Beranda » Hak Kebebasan Memilih

Hak Kebebasan Memilih

Ilustrasi - foto Dokumentasi Penulis

Dari kemarin-kemarin di jalanan desa buntu, banyak sekali baliho-baliho yang berjejer, ada yang isinya “bersama nomor 1 kita jadi nomor satu” Ada juga yang isinya “JURDIL ( jujur dan adil)”. dan lain-lain.  Karena akan  diadakannya pemilihan kepala desa yang baru,  tetapi pemilihan ditunda Dikarenakan kondisi pandemi yang  meningkat, akhirnya pemilihan di undur ke minggu depan.  Tetapi persaingan para calon-calon tetap berlangsung sengit ada yang bagi-bagi sembako, bagi-bagi amplop,  barang-barang (kaos partai),  dan lain-lain.

Hak memilih adalah hak warga negara untuk memilih wakilnya di dalam suatu pemilihan umum. Keikutsertaan warga negara dalam pemilu merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yaitu apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilu.  Sementara itu tiga orang ibu-ibu yang sedang arisan dirumah bu Veni sedang  berbincang-bincang (berghibah)  mengenai pemilihan kades di desa ini.

“ibu-ibu tau gak sih bu, kampung sebelah itu sudah dikasih sembako loh sama calon nomor 01” ucap salah satu ibu disitu, sebut saja ibu Veni.  “loh masa iya toh, kok kita belum ada yang ngasih sesuatu ya” sahut Bu muzda.  “belum kali bu, nanti juga ada, eh….  Tapi tetangga kampung sebelah juga udah pada dapet amplop katanya dari calon 02 loh bu” sahut bu Veni.  “Sudah-sudah nanti juga dapet bagian kok, kalo pun gak dapet ya gak masalah, syukuri aja, pilih yang memang layak dan bisa merealisasikan desa kita ini jadi lebih baik kedepannya “ sahut bu Ida.

“Heemh kalo saya sih pilih yang ngasih nya paling banyak jadi kan lumayan toh” sahut bu Veni. “iya-iya itu terserah ibu-ibu lah mau pilih yang mana itu kan hak ibu-ibu tapi saya saran in si pilih yang kerjanya nyata loh bu”. Jawab bu Ida. “Ya nggak gitu dong bu ida, kita harus liat dulu nih kampanye nya gimana, apa  yang dia kasih, kalo itu lumayan banyak, ya kita pilih yang banyak supaya kedepanya juga Desa ini bisa berkembang dan punya pemimpin yang gak pelit sama warganya”. Sahut bu muzda.

Lalu datang anak bu Veni  namanya sisi yang pulang dari Kuliah nya,  sisi sekarang menginjak semester 5 ia memilih jurusan ilmu Pemerintahan karena ia sangat suka dengan perpolitikan, ia juga dikenal orang yang ramah, sopan santun, dan lumayan cerdas. “assalamu’alaikum bu” ucap sisi. “Waalaikumsalam, eh sisi udah pulang gimana kuliahnya lancar to” ucap bu Veni “alhamdulillah lancar bu, oh iya ini lagi pada ngapain kumpul-kumpul begini” tanya sisi.  “oh kita lagi ngocok arisan sambil bincang-bincang masalah pemilihan yang diundur minggu depan” jawab  bu Ida.

Oh gitu, terus-terus gimana para calonnya lagi parade kampanye kan”. Tanya sisi lagi. “iya nih nak, tapi belum ada aja yang kampanye di kampung kita, mama jadi bingung mau pilih siapa, soalnya kalo calon gaada duitnya mama gak akan nyoblos”jawab mamanya sisi (Bu veni)  “ya jangan gitu dong mah kan kita harus nyoblos gaboleh Golput, kan kita yang bakal nentuin kepala desa yang nantinya bakal bikin Desa  kita ini berkembang,  ya iyasih tapi itu hak kita bagaimana pandangan kita, yaudah sisi ke kamar dulu ya mah, mau ganti baju dulu” sahut Sisi.

Sisi pun pergi kekamar dan para ibu-ibu pun melanjutkan kegiatan nya. Beberapa lama kemudian ada calon 01 sedang berkampanye di jalan dan mengunjungi kampung tersebut, lalu ia berkampanye dan memberikan bingkisan-bingkisan sembako yang didalamnya juga berisikan amplop, sambil berkampanye ia pun mengatakan “pilih nomor satu, karena nomor satu gak ada dua nya”. Selang beberapa hari kemudian ada calon 02 datang ke kampung itu sama hal nya dengan calon 01 tetapi ia hanya memberikan bingkisan-bingkisan sembako saja, dan sambil berkampanye, ia mengatakan “jangan lupa pilih nomor 2 karena nomor 2 JURDIL (jujur dan adil)”.

Hari-Hari berganti hingga tibalah hari dimana para warga harus memilih atau mencoblos para calon untuk Menjadi Kepala Desa di Desa Buntu tersebut.  Sementara itu dirumah bu Veni, Bu Veni sedang berbicara pada sisi(anaknya) bu Veni mengatakan  “Nak pilih nomor satu ya” “loh emang kenapa mah”. Jawab sisi.  “Kan kita udah dikasih sembako nak, ditambah juga ada amplopnya, lumayan kan buat jajan-jajan”. Sahut bu Veni.  “hmmmm…Nggak deh mah, aku kayaknya mau nyoblos nomor dua aja, soalnya nomor dua kelihatan nya sangat tulus buat jadi Kades, dan kelihatan kerjanya pun juga ikhlas,”.jawab sisi. “jangan loh nak, nomor dua tuh pelit lho, kita Cuma dikasih sembako doang gak ada amplopnya, udah pilih nomor satu aja”. Sahut bu Veni.

“emangnya setelah calon nomor satu yang akan menang nantinya bakalan setiap bulan ngasih sembako gitu,  nggak kan,  jadi ya nggak selamanya orang itu bakal ngasih mah”. Sahut Sisi.  “Ya iya sih tapi lihat di pas kampanye kan nomor satu itu lumayan banyak ngasihnya loh”. Sahut bu Veni.  “yaudah itu terserah mamah itu kan hak mamah, tapi aku sih tetep mau coblos nomor dua mah, karena kerja nya nyata bukan hanya ia ngasih barang atau apapun itu, tapi dilihat dari apa yang dia kerjakan dan apa jasa yang dia berikan sebagai Kades”. Saking cerdasnya Sisi, ia pun memberi tahu mamahnya tentang apa itu libertarian “ nih mah aku kasih tau, Semasa hidup, kemungkinan besar Kita selalu bertindak seperti seorang libertarian, apa itu bertindak seperti libertarian? Bertindak layaknya seperti seorang libertarian yaitu menjadi seseorang yang punya adab. Contoh, kita menghormati orang lain, menghormati Pendapat orang lain, kita mungkin Ada rasa ingin menampar wajah orang lain atas apa yang mereka katakan dan yang kita anggap menyinggung perasaan, tetapi kita mendahulukan akal sehat dan memilih meninggalkan orang tersebut, atau hanya membalas kata-katanya dengan kata-kata.” Mamah nya Sisi pun diam tak bisa berkutik, karena ya memang mamahnya dulu tidak sekolah hingga seperti anaknya yang bisa berpikir kritis, dan disitu bu Veni bilang “yasudah deh terserah kamu ya memang sih jika ingin mempunyai seorang pemimpin yang baik itu dilihat dari warganya, dari diri kita sendiri yang menginginkannya”.

Nah akhirnya mereka pun pergi ke TPS terdekat dan memilih calon yang menurut mereka layak untuk menjadi Kades di Desa ini. Karena sejatinya, kebebasan itu ialah sebagai kemampuan manusia untuk mengatur perilaku dan kehidupannya menurut kehendaknya sendiri tanpa dibatasi atau dihalangi.  bahwasannya  dalam berpolitik seseorang diperbolehkan mengemukakan pendapat ataupun tindakannya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, yang hal itu juga dapat menciptakan berbagai orientasi politik yang berbeda-beda, meskipun dalam visi dan misinya mereka tetap mengarah pada satu tujuan yang sama. Sering kali sesuatu yang selalu dianggap salah oleh orang-orang menjadi hal yang wajar dalam dunia perpolitikan.

(***)

Bagikan Artikel Ini