Beranda » Mengasah Bakat Ditengah Padatnya Perkuliahan

Mengasah Bakat Ditengah Padatnya Perkuliahan

Ilustrasi - foto Dokumentasi Penulis

Oleh : Andini Widyawati,Mahasiswi UPN Veteran Jakarta

“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”, merupakan kalimat yang mudah diucapkan tetapi pengaplikasiannya bukanlah semudah pengucapannya. Melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi jiwa seorang pelajar yang selalu haus akan ilmu pengetahuan.

Tak jarang terjadi Shock Culture di dalam jiwa mahasiswa baru yang sebelumnya belum pernah memgemban pendidikan perkuliahan. Mereka yang sebelumnya dipanggil sebagai siswa, namun sekarang mereka dengan bangganya disebut sebagai mahasiswa. Gelar ini bukan sembarang gelar yang diberikan kepada seorang mahasiswa. Terdapat beban yang tak nampak di balik gelar tersebut.

Dunia perkuliahan di warnai dengan hitam putih kejadian. Ada senang, sedih, malu, kesal, bangga, iri, sombong, dan sebagainya. Belum lagi tugas yang nampaknya tidak mengizinkan seorang mahasiswa untuk dapat menghabiskan maraton filmnya seperti saat ia duduk di bangku SMA/SMK. Tidak ada lagi waktu untuk mereka sekadar bergosip tentang idolanya. Ataupun berbagi pengalaman menggunakan skincare-nya seperti saat menjadi siswa.

Dengan padatnya perkuliahan bagi mahasiswa baru yang belum dapat beradaptasi dengan sempurna, membuat mereka seakan lupa untuk mengasah bakatnya. Seperti salah satu mahasiswi baru yang menceritakan pengalamannya tentang bakatnya menari, menyanyi dan mendesain terancam punah dikarenakan ia tidak mempunyai waktu untuk sekedar melakukan minatnya tersebut.

Membagi waktu bukanlah hal yang mudah bagi beberapa orang. Mahasiswa juga seorang putri dari orang tua yang masih memerlukan bantuan untuk mengurus urusan rumah. Mahasiswa juga seorang kakak yang masih harus membantu adiknya dalam memahami tugas sekolah adiknya. Mahasiswa juga seorang adik yang harus membantu kakaknya di saat ia kesulitan. Mahasiswa juga manusia sosial yang perlu ikut membantu membangun lingkungan sekitarnya dan bertetangga.

Lalu haruskah mahasiswa membelah diri untuk dapat melakukan semua itu? Ingat! Mereka bukan Amoeba. Mau tidak mau mahasiswa harus dapat membagi waktunya dan memanajemen waktu sebaik mungkin. Harus dapat mengatur skala prioritas pekerjaan mana dulu yang harus dikerjakan. Serta jangan mengulur waktu bila deadline dari tugas masih lama.

Menjadi mahasiswa bukan berarti melupakan minat bakat. Luangkan waktu setidaknya 30menit untuk dapat menikmati waktu dengan menuangkan bakat. Serta pula memanfaatkan bakat dengan mata kuliah yang ada. Misalnya jika memiliki minat pada bahasa inggris maka kita dapat menuangkannya dalam diskusi dengan orang asing di media sosial. Hal itu juga akan membantu kita dalam meningkatkan kemampuan bahasa inggris serta akan membantu kita di dalam mata kuliah yang menuntut bahasa inggris.

Kita juga dapat menuangkan bakat kita sembari mengerjakan tugas perkuliahan. Seperti contohnya saat mengetik atau menulis kita dapat menyanyi di waktu yang bersamaan untuk memenuhi kebutuhan bakat kita. Atau saat sedang menunggu dosen untuk masuk ke room meeting, kita dapat menari sejenak bila yang memiliki bakat menari.

Banyak waktu luang yang walaupun hanya sebentar, tetapi kita bisa memanfaatkannya. Hanya saja perlu kecerdasan menelaah kapan waktu untuk kita sapat melakukannya. Jangan malah pada saat Dosen mengajar, lalu kita melakukan bakat kita menggambar. Itu akan membuat kita tidak fokus terhadap materi yang diajarkan yang nantinya akan berdampak buruk pada nilai kita.

Jadi sebagai Mahasiswa, kita harus dapat memanajemen waktu sebaik mungkin untuk dapat mewujudkan bakat kita dan juga mendapatkan nilai yang memuaskan. Jadikan apa yang kita lakukan memiliki titik keseimbangan yang sempurna, tidak terlalu dan juga tidak kurang. Sehingga antara bakat dan kuliah bisa berjalan seiringan sehingga tidak menimbulkan perselisihan antara 2 hal penting tersebut. Buat waktu me time mu sendiri dan hanya kamu lah yang memahami keperluan mu daripada orang lain. Cintai dirimu sendiri karena jika bukan kamu yang mencintai lalu siapa lagi yang dapat diharapkan.

(***)

Bagikan Artikel Ini