Beranda » Jenis Produk Olahan Pangan Lokal yang Menjadi Primadona di Pasar Internasional

Jenis Produk Olahan Pangan Lokal yang Menjadi Primadona di Pasar Internasional

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri mengatakan, nilai kontribusi ekspor produk olahan pertanian mencapai 92,22 persen dari dari total keseluruhan ekspor pertanian Indonesia dan meningkat hingga 47,37  persen selama bulan Januari hingga Oktober 2021. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk olahan pertanian pada Januari sampai Oktober 2021 mencapai Rp 478,48 triliun. Nilai ekspor produk tersebut merupakan bukti keberhasilan upaya hilirisasi pemerintah pada sektor pertanian. Untuk diketahui, pemerintah terus berupaya memperkuat hilirisasi sektor pertanian, terutama untuk mendongkrak nilai ekspor.

Menurut Kuntoro, upaya hilirisasi penting dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi produk pertanian yang akan diekspor. Melalui penguatan hilirisasi, ia berharap komoditas yang diekspor tidak lagi berbahan baku, tetapi berbentuk produk turunan atau barang jadi. Dengan begitu, produk ekspor Indonesia memiliki nilai yang lebih tinggi. Kepala BPS mengatakan, produk pertanian memang turut mendongkrak kinerja ekspor sektor industri pengolahan pada Oktober 2021. Ia menyebutkan salah satunya adalah minyak kelapa sawit yang mencatat kontribusi sebesar 18,52 persen. Selain minyak kelapa sawit, produk-produk kimia dasar organik yang bersumber dari pertanian pun mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,74 persen. Dengan adanya pertumbuhan tersebut, membuktikan bahwa kinerja ekspor Indonesia terbukti terus mengalami peningkatan dan diharapkan bisa berdampak pada pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Indonesia telah memiliki beberapa jenis produk olahan pangan lokal yang menjadi primadona nya di pasar internasional. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) menjabarkan, ada tiga produk jenis olahan asal Indonesia teratas atau yang paling dicari di pasar internasional yaitu udang kemasan, kopi instan, dan makanan olahannya. Tiga produk makanan olahan teratas tujuan ekspor tersebut sangat memengaruhi kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan di mancanegara. Untuk produk udang kemasan, pangsa pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat yang mencapai 78,8 persen. Selanjutnya Jepang sebesar 11 persen, diikuti Belanda, Puerto Rico, hingga Inggris. Produk selanjutnya yakni kopi instan dengan tujuan utama ekspor atau sebesar 72,9 persen ke Filipina. Kemudian 7,2 persennya ke Malaysia, Uni Emirat Arab (3,3 persen), Singapura (1,6 persen), dan Tiongkok (1,5 persen). Sementara itu, makanan olahan lainnya paling banyak diekspor ke Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, hingga Tiongkok.

Adapun jenis produk lain yang masuk 13 teratas makanan olahan yang berkontribusi mendongkrak ekspor makanan olahan Indonesia yakni wafer, ikan kemasan, mie instan, biskuit, cemilan buah dan kacang, saus, kembang gula, minuman ringan, sereal, coklat, olahan makanan dari tepung, dan jus nanas. Total 13 makanan olahan teratas tersebut mencapai 95,64 persen dari total nilai ekspor makanan pada 2020. Tentunya diharapkan hal ini bisa meningkat di tengah pandemi covid-19 yang masih terjadi. Adapun 15 negara tujuan ekspor produk makanan olahan RI adalah Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Tiongkok, Singapura, Jepang, Thailand, Arab Saudi, Australia, Vietnam, Belanda, Taiwan, Korea Selatan, Nigeria, dan Burma. Ke-15 negara utama tujuan ekspor tersebut berkontribusi 81,04 persen dari total ekspor produk makanan olahan pada 2020. Dengan banyaknya jenis produk olahan lokal yang diminati di pasar internasional, tentunya pula merupakan kesempatan pelaku usaha untuk melebarkan sayapnya karena Indonesia sudah memiliki mitra dagang di sejumlah negara. Pemerintah Indonesia juga telah mengerahkan atase perdagangan dan ITPC kita di luar negeri untuk mempromosikan produk-produk dari dalam negeri.

Produk turunan kelapa menjadi primadona ekspor Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).  Awal tahun 2021, Sulut telah mengekspor produk turunan kelapa yakni kelapa parut, minyak kelapa, hingga santan kelapa dengan nilai ekonomi mencapai Rp786,5 miliar. Sertifikasi ekspor Januari hingga Februari 2021 didominasi oleh komoditas olahan kelapa mulai dari bungkil kelapa, air kelapa, kelapa. Pemerintah Provinsi Sulut akan mendorong peningkatan kinerja ekspor daerah tersebut pada 2021 dan akan berupaya agar semakin banyak pasar baru dan negara tujuan ekspor komoditas unggulan Sulut. Kadisperindag Sulawesi Utara mengatakan bahwa Sulut telah mengekspor komoditas unggulan ke 57 negara sepanjang 2020 melalui SKA.

Salah satu produk olahan pangan lokal lain yang menjadi primadona di pasar internasional adalah singkong beku, produk olahan singkong yang digemari di banyak negara Eropa dan Amerika sebagai panganan dan camilan premium. Produk singkong beku yang diminati pasar global memiliki beberapa syarat kualitas, yakni berwarna putih, rasanya enak, tidak pahit, sianida rendah, dan fresh saat diterima. Merujuk data Trademap, pada tahun 2020, Indonesia telah mengekspor produk singkong beku (HS 071410)  sebanyak 16.529 ton dengan nilai mencapai $9,7 juta USD yang mana mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai  $4,1 juta USD, sehingga ekspor olahan singkong tersebut secara nilai meningkat sebesar 135%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa produk umbi Indonesia memiliki potensi besar di pasar global. Melihat potensi komoditas umbi lokal tersebut, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) terus mendukung pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) khususnya pengolahan komoditas umbi-umbian seperti singkong.

CV Nusantara Jaya Food merupakan IKM pangan dengan produk unggulan singkong beku dan telah berhasil berinovasi dengan implementasi teknologi untuk mengoptimalisasi kesegaran singkong dan memperpanjang umur simpannya sehingga dapat memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor. Keunggulan singkong beku yang dihasilkan memiliki warna putih, tekstur lembut, dan ukuran seragam. Saat ini, CV Nusantara Jaya Food memiliki kapasitas produksi singkong beku sebesar 30 ton per bulan dengan jumlah ekspor mencapai 27 ton per bulan. Selain itu, pada tahun 2021, terdapat peningkatan pasar ekspor ke Curaçao, sebuah negara di Kepulauan Karibia, sebesar 52 ton per bulan. Kemenperin memberikan apresiasi terhadap capaian yang telah diraih oleh CV Nusantara Jaya Food dalam mengangkat produk lokal hingga bisa dikenal di pasar internasional, khususnya ke Belanda dan kedepannya akan ke Kepulauan Karibia. Produk olahan singkong lain yang dinilai dapat meningkatkan nilai ekspor dan mampu tembus ke pasar internasional antara lain keripik singkong, pati ubi kayu, dan mocaf.

Agar dapat meningkatkan dan mengembangkan olahan pangan Indonesia yang dapat bersaing di pasar internasional, para pelaku usaha kecil dan menengah dapat melakukan upaya dengan membangun jaringan pemasaran produk ekspor dan meningkatkan promosi produk ekspor pelaku usaha. Kebijakan/peraturan pemerintah dalam dunia usaha juga diperlukan dengan cara memfasilitasi pelaku usaha kecil dan menengah, seperti dalam pemberian subsidi bahan atau alat yang dibutuhkan, memberikan pelatihan dan bimbingan terhadap kelompok usaha, memberikan perizinan jika produk sudah sesuai standar, dan sebagainya.

Bagikan Artikel Ini