Beranda » Seni Hidup Minimalis Harga Ekonomis

Seni Hidup Minimalis Harga Ekonomis

Oleh : Dea Oktaviani

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata minimalis adalah berkenaan dengan penggunaan unsur-unsur yang sederhana dan terbatas untuk mendapatkan efek atau kesan yang terbaik. Dan ekonomis itu adalah suatu tindakan/perilaku dimana kita dapat memperoleh input (barang atau jasa) yang mempunyai kualitas terbaik dengan tingkat harga yang sekecil mungkin. Dengan kata lain berhemat.

Banyak orang menganggap kata ‘’minimalisme’’ sama dengan “kosong”. Sayangnya, “kosong” tentu tidak menarik karena berkaitan dengan rasa kehilangan, kehampaan, dan kesunyian. Namun, kita bisa melihat arti kata “kosong” dari sudut pandang berbeda. Bayangkan makna “kosong” secara apa adanya, sehingga kita bisa melihat “ruang”. Ruang! Kita semua perlu ruang! Ruang di lemari pakaian, ruang di garasi, ruang di jadwal, ruang untuk berpikir, bermain, berkarya, dan bersenang-senang dengan keluarga.

Dengan mencptakan ruang di rumah, kita sudah mengembalikan perhatian pada hal-hal yang sudah seharusnya diperhatikan, yaitu kegiatan kita, tentunya bukan barang yang kita punya. Hidup itu terlalu singkat untuk disibukan dengan barang. Ketika menginjak usia senja, bukan barang-barang itu yang akan memberikan asupan kepada jiwa kita, melainkan jeda diantaranya.

“Menerapkan hidup minimalis dengan harga ekonomis, berarti melawan keinginan untuk menghadirkan tiruan dunia luar di dalam rumah kita sendiri”. Agar dapat menerapkan hidup minimalis dengan harga ekonomis, kita perlu mengurangi jumlah barang yang membutuhkan perawatan dan perhatian kita. Dengan cara memindahkan kegiatan hobi dan kegiatan lain ke tempat umum. Dengan mendobrak dinding barang di sekitar, kita akan mampu melangkah ke dunia luar, menikmati pengalaman yang lebih segar, langsung, dan bernilai.

Bahagia dengan cukup. Cukup berarti dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan (tidak kurang). Untuk menikmati rasa cukup, perhatian kita harus tertuju pada kebutuhan. Setelah kebutuhan terpenuhi, kebahagiaan kita tak lagi ditentukan oleh banyaknya barang yang kita miliki. Saat mengurangi konsumsi, rumah kita pun menjadi tetap bersih, menyenangkan, dan bebas dari kesemrawutan.

Mathma Gandhi pernah berkata, “Hiduplah dengan sederhana agar orang lain dapat hidup.” Siapa sangka, inilah “hadiah” terbesar yang bisa didapatkan dari hidup minimalis. Membeli sedikit barang adalah prinsip utama hidup minimalis berharga ekonomis. Contohnnya dengan kita membeli produk lokal dan barang bekas, itu sangat bermanfaat bagi etika, lingkungan, bahkan ekonomi tanpa harus menguras sumber daya alam.

Setiap orang memiliki alasan berbeda dalam menerapkan cara hidup minimalis. Cara hidup minimalis membawa kemerdekaan pada diri kita. Misalnya merdeka dari hutang, dari kondisi berantakan di rumah, dan dari kompetisi. Kemerdekaan itu yang kemudian memberikan kita peluang luar biasa untuk menemukan kembali inti diri kita.

Ada sebuah kisah kuno dari ajaran Buddha tentang seorang pria yang datang ke hadapan gurunya dengan tujuan mencari bimbingan spiritual. Namun, alih-alih mendengarkan, pria itu justru sibuk bicara tentang gagasannya sendiri. Setelah beberapa saat, sang guru menghidangkan teh. Ia mengisi cangkir tamunya dan terus saja menuang hingga teh tumpah membasahi meja. Tamu yang terkejut berseru memperingatkan bahwa cangkirnya sudah penuh, Lalu bertanya mengapa sang guru tak berhenti menuang. Sang guru menjawab bahwa seperti cangkir itu, si tamu telah begitu penuh dengan pikiran dan pendapatnya sendiri hingga takkan mampu belajar apa pun hingga kepalanya kosong.

Hal yang sama terjadi pada hidup kita, jika terlalu penuh. Kita pun tak punya lagi ruang untuk mengumpulkan pengalaman baru, bahkan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri dan memperdalam hubungan kita. Menjadi seorang minimalis dan berjiwa ekonomis membantu memperbaiki hal itu. Dengan mengeluarkan barang berlebih dari rumah, jadwal, dan pikiran, berarti kita sudah mengosongkan “cangkir” kita sendiri dan memberi diri kita kapasitas tak terhingga untuk hidup, cinta, asa, mimpi, dan kebahagiaan yang berlipat-lipat.

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika STKIP La Tansa Mashiro, Lebak, Banten.

Sumber foto : https://www.goodreads.com/book/show/45292357-minimalisme

Bagikan Artikel Ini