Beranda » Pemilih Berdaulat Negara Kuat, Ada apa dengan Golput?

Pemilih Berdaulat Negara Kuat, Ada apa dengan Golput?

Ilustrasi - foto Dokumentasi Penulis

Halo kenalin aku Nurhavita Rahayu biasa di panggil vita atau Ivy aku mahasiswa semester satu . Ngomongin politik nih , pasti ada aja tuh sesuatu yang berbau politik . Di TV bahas politik , di Hp ada tentang politik , bahkan di perkuliahan ada juga mata kuliah Ilmu Politik . Duhhh emang ya politik itu kaya sesuatu yang sudah melekat di kehidupan, karena setiap negara punya sikap untuk menilai dan memilih aturan-aturan tentu yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sikap-sikap politik di masyarakat itulah yang membentuk suatu kebiasaan yang bernama budaya politik. Budaya politik merupakan hasil panjang dari pembelajaran, pemahaman, dan analisis politik yang dilakukan masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Di setiap negara itu pasti punya kecenderungan politik tersendiri yang pastinya beda sama negara lain. Nah karena saya tinggal di Indonesia dan budaya politik yang dianut oleh Negara Indonesia adalah budaya politik subjek atau kaula. Ya, salah satu contoh budaya politik yang satu ini cukup banyak dianut oleh masyarakat Indonesia.

Pandeglang – Kabupaten yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil tapi sudah hampir lama aku tinggal di wilayah ini. Waktu minggu aku dan temen temen yang lain kumpul , untuk sekadar merefresh diri setelah banyaknya persoalan kehidupan yang ada hehe. Dan kita ngobrol-ngobrol random gitu.

“ Eh eh kalo ngomongin tentang berita politik, bentar lagi kita ada pemilu nih” Intan membuka percakapan
“ Iya nih kan sekarang umur kita udah cukup buat ikut pemilu” jawab ku
“ iya betul, waktu dulu kan gabisa milih ya cuma ikut ikutan ibu atau ayah buat nyoblos surat nya terus ikutan pake yang warna biru biru itu loh yang kalo udah nyoblos pake biru – biru di jari kelingking apa ya lupa hehe” . timpal dila
“ tinta biru itu ya mungkin ,hahahah bener bgtt ikut nyoblos cuma pengen pake tintanya aja “. Jawabku
“ Kira kira gimana yang prospek capres – capres kita nanti selanjutnya? “ tanya ku.
“ ya , yang namanya politik ya begitu. Pasti semua ingin menang dan bakal ngelakuin berbagai cara ,bahkan kadang ada yang menghalalkan bebagai cara dan memberikan prospek kerja yang bagus dan baik semua”. Ujar intan
“ kalau pemerintahan sekarang gimana ya? Soalnya bapakku suka banget golput karena kata beliau banyak janji janji tapi selalu ga ditepatin katanya. Apalagi kan pemilu nya dikondisi covid gini”.Tanya dila.
“yang aku denger dan baca pak Arief Budiman pernah bilang ‘ Ini sejarah pertama, Tahun 2020 pemilihan kepala daerah pertama contohnya yang diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19.

Pelaksanaan Pilkada tahun 2020 akan menjadi pertaruhan besar. Menurutnya, jika pada pelaksanaannya baik, ini dapat menjadi model dan landasan yang baik. Tapi kalau kita buruk melaksanakannya tahun ini, maka kalau terjadi lagi, kita juga masih meraba-raba lagi,” ujar ku.
“ tapi memang betul kadang selalu banyak janji yang ga semua terpenuhi , apalagi kondisi covid gini ekonomi susah, terus banyak pengangguran, banyak pekerja yang di PHK terus datang lah parpol parpol atau calon yang menjabat yang menjanjikan ini itu, lapangan kerja lah , kenaikan gaji terus banyak dah ,yang bikin semua masyarakat kecil berharap lebih lebih gitu.” Jawab dila.
“ Ada betul nya juga kadang kita gabisa seutuhnya percaya sama omongan orang , apalagi menjanjikan sesuatu yang bikin kita berharap lebih”. Timpal ku.

“ iya ya, terus bagaimana seharusnya ?”. ganti Intan yang ingin tahu
“Ya, seharusnya kita tahu dulu apa visi, misi dan rencana kerjanya nanti kalau terpilih. Bagaimana cara merealisasikannya. Juga, realistis atau tidak. Di samping itu para capres harus mengikuti tes intelligence quoitient (IQ), emotional quotient (EQ) dan leadership quotient (LQ) dulu supaya kita benar-benar memilih capres yang benar-benar berkualitas.” Jawabku.
“ betul sekali ,dan masa pandemi kaya gini kan mereka harus mempersiapkan segalanya dengan baik dan harus memenuhi protokol kesehatan dan KPU harus mengutamakan protokol kesehatan bagi penyelenggara serta pemilih, seperti memfasilitasi desinfektan, masker (kain dan medis), hand sanitizer, sabun cuci tangan, sarung tangan, pengukur suhu tubuh, pelindung wajah dan pembatas bagi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) serta KPU juga mengadakan rapid test terlebih dahulu untuk memastikan kondisi kesehatan penyelenggara”. Dila menjawab.

“ memang kalo boleh tau dil,bapakmu kenapa suka golput? Kan banyak tuh yang bilang kalo golput itu orang yang males ke TPU hehe katanya lho ya “. Tanya intan
“ ya mungkin aja ya menurut ku kaya kurangnya penyuluhan tentang pemilu kepada masyarakat terus masyarakat juga sudah bosan sama anji-janji pemimpin yang hanya manis di awal,Masyarakat sering menganggap tidak ada perubahan gitu meskipun pemimpinya sudah diganti dan bahkan Tingkat kepercayaan kita kepada calon yang menurun, karena banyak pejabat yang korupsi,kadang tidak adil kepada masyarakat kecil,kurang nya perhatian terhadap masyarakat begitu”. Jawab dila

“yang terlihat ya seperti itu,terus  kira kira pemimpin selanjutnya seperti apa dan bagaimana ya?” tanyaku.

“ ya mungkin aja ya mungkin masih sama seperti yang sudah sudah gitu,kalo pun benar melakukan apa yang di janjikan pastinya ga akan semua di jalankan, hanya sebagian “. Jawab intan

“kalo kata bapakku capres capres sekarang kurang berkualitas ,hehe aduh serem kali ya bapaku kalo ngomong”. Dila membalas

“terus , buat pemilu selanjuutnya gimana ?” tanya ku

“ya tetap datang ke TPS aja, tapi mungkin tidak akan memilih hanya saja kan kita menghargai orang orang yang terlibat dalam pelaksanaannya pemilu setempat . Buat apa gitu kalo milih caleg – caleg asal – asalan seperti memilih kucing dalam karung”. Jawab dila

“lhoo dila mau golput ?”. tanya intan kaget

“ya gatau aku juga , kita lihat dulu kan calon yang akan menjabat seperti apa,karakternya dan hal hal yang menyangkut calon tersebut”. Jawab dila santai

“iya jadi kita harus tau bagaimana untuk mendapatkan pemimpin yang baik dengan memahami , mendalami , mengkaji visi misi dan program – program yang ditawarkan calon ,eh tapi ada aja ya orang yang tidak suka dengan calonnya ,sistem kerjanya ,sistem pemerintahannya tapi suka sama kaya bantuan covid , bantuan UMKM yang diberikan paslon itu adudud. Tapi kalo bisa kita harus tetap menyuarakan hal pilih kita buat memilih pemimpin dimasa yang akan datang “. Aku menanggapi

“memang ya manusia kan tidak ada yang sempurna pasti ada sisi baik dan buruknya , balik lagi ke kita bagaimana untuk bisa memilah dan memilih mana yang baik dan yang buruk. Kita doakan aja buat nanti calon calon yang akan menjabat semoga bisa memimpin negeri ini dengan baik ,adil ,jujur ,amanah ,seperti itulah pokonya”. Intan menyimpulkan obrolan

“aamiin……… aamiiin “. Aku dan dila meng aamiin kan.

  1. Tak terasa sudah sore kita mengobrol random dan bahas pemilu hehe. Akhirnya kita semua pulang ke rumah masing –  masing. (***)
Bagikan Artikel Ini