Beranda » Pengaruh Budaya Kpop Terhadap Psikologi Remaja

Pengaruh Budaya Kpop Terhadap Psikologi Remaja

Ilustrasi - Sumber foto : Dokumentasi Penulis

Gelombang korea (Korean Wave) di kalangan remaja bukanlah sesuatu yang asing lagi. Gelombang Korea (Korean wave) sendiri sebetulnya sudah muncul sejak tahun 1990 yang juga disebut demam Hallyu. Hallyu adalah istilah Cina yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti “Gelombang Korea”. Ini adalah istilah kolektif yang digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan fenomenal budaya Korea dan budaya populer yang mencakup segala hal mulai dari musik, film, drama hingga game online dan masakan Korea.

Korean wave memberikan pengaruh yang sangat besar, terlebih pada remaja saat ini. Kemudahan mengakses internet saat ini seakan memudahkan berselancar dan mencari berbagai hal yang berbau korea. Popularitas drama korea dan musik korea meningkat pesat, seakan tidak ada jeda. Generasi muda berbondong-bondong mengkoleksi berbagai pernak-pernik korea bahkan yang dijual dari mancanegara.

Seperti yang terjadi baru-baru ini dengan ramainya isu akan diadakannya konser musisi korea baik online maupun offline. Tak sedikit diantara pelajar seperti terobsesi untuk dapat turut serta dalam konser tersebut. Lalu bagaimanakah pandangan psikologi terhadap pengaruh kpop remaja saat ini?

Fenomena penggemar sebenarnya bukan lagi hal yang asing dikalangan remaja saat ini. Di negara asalnya pun fenomena penggemar ini sangat menjamur dan menjadi acuan dalam penampilan maupun gaya hidup. Bahkan dapat dikatakan “Dimana ada idol, disitu ada penggemar”. Penggemar seakan mengalami gejolak emosi terhadap apapun yang dilakukan atau dirasakan idolnya.seperti menangis, berteriak histeris, dan rasa penasaran terhadap apa yang dilakukan idolnya adalah hal yang wajar. Lalu apa yang sebenarnya membuat mereka seperti merasa “terikat”?

Umumnya seseorang yang merasa terikat secara emosional dengan orang terdekatnya, seperti orang tua, kakak atau adik, atau saudara lainnya. Namun bagaimanakah jika hal itu terjadi pada idola? Mereka akan merasa terikat secara emosional dengan idolanya, menganggap mereka kekasih atau segalanya bagi mereka.

Menurut sumber Galamedia, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penggemar Kpop terbanyak di dunia setelah Korea Selatan. Hal ini dibuktikan dengan 9,9% Youtube Indonesia diwarnai dengan tayangan Kpop. Hal itulah yang membuat merebaknya tayangan Kpop di Indonesia.

Karena banyak nya faktor pendukung remaja dalam melakukan idolisasi (Fenomena Penggemar) menyebabkan beberapa dampak terhadap psikologi mereka. Berikut beberapa penyakit psikologis yang dapat timbul kepada fans Kpop :

  1. Celebrity Worship Syndrome

Celebrity Worship Syndrome adalah suatu kondisi dimana individu menjadi terobsesi kepada seseorang atau beberapa selebriti serta menjadi tertarik dengan kehidupan pribadi sang selebriti.

  1. Pembelian Kompulsif

Fans biasanya akan membeli barang dengan jumlah banyak secara terus-menerus, tanpa memikirkan resiko keuangan dan prilaku kompulsif ini sangat susah dikontrol. Contohnya membeli album, merchandise, aksesosris – aksesoris dan lain – lain tanpa memikirkan uang saku atau gaji habis. Semua itu untuk membeli barang barang yang mungkin belum kamu butuhkan.

  1. Delusi Erotomania

Delusi Erotomania merupakan delusi atau keyakinan yang menganggap sang artis menyukai dirinya. fans penderita erotomania akan melakukan tindakan kekerasan kepada sang idola, dengan tujuan agar sang idola mengingat dirinya atau mengakui bukti cintanya.

  1. Halusinasi Berlebihan

Hampir sama dengan delusi, tapi halusinasi lebih kepada panca indera akibat pengaruh otak. Fans yang mengalami ini biasanya meyakini bahwa ia merasa melihat sang idola atau mendengar suara sang idol, atau mungkin ia bisa meraba sang idolanya yang pastinya itu tidak nyata alias khayalannya aja.

  1. Werther effect

Werther effect merupakan fenomena peniruan tindakan bunuh diri sesorang yang dianggap sebagai panutan, orang terdekat dan lain – lain. Karena para “fans” tersebut merasa depresi ditinggal oleh idolanya atau merasa memahami penderitaan sang idola, kemudian ia ingin menunjukkan kesetiaannya pada sang idol dengan cara tersebut.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa menyukai music Kpop atau hiburan korea lainnya tidaklah salah, karena setiap penggemar memiliki pola pikir yang berbeda. Tidak sedikit diantara penggemar yang didukung oleh orangtua mereka untuk dijadikan motivasi karir kedepannya. Namun menyukai music kpop menimbulkan fanatisme berlebihan, hal itulah yang di khawatirkan terjadi pada remaja saat ini.

Alangkah lebih baik jika penggemar dapat mengontrol secara Tindakan fanatisme berlebihan agar dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan. Orang tua harus memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan terhadap anak remaja untuk menghindari dampak psikologis yang ditimbulkan dari fanatisme berlebihan fans Kpop.

Bagikan Artikel Ini