Beranda » Modernisasi Pertanian di Indonesia

Modernisasi Pertanian di Indonesia

Pertanian di Indonesia ditargetkan pada tahun 2045 menjadi lumbung pangan di dunia oleh pemerintah dan Kementerian Pertanian Indonesia. Kinerja ekspor pertanian terus menunjukkan dampak positif meski dihantam pandemi.

Berdasarkan data BPS, selama tahun 2020 yakni pada Triwulan II 2020 PDB sektor pertanian tumbuh 16,24% q-to-q. Pada triwulan III dan IV, PDB Pertanian tumbuh masing-masing 2,15% dan 2,59% y-on-y dan mampu menjadi penyelamat memburuknya resesi ekonomi nasional. Selanjutnya, ekspor pertanian juga menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Selama Januari-Desember 2020 nilai ekspor produk pertanian mencapai Rp 451,8 triliun dan meningkat 15,79% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 390,2 triliun.

 

Peningkatan ekspor berlanjut memasuki periode Januari-September 2021, dimana ekspor pertanian mencapai Rp 450 triliun dan tumbuh 45,36% dibandingkan periode yang sama tahun 2020, yang nilai ekspornya mencapai Rp. 309,58 triliun. BPS pun mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) sejak bulan Juni 2020 NTP 99,66 terus meningkat hingga Desember 2020 menjadi 103,2, dan berlanjut pada awal tahun 2021.

 

Pertengahan Juli kemarin sektor pertanian mengalami pertumbuhan 24.10% dibandingkan beberapa bulan lalu. Laporan yang dilansir melalui website Kementerian Pertanian menyatakan bahwa kenaikan di bulan September lalu menjadi bukti bahwa peluang sektor pertanian Indonesia kedepannya akan semakin luas. Peran petani bagi kita tentu sangat berpengaruh terhadap laju perekonomian dan ketahanan pangan. Hasil pertanian Indonesia juga dipengaruhi oleh sarana dan prasarana demi menunjang produktivitas para petani.

 

Sektor pertanian sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Sehingga sebagian besar masyarakat pedesaan bekerja di sektor pertanian. Pertanian merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan dengan memanfatkan sumber daya modal dan sumber daya alam yang ada seperti: tanah dan air. Masyarakat pedesaan yang bekerja di sektor pertanian terbagi dalam beberapa macam status yaitu petani pemilik, buruh tani, petani penyakap (bagi hasil), dan petani penyewa.

 

Petani pemilik selalu bekerja sama dengan buruh tani karena keduanya saling membutuhkan. Buruh tani membutuhkan lahan pertanian dari petani pemilik, sedangkan petani pemilik membutuhkan tenaga buruh tani untuk menggarap lahan yang tidak sanggup digarap sendiri. Semakin banyak petani pemilik yang memberikan kepercayan kepada buruh tani untuk menggarap lahan miliknya, maka semakin besar harapan para buruh tani untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan.

 

Modernisasi pertanian merupakan perubahan besar pada pola pertanian dari cara-cara yang tradisional menuju cara-cara yang lebih maju atau modern mencakup berbagai aspek yang meliputi, kelembagaan pertanian, teknologi pertanian, pengembangan sumber daya alam (SDA), dan regulasi. Selain itu tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan dulu yang lebih banyak membutuhkan tenaga manusia.

Modernisasi dapat diartikan sebagai proses perubahan corak kehidupan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang modern, terutama berkaitan dengan teknologi dan organisasi sosial. Teori modernisasi dibangun di atas asumsi bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah (linier), progresif, dan berlangsung perlahan-lahan, yang membawa masyarakat dari tahapan yang primitif kepada keadaan yang lebih maju.

 

Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah dengan diperkenalkannya mesin-mesin seperti mesin penuai, dan traktor tangan telah menghilangkan mata pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan upah dari menuai. Kemudian pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga hewan, sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau atau sapi. Menunjukkan bahwa penggunaan teknologi pertanian mempunyai dampak terhadap perubahan struktur masyarakat dan akhirnya berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat. Tujuan dari pembangunan pertanian itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan.

 

Dengan adanya modernisasi kini petani dalam pengelohan tanah sudah menggunakan mesin (traktor), bibit yang digunkan bibit unggul, cara penanaman dengan menggunakan ukuran (kenco), dalam pembasmian hama menggunakan mesin, pemupukan menggunakan pupuk lengkap, proses panen sudah menggunakan mesin (kombin), sistem perekrutan tenaga kerja dilihat dari hasil kerja, pencarian tenaga kerja langsung pemilik, dan sistem pembagian hasil berupa uang (bayar langsung setelah bekerja).

 

Modernisasi merupakan proses perubahan corak kehidupan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang modern terutama berkaitan dengan teknologi dan organisasi pertanian. Perubahan sistem terlihat jelas dari sistem kedok menjadi sistem kolen dan juga penggunaan benih yang akan ditanam dulu. Kini para petani sudah memilih bibit unggul yang tahan hama, hasil panen lebih banyak, dan waktu panen lebih singkat.

 

Dalam pembasmian hama dulu menggunakan tangki manual yang membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih lama, namun sejak adanya modenisasi pertanian dalam bidang teknologi kini menggunakan tangki bermesin yang dapat menyingkat waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan menjadi berkurang.

 

Proses pengambilan hasil panen juga mengalami perubahan yang jelas dari ani-ani, pohon padi yang dipukul-pukulkan di alat yang terbuat dari bambu, berubah lagi dores yang dikayuh seperti sepeda lalu ke dores mesin dan sekarang dengan mesin kombin yang langsung mendapatkan biji padi yang siap dijemur. Sistem pertanian banyak mengalami perkembangan. Dengan adanya kelompok tani banyak mengalami kemajuan sistem pertanian. Karena kelompok tani memberikan penyuluhan pada para petani tentang cara memilih bibit unggul yang tahan hama, waktu panen lebih cepat dan hasil yang melimpah. Dan cara pemupukan yang tepat, cara pembasmian hama dan pemanenan.

 

Peluang Kerja Buruh Tani Peluang kerja buruh tani di era modernisasi mengalami perubahan dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan sistem pertanian yang lebih maju. Perubahan sistem pertanian yang dulu menggunakan sistem kedok kini menggunakan sistem kolen. Dalam sistem kedok tenaga kerja hanya bekerja di tempat-tempat tertentu saja sedangkan dalam sistem kolen tenaga kerja dapat bekerja dengan bebas tergantung dari penemuan kontrak kerja.

 

Dengan adanya perubahan sistem yang terjadi, maka para buruh tani harus mencari alternatif lain tapi masih dalam bidang pertanian karena kemampuan mereka dibidang pertanian seperti menjadi operator traktor, operator dores jagung dan bahkan membeli tangki untuk pembasmian hama. Selain pada alat-alat pertanian yang mengalami kemajuan, adanya mordenisasi pertanian juga terjadi pada alat transportasi yang digunakan oleh petani untuk membawa atau memindahkan hasil pertanian dari sawah ke rumah petani. Dimulai dari akses jalan yang gunakan sekarang sudah dibuka jalan yang lebar dan baik sehingga mempermudah transportasi masuk ke lahan persawaan.

 

Dari perkembangan teknologi pertanian di era modernisasi ini membawa dampak bagi meningkatnya pendapatan pada petani pemilik dan bertambahnya peluang kerja bagi buruh tani yang mempunyai skill atau keterampilan. Penanaman padi disawah, dengan kesanggupannya yang luar biasa untuk menjaga tingkat produktivitas tenaga kerja yang marjinal dengan selalu mengatur tambahan tenaga seorang lagi tanpa benar-benar mengurangi pendaptan per kapita, telah menyerap hampir seluruh tambahan penduduk yang telah dimunculkan oleh campur tangan orang barat, sekurang-kurangnya secara tidak langsung. Proses yang akhirnya memukul diri sendiri inilah yang saya usulkan untuk dinamakan involusi pertanian.

 

Selama 4,5 tahun terakhir pemerintah melalui Kementan secara aktif terus melakukan modernisasi pertanian, termasuk menerapkan teknologi untuk meningkatkan capaian produksi. Sektor pertanian di Indonesia sudah menggunakan teknologi pada tata cara tanam, kemudian memperhitungkan pola tanam berbasis informasi teknologi (IT) pelaksanaan mekanisasi ditandai dengan pengadaan alat mesin pertanian (alsintan) dalam jumlah yang besar. Berikut 5 alsintan berbasis teknologi 4.0, yaitu atonomous tractor, robot tanam, drone sebar pupil, autonomous combine, dan panen olah tanah terintegrasi.

 

Adapun kelima alsintan tadi, jika dibandingkan alat konvensional biasa mampu meningkatkan efisiensi waktu kerja sekitar 51 hingga 82%. Sementara untuk efisiensi biaya-nya itu sendiri berkisar 30 hingga 75%. Diharapkan pemanfaatan ini mempu meningkatkan efisiensi waktu kerja dan efisiensi biaya secara signifikan, serta memberikan keuntungan bagi petani selain itu diharapkan mekanisasi ini juga mampu mengurangi kerugian petani, baik saat menanam maupun panen.

 

Dengan adanya modernisasi pertanian membawa dampak pada peluang kerja pada buruh tani, terutama dengan adanya alat-alat pertanian bermesin dapat mengurangi jumlah tenaga kerja yang harus bekerja di sawah sehingga tenaga kerja yang tidak dapat mengoperasikan alat-alat mesin tidak dapat lapangan pekerjaan. Mungkin hanya waktu-waktu tertentu misalnya waktu penanaman padi saja mereka mendapatkan upah karena ada pekerjaan untuk mereka.

 

Mereka bekerja terkadang tidak mengenal waktu seperti operator traktor dan dores jagung, mereka bekerja dari pagi sampai malam karena mereka berpindah-pindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain karena cakupan pekerjaan mereka lebih banyak. Agar cakupan pekerjaan yang mereka sanggupi cepat terselesaikan. Dengan adanya modernisasi pertanian (perubahan teknologi) dapat merangsang suatu peralihan dari bagi hasil menjadi pengusahaan oleh pemilik atau perubahan dari penyakap menjadi pekerja upah. Perkembangan permesinan usahatani dalam skala besar, dapat merupakan suatu rangsangan yang kuat untuk perubahan ini. Mesin-mesin besar menurunkan biaya pelaksanaan, karena lebih mudah untuk mengawasi seorang pengemudi traktor dibandingkan dengan sejumlah besar tenaga kerja kasar.

 

Salah satu negara asia yang melakukan modernisasi di bidang pertanian adalah Jepang. Revolusi pertanian yang sedang berlangsung di Jepang  yaitu beberapa lahan diubah menjadi pusat teknologi dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), internet (IoT), dan pengetahuan tercanggih, bentuk modernisasi bidang pertanian di jepang yaitu dengan adanya traktor robot, pertanian yang dilakukan dengan lebih sedikit orang dan lebih memanfaatkan teknologi canggih yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk mendukung kegiatan pertanian disana, penyemprotan tanaman pertanian dari atas dengan memanfaatkan teknologi drone.

 

Menurut saya Indonesia juga perlu melihat negara Jepang sebagai acuan modernisasi di bidang pertanian dikarnakkan teknologi yang sudah dikembangkan jepang bisa dibilang selangkah lebih maju dibanding teknlogi penunjangn modernisasi pertanian yang sudah ada di Indonesia. Jadi untuk lebih meningkatkan modernisasi bidang pertanian di Indonesia kita perlu belajar dari beberapa negara yang sudah cukup berhasil melakukan modernisasi bidang pertanian tidak hanya negara di asia saja. Kita bisa meniru sekaligus mengembangkan berbagai macam teknologi dan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas modernisasi di Indonesia.

Bagikan Artikel Ini