Beranda » Bagaimana Menjadi Mahasiswa yang Uswatun Hasanah

Bagaimana Menjadi Mahasiswa yang Uswatun Hasanah

foto dokumentasi penulis

Pada dasarnya mahasiswa adalah kalangan muda intelektual yang memiliki peran bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga bagi masyarakat, bangsa dan negara. Sejarah membuktikan tahun 1998 adalah catatan kegemilangan perjuangan mahasiswa dalam menuntut keadilan di negerinya sendiri. Saat rakyat tak bisa bicara, mahasiswalah tonggak terdepan yang seharusnya mengaspirasikan suara masyarakat.

Namun hari ini perkembangan zaman memberikan implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan manusia, termasuk mahasiswa. Sebagai agen perubahan, mahasiswa dituntut untuk bisa menyeimbangkan laju perkembangan tersebut dengan bermodalkan pengetahuan yang diperoleh baik di dalam ataupun di luar kampus. Ironisnya, perkembangan zaman banyak memiliki dampak buruk pada kehidupan mahasiswa. Hal ini yang kemudian menjadi faktor pemicu terjadinya kemerosotan moral pada mahasiswa di era abad 21. Beberapa dampak dantaranya:

Budaya mengkonsumsi narkoba

Fenomena penggunaan narkoba bukan suatu yang baru di Indonesia dan sering menjadi isu pemberitaan media. Mahasiswa yang seringkali dipandang sebagai orang terdidik, agen perubahan sosial dan berbagai atribut mulia lain yang disematkan pada diri mereka ternyata banyak mengkonsumsi narkoba. Menurut Dewan Pengurus Pusat (DPP) Aliansi Relawan Perguruan Tinggi Anti Penyalahgunaan Narkoba (Artipena) menegaskan, kerja sama perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri di seluruh Indonesia, sangat penting dalam mencegah peredaran narkoba di lingkungan kampus. Sebab, 27% pengguna narkoba di Indonesia dari kalangan pelajar dan mahasiswa.

Seks bebas

Masalah lain yang kerap dikaitkan dengan mahasiswa adalah kehamilan di luar nikah akibat seks bebas. Proses pengendalian diri yang sangat lamban di tengah arus perubahan yang sangat besar akan berimplikasi buruk pada kehidupan mahasiswa. Kamar kos seringkali menjadi saksi bisu tempat kebanyakan mahasiswa melakukan hubungan intim di luar nikah. Fenomena kumpul kebo bukan lagi suatu yang tabu bagi kebanyakan mahasiswa.

Budaya menyontek dan plagiasi

Aktivitas menyontek dan plagiasi (menjiplak) tulisan orang bukan suatu yang baru lagi di kalangan mahasiswa. Kehadiran teknologi ternyata justru sangat memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk melakukan tindakan amoral ini. Ketika ujian dimulai, mahasiswa mencari informasi sebagai pendukung jawaban mereka melalui gadget. Ada juga yang menyelipkan “kertas-kertas kecil” berisi poin-poin penting dalam lembaran jawaban ujian. Selain menyontek, plagiasi juga sudah membudaya di kalangan mahasiswa. Berkat bantuan mesin pencari, mental easy going semakin bertumbuh subur. Betapa tidak, banyak mahasiswa yang melakukan copy paste dari tulisan orang, mengganti identitas dengan namanya kemudian mengumpulkan hasil penjiplakan itu ke dosen. Hal ini tentu saja suatu perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sejatinya berbagai informasi di internet hanyalah sebagai referensi yang mendukung proses pengerjaan tugas, bukan diambil secara mentah.

Titip absen (TA)

Istilah TA yang merupakan akronim dari titip absen merupakan hal lumrah dan seringkali dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Biasanya, mahasiswa akan menyuruh teman meniru tanda tangan pada baris namanya. Budaya titip absen ini merupakan representasi dari kepribadian mahasiswa yang malas, tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Beberapa kampus mengantisipasi tumbuh dan berkembangnya budaya titip absen dengan menerapkan sistem absen sidik jari. Kemerosotan moral tentu saja sesuatu yang tidak diinginkan oleh kebanyakan orang, termasuk mahasiswa. Guna mengatasi masalah tersebut sehingga mahasiswa kembali pada jalur yang benar diperlukan bantuan dari semua elemen. Tidak hanya pemerintah, melainkan juga keluarga, teman sepermainan, sekolah dan juga pihak kampus.

 

Dari penyampaian diatas kita perlu mengembalikan fitrah Mahasiswa sebagai perannya bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan negara. Mahasiswa zaman sekarang tentu punya perbedaan dengan mahasiswa zaman dahulu. Mahasiswa sekarang lebih tertarik mengikuti tren dan gaya hidup yang sedang hits. Untuk kamu yang mau memasuki dunia perkuliahan atau sedang menjalani perkuliahan, kamu harus tahu cara menjadi mahasiswa ideal dan Uswatun Hasanah di era global masa kini.

Apa maksud rasul uswatun hasanah?

uswatun hasanah artinya suri tauladan (contoh) yang baik. Maksud dari Rosul uswatun hasanah adalah Rosul yang dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi kita semua. siapa sebenarnya Rosul uswatun hasanah itu? Rosul uswatun hasanah adalah Nabi Muhammad SAW

Sebagaimana firman Allah surat al-ahzab ayat 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah

Yaitu dengan menjadi Mahasiswa yang ideal dan Uswatun Hasanah

Dalam ayat tersebut mengandung perintah kepada kita untuk menteladani Nabi Muhammad dalam hal:

  1. Kesabaran,
  2. Usaha bersabar,
  3. Istiqomah,
  4. Perjuangan, dan
  5. Penantian beliau terhadap pertolongan dari Allah

Maka menjadi mahasiswa ideal dan Uswatun Hasanah berarti kamu mampu berpikir positif terhadap sesuatu yang kamu lakukan dan kerjakan. Menjadi mahasiswa ideal dan Uswatun Hasanah berarti kamu juga harus mampu menyeimbangkan antara sisi akademik, organisasi, dan pekerjaan. Sehingga saat berkuliah tujuanmu nggak cuma untuk mengejar IPK yang tinggi, tapi juga mengembangkan kemampuan berorganisasi, kemampuan untuk memimpin yang baik, mampu mengatur anggotamu dengan baik, dan bisa mengeluarkan pendapatmu di depan banyak orang yang mana akan berguna nantinya saat terjun ke dunia masyarakat secara profesional.

Oleh karenanya Mahasiswa ideal dan Uswatun Hasanah kamu perlu menerapkan nilai-nilai mulia yang diteladankan Rasulullah diantaranya sebagai Iron Stock dan Agent of Change.

Sebagai Iron Stock:

Mahasiswa adalah calon pemimpin masa depan. Maka mahasiswa harus menjadi pemimpin yang adil sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah. Dengan empat sifat mulai kepimpinan ala Rasulullah yaitu Shidiq (Integritas), Amanah (Profesional), Thabligh (Komunikatif), Fathonah (Visioner).

Sebagai  Agent of Change

Mahasiswa tidak boleh diam terhadap kemunkaran ataupun kedzaliman yang tejadi di lingkungannya. Namun sebelum melakukan perubahan mahasiswa harus selesai dengan dirinya sendiri. Maka mahasiswa harus menjadi uswatun atau teladan, dengan melakukan perubahan untuk dirinya sendiri, perubahan menuju pribadi yang lebih baik.

Demikian Mahasiswa yang ideal dan uswatun hasanah merupakan sosok yang digadang-gadang akan menjadi sosok yang bisa meneruskan langkah sukses di masa depan serta menjadi penerus cita-cita bangsa.

 

Bagikan Artikel Ini