Beranda » Meningkatkan Kesejahteraan Petani dengan Program Closed Loop

Meningkatkan Kesejahteraan Petani dengan Program Closed Loop

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, berdasarkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agraris sendiri memiliki tiga pengertian. Pengertian pertama yaitu mengenai pertanian atau tanah pertanian. Pengertian kedua adalah mengenai pertanian atau cara hidup petani. Serta, yang ketiga adalah bersifat pertanian. Dan dari semua pengertian tersebut memiliki satu inti kata yang mendefinisikan dari arti agraris itu sendiri, yaitu petani.   

Namun pada kenyataannya, dengan sebutan negara agraris yang mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani “katanya”, kata sejahtera tidak tampak pada profesi tersebut. Dan pada kenyataannya pun, pada saat ini banyak orang yang enggan bersusah payah dan berlelah letih untuk menjadi petani, bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki data terkait banyaknya aktivitas urbanisasi yang terjadi di Indonesia. Pada tahun 2010 tercatat perpindahan penduduk dari desa ke kota mencapai 49,8%, dan terus meningkat sampai tahun 2020 mencapai 56,7%. Dan bahkan di prediksi akan terus meningkat hingga nantinya pada tahun 2045, sebanyak 70% populasi penduduk di Indonesia sudah menempati perkotaan yang pada awalnya berasal dari desa.

Mulai dari harga jual dan harga modal produksi bahan pangan yang sangat tidak sesuai, dan terbatasnya petani di Indonesia dari segi dukungan teknologi dan edukasi. Hal ini tentu saja bisa terjadi karena rata – rata taraf pendidikan petani di Indonesia hanya sebagai lulusan SD, dan seputar ilmu cocok tanam dan semacamnya yang terkait, hanya berdasarkan pengetahuan turun temurun yang telah diwariskan oleh generasi sebelum mereka menjadi alasan besar mengapa petani di Indonesia masih menggunakan metode konvensional dalam sistem hulu ke hilir dari pertanian tersebut. Ditambah tingkat regenerasi petani yang sangat rendah menyebabkan hampir keseluruhan petani di Indonesia adalah orang yang sudah lanjut usia dan hampir tidak ada pemuda yang ingin untuk melanjutkan perjuangan sebagai petani. Bukan tanpa sebab, tentu petani sudah mempunyai stigma buruk untuk masa depan seseorang dilihat dari permasalahan yang ada di dalamnya.

Petani adalah profesi yang mulia, kita harus menghormatinya, karena berkat merekalah kita bisa makan. Sudah bukan lagi masanya kita fokus pada peningkatan produksi hasil pertanian, melainkan regenerasi dan pengolahan hasil tani yang diutamakan. Oleh karena itu, kita harus sadar bahwa pertanian adalah fondasi utama dalam mendorong pembangunan Indonesia. Profesi petani patut kita hormati dan hargai, dengan rasa yang menjunjung tinggi sebagai bentuk pengabdian diri. Tentu saja hal tersebut bukanlah menjadi tanggung jawab pemerintah semata, melainkan kita semua sebagai yang ikut merasakan ahsil dari kerja keras para petani, kerja sama serta partisipasi kita semua sangatlah diperlukan dalam hal ini.

Dan untuk permasalahan yang ada tersebut, Kementrian Pertanian bekerja sama dengan semua pihak yang yang bisa terlibat di dalamnya, menghadirkan model kemitraan agribisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir, yang artinya adalah program ini memusatkan semua kegiatan industri pertanian dari kegiatan hulu, yang berarti kegiatan menghasilkan sarana produksi seperti bibit, pupuk, mesin pertanian, dan industry obat – obatan untuk hasil tanam tersebut. Sampai semua kegiatan pertanian ke hilir, yang berarti kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk mentah ataupun produk jadi akhir.

Kemitraan agribisnis Closed Loop adalah hasil kolaborasi dari Kementrian Pertanian dan semua pihak yang terlibat. Arti dari program Closed Loop ini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Kementrian Pertanian dalam siaran pers nomor HM.4.6/431/SET.M.EKON.3/11/2021, model kemitraan agribisnis hulu sampai hilir yang dikembangkan dalam ekosistem yang berbasis digital, teknik budi daya Good Agricultural Practices, sistem logistik yang baik, serta jaminan pasar dan harga yang bersaing oleh off taker. Program kemitraan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendampingan proses budi daya dan kepastian akses pasar. Tujuan dari program ini tentunya untuk meningkatkan skala ekonomi, pendapatan petani dan meningkatkan produktivitas. Program ini juga menjadi salah satu metode pendekatan bagi industri agribisnis untuk sudah mulai masuk ke dalam ekosistem digital. Dikutip dari Rilis Kementan, 5 mei 2021, “Closed-loop membentuk suatu rantai pasok dan rantai nilai produk hortikultura, di mana hasil pertanian akan memiliki pasarnya tersendiri. Petani tidak lagi mencari pasar dari produk yang dihasilkannya melainkan petani didorong untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan pasar.”

 

Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya dari rilis Kementan, nantinya para petani tidak perlu lagi pusing memikirkan pasar dan harga untuk menjual barang hasil panen mereka, karena dengan adanya program ini, pemerintah telah bekerja sama dengan beberapa pihak yang termasuk di dalamnya perusahaan perusahaan tata boga, nantinya para petani akan menjadi mitra untuk perusahaan perusahaan tersebut untuk menjadi pasar mereka tanpa harus memikirkan ketakutan mengenai harga jual atau barang yang tidak mencukupi permintaan pasar, karena semuanya sudah diatur di dalam kemitraan tersebut, jadi para petani hanya perlu fokus untuk mengelola produk pertanian hingga akhirnya bisa dikirimkan kepada perusahaan perusahaan yang menjadi mitra Closed Loop tersebut. Disamping itu, sebagai mitra para petani pun akan difasilitasi berbagai macam keperluan yang di butuhkan baik secara material maupun penyuluhan penyuluhan untuk mengembangkan hasil produksi para petani. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Musdhalifah Machmud yang diwakili oleh Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Yuli Sri Wilanti melaporkan bahwa sebanyak 22 petani sudah tergabung dalam program kemitraan ini dengan total luas lahan 13 hektare. Setelah menjalani kemitraan selama kurang lebih satu tahun, pendapatan petani meningkat rata-rata sebesar 10% hingga 15%.

 

Program ini sudah menunjukkan hasil yang bagus di Garut sebagai salah satu wilayah yang mendapat kesempatan untuk merasakan program ini, terbukti dengan petani yang tergabung dalam kemitraan ini secara rutin mengirimkan produknya ke Paskomnas, yang mana saat ini sedang menjalin kerja sama dengan PT. Indofood. Tentu ada beberapa perusahaan besar yang juga sudah mulai menjalankan program kemitraan ini, diantaranya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Paskomnas Indonesia, dan PT Eden Pangan Indonesia.

 

Akan sangat bagus jika program closed loop ini dapat di implementasikan ke seluruh daerah di Indonesia untuk memakmurkan kesejahteraan petani di Indonesia. Dan mudah – mudahan ke depannya akan lebih banyak lagi para stakeholder yang ingin bergabung dan berkontribusi dalam program ini untuk memajkmurkan pertanian di Indonesia.

Bagikan Artikel Ini