Beranda » Tarian Hedung Masyarakat Adonara Flores Timur NTT

Tarian Hedung Masyarakat Adonara Flores Timur NTT

Ilustrasi - Sumber Foto : Dokumentasi Penulis

DESKRIPSI

Tarian hedung adalah tarian tradisonal sejenis tarian perang masyarakat Adonara, Flores Timur, NTT. Nama hedung sendiri diambil dari kata hedung, yang berarti menang. Sehingga dapat diartikan bahwa tarian hedung adalah tarian kemenangan. Tarian ini dibawahkan oleh para penari pria maupun wanita dengan menggunakan pakian serta senjata perang (parang dan tombak). Parang adalah symbol membela dan melindungi yang benar, sedangkan Tombak adalah symbol tiang arasy sebagai penegak keadilan. Istilah adat suku Lamaholot menyebutnya Liko Lapak Jaga Gerian. Parang dan tombak adalah senjata yang digunakan oleh nenek moyang Orang Lamaholot.

Tarian hedung merupakan tarian tradisional dalam budaya masyarakat Adonara. Tarian ini merupakan tarian perang yang dulunya dibawakan untuk menyambut pahlawan yang pulang dari medan perang. Tarian ini melambangkan nilai-nilai, kepahlawanan, semangat berjuang, pantang menyerah, persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan. Para penari baik tua, muda atau anak-anak yang terdiri dari kaum laki-laki dan juga beberapa kaum perempuan dan jumlah penari tidak tentu, sesuai dengan kebutuhan. Dalam tarian ini akan dibagi menjadi tiga jenis yaitu yang pertama adalah Hedung Tubak Belo (menggambarkan perang tanding), kedua adalah Hedung Hodi Kotek (menyambut para pahlawan pulang dari medan perang), dan yang ketiga adalah Hedung Megeng Kabeleng (menyambut tamu). Tarian Hedung ini umunya ditampilkan sesuai dengan fugsinya masing-masing. Biasanya gerakan Tarian Hedung ini lebih mengarah kepada tarian perang dengan memainkan senjata sebagai properti tarian. Tarian hedung ini tidak hanya di peragakan oleh masyarakat Adonara dalam mengantar dan menjemput pahlawan dari medan perang saja, tetapi bisa diperagakan dalam acara-acara adat ,festival kebudayaan, penjemputan tamu-tamu istimewah, maupun peringatan hari-hari besar.

ANALISIS

Gerak Tarian Hedung
Penari terdepan bertindak sebagai pemandu. Ia memberikan aba-aba atau perintah bagi penari lainnya. Mereka memainkan gerak kaki, tangan kepala dan seluruh badan. Gerakan dimulai dengan kaki kiri, gerak maju mundur berputar ditempat, atau balik kanan. Juga antara pemain saling berhadapan dan meragakan orang yang berperang, gerakan menikam dengan tombak, memotong dengan parang, atau menangkis dengan perisai, terkadang diikuti dengan teriakan penuh semangat atau teriakan histeris.

Pengiring Tari Hedung
Dalam pertujukan tarian Hedung ini juga diiringi dengan musik tradisonal. musik tradisonal tersebut seperti Gong bawa (bedung atau kentongan) Gong inang (gong induk), Gong an’ang (gong anak atau kecil), Keleneng, dan Gendang.

Kostum Tari Hedung
Kostum yang digunakan dalam tarian hedung ini biasanya merupakan kain sarung tradisional yaitu untuk penari pria biasanya menggunakan Nowing, sedangkan penari wanita menggunakan Kewatek. Kwatek dan Nowing memiliki perbedan dari segi motif, dan warna yang digunakan, kalau kewatek lebih rame dalam lebih bervariasi warna dan bermotif sedangkan nowing lebih simpel. Untuk aksesoris terdiri dari kalala (ikat pinggang), senai (selendang), dan kenobo (perhiasan kepala). Sedangkan untuk peralatan yang digunakan untuk menari, diantaranya seperti Kanube/ Peda Witi Taran (parang),Gala (tombak) dan Dopi (perisai), Knobo (perhiasan di kepala terbuat dari daun kelapa atau daun lontar), Gemerincing atau gasing (alat yang dipasang pada pergelangan kaki, yang berbunyi jika kaki dihentakan).

Sejarah Tarian Hedung
Menurut sejarahnya, pada zaman dahulu di Adonara sering terjadi perang tanding, baik antar suku maupun antar kampung. Sebelumnya berangkat menuju medan perang, mereka berkumpul untuk melakukan tarian hedung, dan ritual agar diberikan keselamatan untuk mereka yang pergi ke medan perang. Hal ini juga dilakukan saat mereka pulang dari medan perang, para penari menyambut para pahlawan dengan tarian hedung. Sehingga sampai saat ini masyarakat Adonara tetap mementaskan tarian hedung sebagai suatu penghormatan roh-roh atau arwah parah leluhur.

INTERPRETASI

  1. a).Symbol yang terdapat dalam pertunjukan
    Tarian hedung sebagai salah satu simbol dengan gerakan yang menggambarkan jiwa kepahlawanan. Tarian hedung memiliki makna sebagai salah satu penghormantan roh-roh atau arwah parah leluhur.
    b). Nilai estetika dalam pertunjukan
    Berbaris
    Keteraturan dalam membentuk suatu barisan, akan melahirkan nilai seni tersendiri. Pemandangan akan terlihat elok jika semua personil berada pada posisi yang benar, tidak keluar dari barisan. Formasi ini biasanya dipakai dalam penjemputan tamu atau tertentu dan biasanya di pimpin seorang pemimpin yang bertindak sebagai kepala pasukan.
    Berhadapan
    Formasi lain yang sering dipakai dalam tarian hedung adalah berhadapan. Semua personil saling berhadapan, satu melawan satu, seakan-akan sedang bertarung. Nilai keindahan tetap didapat dari gerakan-gerakan variatif yang dikomando oleh pemimpin. Formasi ini biasa dipakai dalam acara pementasan oanggung atau pertunjukan buadaya.
    Tanpa lawan
    Formasi yang sering dilihat dalam pertunjukan tarian hedung adalah gerakan tanpa lawan. Semua personil berbaris dan menghadap ke penonton dengan menunjukkan gerakan-gerakan yang bervariasi. Formasi ini juga biasa dipertontonkan pada acara tertentu, baik diatas paggung maupun di area terbuka.
    Tunggal
    Bentuk tarian hedung ini hanya terdiri dari stau orang.Ia menyajikan segala macam gerakan yang dimiliki, dengan tetap memperhatikan unsur seni dan dinamika.
    c). Pesan moral dalam pertunjukan
    Pesan moral dalam tarian hedung ini yaitu sebagai masyarakat Adonara baik tua, muda atau anak-anak harus selalu bersikap lebih berani, pantang menyerah, dan harus memiliki rasa persatuan yang tinggi untuk menjunjung tinggi nilai-nilai leluruh sebagai suatu tanda penghormatan.

EVALUASI

a). Kesesuaian dengan unsur
temanya sangat menarik, karena menceritakan terjadinya perang tanding antar suku atau antar kampung. Gerakanya cepat dan durasi yang lama membuat orang merasa bersemangat, penarinya baik tua (laki-laki dan juga perempuan),dan muda atau anak-anak serta busana yang digunakan simpel dan juga bervariasi baik warna dan bermotif. Tata riasanya sangat unik dan sederhana hiasan kepala terbuat dari daun kelapa atau daun lontar dan menggunaka iringan musik tradisional.
b). Kelemahan
Dengan durasi yang lama dan gerakan yang cepat dapat membuat orang merasa bosan dan tidak terlalu menghayati tarian tersebut atas segala pegorbanan, perjuangan para leluhur waktu berada di dalam medan perang.

c). Kelebihan
Gerakan yang cepat dapat membuat orang merasa bersemangat dan merasakan jiwa-jiwa kepahlawanan. Serta tampilan yang sederhana tetapi mempunyai suatu makna yang besar bagi masyarakat Adonara.

Bagikan Artikel Ini