik.

Pemuda memiliki rasa idealisme yang menjadi dasar utama yang sangat diperlukan dalam menjaga dan menjadi pengingat dalam mengawal praktik demokrasi yang baik di tengah masyarakat, seperti pemilihan kepala daerah. Ironisnya kondisi pemuda hari ini masih terlalu elergi dengan dinamika politik lantas menarik diri dari segala perilaku politik yang ada. Hal ini disebabkan kebanyakan pemuda berada pada titik kejenuhan akan tontonan politik selama ini dengan warna yang terkesan membingungkan, kaku dan kotor. Pola pikir yang menghinggapi pemuda sangat tidak bisa terlepas dari pengaruh peran media yang terus mempertontonkan praktik politik seolah olah politik itu tidak baik dan penuh kebohongan, saling menjatuhkan dan menjelekan antar pihak, penuh rekayasa hukum, praktik suap-menyuap, hingga praktik korupsi yang dilakukan sistematis oleh elit politik Indonesia ini.

Hal tersebut ditambah oleh mindset yang berkembang ditataran masyarakat seolah politik itu sesuatu yang harus dijauhi sehingga menjadikan politik sebagai hal yang tidak baik untuk dilakukan, ini merupakan buah dari trauma praktik politik masa lalu yang akhirnya mewariskan resistensi di tengah masyarakat. Dalam kondisi tersebut, akhirnya pemuda memutuska untuk memilih untuk tidak terlibat pada ranah partisipasi politik dalam bentuk apapun dan biasanya akan berujung menjadi generasi yang pasif.

Padahal, partisipasi pemuda dalam ruang politik sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang dan pengawal agar proses demokrasi berada dalam bingkai yang jujur dan terbuka. Terlebih pemuda yang juga sebagai agen perubahan harusnya berani untuk tampil dan ambil bagian secara menyeluruh baik sebagai penyelenggara, pengawas bahkan sebagai peserta dalam alur demokrasi tersebut. Keterlibatan pemuda secara aktif diharapkan akan mendorong praktik demokrasi yang baik yakni bebas dari perilaku politik kotor, saling menjatuhkan, kongkalikong antar peserta dengan penyelenggara politik, korupsi.

Maka seharusnya pemuda, sebagai generasi emas dan menjadi tulang punggung pembangunan dan pembaharuan, mengambil peran lebih besar dalam kancah politik. Cukup bagi pemuda menjadi penikmat suguhan bahkan hanya sekedar sebagai penghias di panggung politik. Banyak hal yang dapat dilakukan pemuda dalam mengaktualisasikan diri di ruang demokrasi, misalnya mengadakan forum kajian/diskusi politik kritis berbasis masyarakat dan lintas sektoral.

Di sini pemuda bersama masyarakat bisa mulai membangun pendidikan politik yang baik dan mencari definisi politik substantif yang keluar dari jebakan pragmatisme saat menyusun agenda politik sehingga akan berpihak pada masyarakat. Melalui forum ini pula nantinya pemuda bersama masyarakat dapat melahirkan rekomendasi kebijakan yang dapat disampaikan langsung kepada para pemegang kekuasaan dan pengambil kebijakan setempat. Dan proses selanjutnya adalah mendesak legitimasi atas rekomendasi tersebut sehingga memiliki nilai komitmen antar pihak sehingga mudah dipantau.

Dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi politik di kalangan pemuda dan masyarakat maka akan melahirkan budaya koreksi ketika sebuah kebijakan lahir tanpa berpihak pada kepentingan rakyat. Selain itu, pemuda sebagai bagian dari entitas masyarakat yang juga menjadi kelompok intelektual bisa melakukan kegiatan-kegiatan intelektual seperti menawarkan sebuah gagasan, tulisan analisis komprehensif terhadap persoalan di tengah masyarakat hingga menawarkan sebuah kontrak politik.dimaksud bukan bersifat transaksional melainkan lebih kepada budaya politik yang berintegritas dan terbuka, misalnya mewajibkan dibukanya ruang komunikasi-diskusi antarpemangku kebijakan dengan elemen pemuda, dan lain sebagainya.

Dengan kontrak politik substantif dan terbuka ini akan menjadikan golongan pemuda dihargai dan akan mendapat posisi lebih ketimbang dengan kaum penganut tradisi. Langkah selanjutnya dalam mengisi ruang politik, pemuda dapat dan harus memanfaatkan media massa/sosial media sebagai alat bantu untuk membentuk dan mendorong budaya politik yang sehat dan terbuka. Hal ini dapat dilakukan dengan menawarkan konsep-konsep kegiatan politik yang baik, sehat dan terbuka guna membentuk perilaku politik di tengah masyarakat sehingga masyarakat akan keluar dari kondisi gagap politik dan bahkan apatisme politik. Di lain sisi, sosial media juga dapat digunakan sebagai alat pengawasan dan media koreksi serta mnjadi corong informasi terhadap kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.

Hal ini tentunya akan tercapai jika pemuda terus membekali diri dengan berbagai ilmu-ilmu agar setiap tindakan dan gagasan yang keluar benar-benar dirasa manfaat oleh masyarakat. Maka setelah ini, mari kita para pemuda ucapkan selamat tinggal kepada apatisme dan gagap politik. Secara bersama-sama kita harus memotong ruang tumbuh bumbu apatisme dan pragatisme politik di masyarakat dan menggantinya dengan tradisi partisipasi aktif dan politik subtantif. Kita lupakan pola-pola transaksional yang semakin menyuburkan sepak terjang politisi korup dan mandul gagasan. Kita buktikan bahwa pemuda merupakan aset berharga dalam kegiatan politik yang tak dapat dibeli oleh segenggam jabatan, sekarung uang, dan bahkan dengan sebaris ancaman.

Pemuda dalam partisipasi politik sangat lah dibutuhkan, Dalam sistem pemerintahan seringkita sebut dengan pergantian kepemimpinan melalui pemilu baik pemilu eksekutif maupun pemilu legislatif. Tentunya partisipasi pemuda sangat diharapkan dalam kompetisi politik tersebut baik sebagai penyelenggara,pengawas bahkan pemuda pun bisa menjadi seorang kandidat untuk ikut serta dalam kontestasi politik. Proses demokrasi ini pemuda sangat mempunyai peranan penting untuk diikutinya, bukan pemuda yang anti dengan politik bahkan tidak seneng dengan politik melainkan harus ikut serta dalam politik tersebut.

Jika pemuda hari ini tak ikut berpartisipasi dalam kontestasi demokrasi tersebut maka pemuda tersebut pemuda yang blum sadar akan politik. Dan akhirnya saya mengajak kepeda para pemuda untuk sama sama ikut serta dalam kontestasi politik baik sebagai penyelenggara,pengawas pemilu bahkan jadi kandidat agar secara keilmuan dan kepribadian kita terbangun dan melek terhadap politik sekarang.

Pemuda dan partisipasi
2020 tepatnya pada tanggal 23 september indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi di berbagai daerah yang tersebar diseluruh indonesia yakni pemilihan kepala daerah baik kota maupun kabupaten, Sebagai agen perubahan yang mempunyai pemikiran secara aktif dan kritis terhadap pelaksanaan demorasi dalam pilkada, pemuda haruslah ikut serta dalam melaksanakan mekanisme demokrasi yang diselenggarakan, bukan hanya menjalankan hak memilih dalam politiknya saja melainkan pemuda harus terlibat dalam demokrasi. Partisipasi politik pemuda sangat diharapkan agar pemuda bermuculan keterlibatan politik.

Dengan mengoptimalkan kemunculan kaum muda dalam politik serta dibarengi oleh sebuah semangat perubahan yang diusung dari pemuda diharapkan gagasan gagasan yang bersipat antifasip yang menganudung unsur unsur berani sehingga membuat daerah kita keluar dari jawaban terbaiknya terhadap tantangan saatini. Sudah seharusnya kaum pemuda tak bergaya apatis dalam politik.
Kita ketahui bersama bahwa kemampuan pemuda dalam berpolitk tidak dapat diremehkan lagi kemampuan pemuda telah teruji dari waktu kewaktu dalam perjalanan bangsa indonesia.

Pemuda adalah agen perubahan yang akan menjadi penentu masa depan seperti yang di ucapakan oleh bung karno beri aku sepuluh orang pemuda makan akan ku guncangan dunia. Kata tersebut selaras dengan semangat pemuda hari ini dalam demokrasi. Pemuda harus menjadi motor penggerak dalam masyarakat. Pengaruh pemuda sangat lah penting untuk mengajak masyarakat tentang partisipasi dalam demokrasi, selain mengajak masyarakat untuk mengajak partisipasi pemilih dalam demokrasi, sehingga bisa menjadi pemuda yang aktif dan mempunyai pengaruh dalam menggerakan sosial.

Pilkada serentak akan digelar pada tahun 2020 yang terdiri dari beberapa daerah. Tentunya hal ini adalah peluang besar bagi para pemuda untuk memberikan Partisipasi terhadap demokrasi yang bersih, dalam peranan ini pemuda sebagai garis tengah masyarakat yang harus mempunyai kemampuan untuk meyakini masyarakat serta mengajak masyarakat agar lebih memahami pentingnya demokrasi khususnya pemilihan kepala daerah serta harus melakukan gagasan gagasan baru yang memiliki nilai dalam demorasi.

(***)

Biodata Penulis

Nama : Agung Setia Budi
Alamat : Kp Limus Buek Desa Suka Indah Kec Baros
Pendidikan : S1 UNBAJA Prodi PPKn 2018, S2 UPI Bandung Prodi PPKn (Proses Pendidikan)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini