Beranda » Berkebun dengan Metode Hidroponik

Berkebun dengan Metode Hidroponik

Oleh :Tasya Salsabila

Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Email : tasya.salsabila21@mhs.uinjkt.ac.id

Indonesia merupakan negara agraris, yang menjadikan pertanian salah satu sektor penting bagi masyarakat Indonesia. Ketika akan memulai berkebun, tentunya membutuhkan lahan. Namun, terkadang lahan yang sempit menjadi penghambat bagi seseorang untuk memulai berkebun. Sedangkan, minat masyarakat untuk berkebun selalu meningkat. Khususnya pada kondisi pandemi ini menjadikan masyarakat mengemari budi daya tanaman yang mereka lakukan di rumah. Oleh karena itu, kementerian pertanian melalui direktorat jendral hortikultura melakukan upaya berupa inovasi teknologi untuk bercocok tanam di lahan sempit, salah satunya melalui metode hidroponik.

Pada tahun 1936 seorang agronomis, Dr. William Frederick Gerickle. Menciptakan istilah “hidroponik” untuk budidaya tanaman air. hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai media untuk menggantikan tanah. Yang membedakan antara metode bercocok tanam hidroponik dengan bercocok tanam konvensional adalah pada media bercocok tanamnya. Pada metode hidroponik menggunakan media air, sedangkan pada metode konvensional menggunakan tanah sebagai media tanamnya.

Bagi masyarakat yang gemar berkebun, namun terkendala lahan yang sempit. Tidak perlu khawatir lagi, karena dapat memilih budidaya dengan metode hidroponik. Bercocok tanam dengan metode hidroponik dapat dilakukan di pekarangan rumah, atap rumah, maupun lahan sempit lainnya. Jenis tanaman yang dapat ditanam pada lahan Sempit di antaranya adalah kelompok bunga, semak hiasan, perdu dan hiasan, sayuran, dan buah – buahan. Dalam menunjang keberhasilan budidaya, tentunya memerlukan media tanam yang sesuai dengan sistem hidroponik, kriteria yang diperlukan, yaitu bebas dari hama serta patogen, dan media tanam yang digunakan mengandung kalsium atau kapur. Contoh dari media tanam yang sesuai dengan karakteristik tersebut adalah arang sekam, cocopeat, rockwool, kapas, dan spons.

Beberapa jenis hidroponik yang paling umum digunakan diantaranya adalah Wick system, Nutrien Film Technique (NFT), Deep Water Culture (DWC), dan Ebb and Flow Systems (Food and Drain System). Dalam Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO Vol. 1.No.2 Tahun 2014, dijelaskan bahwa Pembuatan media tanam dengan konsep hidroponik bukanlah hal sulit, dengan bahan – bahan yang mudah digunakan serta didapatkan dengan harganya yang cukup murah. Misalnya, apabila kita menggunakan bak sebagai media maka hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan antara lain bambu, papan, terpal, plastik, styrofoam. Selanjutnya, membuat bak tersebut sebagaimana bak pada umumnya. Setelah selesai dibuat bak, terpal dibentangkan agar dapat menampung air. Dan harus di pastikan bahwa terpal sudah terpasang dengan baik dan dilihat ada kebocoran atau tidak. Setelah bak terisi air yang mana kedalamannya tidak melebihi ketebalan styrofoam. Selanjutnya styrofoam yang sudah tersedia dimasukkan ke dalam bak, sebelum styrofoam tersebut dimasukkan ke dalam bak harus dilubangi terlebih dahulu dengan ukuran diameter sekitar 4 cm. Lubang tersebut berguna sebagai tempat meletakkan benih sayuran/buah yang akan ditanam.

Pada dasarnya, styrofoam tersebut berfungsi sebagai pengganti media tanah. Dalam beberapa hari, benih yang ditempatkan di dalam styrofoam tersebut mulai tumbuh. Tanaman sayuran, bisa dipanen setelah berusia 40 hari. Selama proses perkembangan, akar tanaman akan mencari air yang meresap di syterofoam. Styrofoam tersebut nantinya bisa digunakan untuk bertanam sayuran selama berkali–kali. Hal tersebut merupakan kelebihan dari bertanam dengan konsep hidroponik yang mana media tanam dapat digunakan berulang kali tanpa harus mengganti medianya. Cukup dengan menggantikan air dan membersihkan styrofoam yang kemudian didiamkan beberapa hari, kemudian dapat digunakan lagi untuk meletakkan benih dan media styrofoam tersebut dapat digunakan selama 1,5 tahun
Apabila pembuatan media hidroponik telah selesai, maka langkah selanjutnya adalah penanaman hidroponik. Dikutip dari Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO Vol. 1.No.2 Tahun 2014 berikut tahapan yang harus dilakukan apabila ingin melakukan budidaya dengan metode hidroponik.
1. Pembibitan.
Pilihlah bibit yang berkualitas, agar mutu buah atau sayur yang dihasilkan cukup optimal.
2. penyemaian system hidroponik
penyemaian dapat menggunakan bak dari kayu/plastik. Bak tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1: 1 : 1. Semua bahan tersebut dicampur rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7 cm. lalu masukkan biji tanaman dengan jarak 1 x 1,5 cm. Tutup dengan tisu/karung/kain yang telah dibasahi agar kondisi tetap lembap. Kemudian lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam mulai kelihatan kering. Setelah itu buka penutup, apabila biji berubah menjadi kecambah. Kemudian pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun.
3. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa, sekam bakar, serabut bebatuan. Kemudian isi kantung plastik, polybag, pot plastik, atau bantalan plastik dengan media tanam yang sudah disiapkan.
4. Pembuatan Green House
Bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house. Green house dapat dibuat dari rangka besi, rangka bambu atau rangka kayu. Green house digunakan untuk menyimpan tanaman pada saat tahap persemaian ataupun pada saat sudah dipindah ke media tanam yang lebih besar.
5. Pupuk
Media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media tanam. Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.
6. Perawatan Tanaman
Pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan perawatan pada penanaman sistem konvensional seperti pemangkasan, pembersihan gulma, penyemprotan pupuk dan daun.

Apabila semua tahapan telah dilakukan dengan baik, tentunya kita mengharapkan tanaman yang dihasilkan juga baik. Agar kualitas tanaman yang dihasilkan baik, maka kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan budi daya hidroponik. Dikutip dari buku dasar-dasar bercocok tanam, terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan hidroponik. Yaitu, faktor primer (terdiri dari air baku, mineral dan nutrisi atau pupuk, media tanam, oksigen, dan pembibitan) dan faktor sekunder (terdiri dari suhu, cahaya, dan kelembapan).
Dikutip dalam artikel “Bisnis Baju Sepi karena Pandemi, Warga Blitar Ini sukses Berkebun Hidroponik”. Menyatakan bahwa David Sugianto (43), warga Blitar berhasil meraih omzet berkisar Rp. 5.000.000 hingga Rp. 6.000.000 juta perbulannya dari hasil menanam sayur-sayuran dengan metode hidroponik. Ia menanam lima belas jenis sayuran seperti sawi, selada, hingga kangkung. Dan sebulan sekali dirinya mengaku memanen sayurnya. Entah itu kangkung, sawi, dan sayur lainnya. Kemudian, ia jual hasil panennya dengan harga berkisar Rp. 7.000 hingga Rp. 15.000 per ikat tergantung jenis sayurnya. Namun, ia menyatakan bahwa proses penanaman sistem hidroponik yang ia lakukan tidak selalu berjalan mulus. Beberapa kali dirinya sempat gagal sehingga hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan yang sudah direncanakan. Tetapi walaupun kegagalan selalu datang, namun dirinya tidak berputus asa.

Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa perkembangan dalam budidaya tanaman dengan sistem hidroponik terus berkembang dari waktu ke waktu. seperti yang kita ketahui bahwa di zaman sekarang ini lahan tanam khususnya di perkotaan semakin sempit, yang membuat banyak orang tidak lagi leluasa dalam bercocok tanam. Namun, dengan adanya sistem hidroponik dapat menjadi solusi dalam mengatasi lahan yang sempit. penanaman dapat dilakukan dimana saja dan tersedia banyak media yang dapat digunakan untuk hasil panen yang baik. Sistem hidroponik ini merupakan alternatif yang tepat bagi masyarakat perkotaan atau masyarakat modern yang memiliki lahan terbatas, karena dengan sistem hidroponik ini berkebun menjadi lebih mudah.

Bagikan Artikel Ini