Beranda » Toxic Masculinity Bagi Kesehatan Mental Laki-laki

Toxic Masculinity Bagi Kesehatan Mental Laki-laki

Toxic masculinity ini merujuk pada tekanan yang dialami oleh kaum laki-laki, yang mana laki-laki harus berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu. Fenomena ini biasanya berkaitan dengan pandangan tradisional mengenai maskulinitas. sejak kecil, laki-laki diajarkan untuk menjadi laki-laki tangguh dan kuat dengan tujuan untuk menaklukan orang lain.
Toxic masculinity dapat didefinisikan sebagai anggapan sempit terkait sifat laki-laki, toxic maskulinitas menganut paham bahwa kekerasan dan menutupi emosi menjadi hal wajib yang harus dimiliki untuk menjadi laki-laki yang seutuhnya. Hal ini dipengaruhi oleh sosial, budaya dan agama sehingga menyebabkan maskulinitas berkembang menjadi sebuah aturan yang keras sehingga anggapan ini akan memicu kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual.
Toxic maskulin di latar belakangi oleh budaya patriarki yaitu laki-laki lebih diutamakan dalam segala hal atau dianggap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam bentuk apapun yang mengakibatkan perempuan merasa terintimidasi dan tidak dapat bergerak secara leluasa karena istilah “perempuan lebih rendah dari laki-laki” dengan adanya konsep ini dapat menjadi beban bagi laki-laki. Ketika laki-laki lahir dan dibesarkan dalam lingkungan maskulinitas maka akan beranggapan bahwa dirinya harus menunjukan sifat kejantanannya agar dapat diterima dalam lingkungan tersebut.
Dalam toxic maskulin ini laki-laki sangat pantang dalam menunjukan kesedihan apalagi sampai berujung tangisan karena hal tersebut tidak memenuhi standar yang telah diyakini. Karena menangis merupakan karakteristik feminin dan hanya dilakukan oleh perempuan.
Korban dari maskulin ini biasanya akan menahan emosi secara terus menerus sehingga akan menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan mental seperti stress hingga depresi dan akan berujung pada tindakan bunuh diri, penyebabnya yaitu tidak adanya tempat untuk mencurahkan atau mengekspresikan perasaan yang telah terjadi.
Meski tampak lumrah, ternyata maskulinitas ini dapat berbahaya bagi kesehatan mental. Unsur-unsur yang mengatur tentang bagaimana laki-laki harus bersikap maskulin dapat menyebabkan terjadinya krisis identitas laki-laki yang sedang mencapai kejantanan yang ideal, kemudian dapat memberikan dampak negatif bagi mental dan emosi mereka. Hal ini dapat beresiko memunculkan batasan mengenai sifat laki-laki dalam bermasyarakat sehingga akan menimbulkan konflik pada diri sendiri atau lingkungan sekitar.
Toxic maskulini membuat laki-laki terjebak dalam standar dan definisi tentang menjadi seorang laki-laki yang berlebihan sehingga perilaku ini dapat membahayakan orang-orang yang ada disekitarnya. Maka dari itu, pentingnya untuk mengenalkan healthy masculinity atau bisa disebut dengan maskulinitas yang sehat pada usia dini terutama bagi laki-laki. Hal ini,tidak hanya bermanfaat bagi laki-laki saja tetapi berupaya untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Upaya untuk mengenalkan maskulinitas yang baik dan sehat pada usia dini yaitu dengan cara anda sebagai orang tua menyampaikan bahwa tidak ada salahnya laki-laki untuk menunjukan rasa sedih dan menangis serta mengijinkan atau memperbolehkan untuk mengekspresikan segala keluh kesah yang sedang dirasakan, bisa juga dengan mengenalkan konsep seksual pada anak dengan cara menyesuaikan usia anak tersebut serta memberitahu bahwa setiap tindakan pasti ada kesepakatan dan persetujuan orang lain.
Bagi orang yang telah menjadi korban dari toxic maskulin ini anda dapat pergi berkonsultasi pada psikiater dan mencurahkan segala sifat emosi yang sedang anda alami serta belajar untuk memperlakukan orang lain dengan hormat secara sama rata tanpa membedakan wanita dengan laki-laki, dengan adanya upaya-upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan positif manhood untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam masyarakat atau lingkungan sekitar.
Bagikan Artikel Ini