Beranda Pariwisata Menikmati Wisata Alam di Desa Wisata Cikolelet Kabupaten Serang

Menikmati Wisata Alam di Desa Wisata Cikolelet Kabupaten Serang

Desa Wisata Cikolelet

SERANG – Hawa sejuk dan cuaca agak mendung menggantung di atas Desa Wisata Cikolelet, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. Desa yang berjuluk Desa Wisata ini bisa ditempuh melalui Tol Cilegon Barat menuju Cinangka – Anyer atau dari Padarincang – Cinangka, dilanjutkan ke arah Puncak Gunung Cibaja melalui aplikasi google map.

Ada dua jalur jalan perkampungan yang mengantarkan Anda ke lokasi. Sayangnya kedua jalan tersebut dalam kondisi rusak. Jalan berlubang dengan diameter 2 hingga 3 meter dan kedalaman 50 senti meter membuat pengunjung harus berhati-hati.

Kepala Desa Cikolelet Ojat Darojat menyebutnya ‘jalan tol’. “Harus hati-hati kalau lewat ‘jalan tol’, karena harus ‘toleh kanan’ ‘toleh kiri’. Namnya juga jalan ‘tol’,” kata Ojat dengan nada gurau. Kendaraan jenis city car tidak disarankan. Kendaraan jenis roda dua bisa lebih aman hingga beberapa titik wisata alam, sentra kerajinan dan usaha masyarakat sekitar Desa Cikolelet, Minggu (8/12/2019).

Memasuki desa dengan luas wilayah sekitar 554 hektar dan berpenduduk sekitar 5.180 orang pemandangan sudah mulai berbeda. Pengunjung akan sulit menemukan sampah di pinggir jalan atau lingkungan warga. Ada bak sampah yang terbuat dari bambu tersebar di pinggir jalan desa. Tanaman seperti nangka landa, sereh, rambutan, jotang, dan sebagainya terlihat di pagar-pagar rumah warga. Tanah di desa yang berada di ketinggian 1.127 Mdpl di atas permukaan laut ini memang terbilang subur.

Tak jauh dari kediaman Kepala Desa Cikolelet Ojat Darojat terlihat saung perpustakaan desa, dan papan informasi mengenai potensi alam, kesenian dan ekonomi warga Cikolelet. Wisata yang paling menonjol di desa ini yakni Puncak Cibaja. Perbukitan yang menghadirkan pemandangan kabut di atas Rawa Dano ini memang akan membuat betah pengunjung yang penat dengan kemacetan, bising dan kesemrawutan perkotaan. Hawa sejuk dan fasilitas berupa saung pohon serta gazebo menambah santai pengunjung.

Anda bisa merogoh kocek sebesar Rp20 ribu menggunakan ojek warga setempat untuk mencapai tempat tersebut. Jalan setapak nan curam di atas tanah membuat Anda harus berhati-hati, terlebih setelah turun hujan. Jalanan akan menjadi licin dan sulit dilalui kendaraan bermotor. Anda bisa mencapainya dengan berjalan kaki sejauh satu kilo meter.

Mamo Elfanto, warga Kota Serang pengunjung Puncak Cibaja bahkan mengaku akan mengagendakan untuk berkeman di Puncak Cibaja pada malam pergantian tahun baru. “Kalau lokasinya sih enak buat ‘gelar tenda’. Semoga tidak ada halangan nanti di malam tahun baru,” kata pria yang hobi mendari gunung tersebut.

Selain itu, ada tiga potensi wisata alam di Desa Cikolelet. Selain Puncak Cibaja, ada juga Puncak Kirana dan dua wisata alam lain seperti air terjun yakni Curug Lawang dan Curug Kembar.

Turun dari Puncak Cibaja, Kepala Desa Cikolelet Ojat Darojat mengantar kami ke tempat budidaya jamur yang terletak di belakangan pekarangan rumah-rumah warga. Jamur tiram dari berbagai usia pertumbuhan terlihat berjajar di rak bambu tempat bertumbuhnya jamur. Dari hasil budi daya jamur tersebut warga mengaku mendapatkan penghasilan tambahan yang lumayan. Mereka bisa menjual dengan harga Rp20 ribu per kilogram.

Setelah dari lokasi budi daya jamur, kami melihat warag tengah membuat emping. Berbahan melinjo yang sudah disangrai dengan pasir, kulit melinjo dilepas dengan cara dipukul menggunakan palu. Melinjo yang putih dibuat pipih hingga menjadi emping yang siap dijemur dan dipasarkan. Emping dari Cikolelet sudah masuk ke pasar-pasar tradisional di Anyer dan Serang.

Di saung lain, sekelompok ibu-ibu tengah memanfaatkan sampah plastik dari kemasan air minum untuk bahan membuat tas. Ada juga kotak tisu, tempat lampu hias dan vas bunga yang cantik. “Warga di sini memanfaatkan sampah rumah tangga. Kalau sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah plastik untuk kerajinan tangan,” kata Ojat sambil menunjukan hasil kerajinan tangan warga yang bernilai ekonomi.

Lokasi lain peternakan kambing etawa. Pengunjung bisa mencoba langsung memeras susu kambing tersebut. Jika pengunjung berminat, warga juga sudah menyediakan susu kambing etawa dalam kemasan botol dengan aneka rasa. Di samping itu, warga juga menjual minyak sereh yang bisa dibeli sebagai oleh-oleh untuk aroma terapi yang menenangkan.

Hasil alam lain yang menjadi unggulan Desa Cikolelet adalah kopi. Ojat menyebutnya Cikopi (Cikolelet Kopi). Cikopi terbuat dari biji kopi robusta lokal yang khas dari perkebunan kopi milik warga di Kecamatan Cinangka. Ojat menyebutkan ada beberapa pihak yang tertarik dengan kopi tersebut dan ingin melabeli kopi tersebut dengan nama kepala daerah dan merek tertentu, namun keputusan masyarakat menolaknya. Alasannya, barand Cikopi relatif lebih akan bertahan lama dibanding figur kepala daerah yang menjadi label kopi tertentu. “Kopi ini menjadi rebutan, banyak pihak yang tertarik,” ujarnya.

Dalam waktu dekat, Ojat menyatakan, produk warga Cikolelet akan mengisi ruang pameran produk lokal unggulan di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Serang.

Selain potensi alam, potensi seni tradisi masyarakat setempat juga menjadi sajian wisata bagi pengunjung. Mulai dari kesenian kendang pencak, rudat, calung, rampak marawis. Salah satu tradisi yang sudah dikenal luas dan menjadi salah satu calender event Pemkab Serang yakni Ngagurah Dano.

Ojat berharap label desa wisata tidak lantas membuat pemerintah daerah tutup mata dengan fasilitas penunjang seperti akses dan penerangan jalan menuju Cikolelet. Meski beberapa fasilitas sudah dibangun menggunakan dana desa, ia berharap pemerintah daerah, khususnya Pemkab Serang membantu memperbaiki jalan yang rusak agar akses pengunjung lebih nyaman.

“Di samping itu pemerintah juga berkewajiban memberikan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan,” harapnya.

(You/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini