Beranda » Analisis Ilmiah Novel ‘Hujan’ Karya Tere Liye

Analisis Ilmiah Novel ‘Hujan’ Karya Tere Liye

Sebuah karya yang pada hakikatnya dibuat dengan mengedepankan aspek keindahan di samping keefektifan penyampaian pesan. Karya sastra hadir dari hasil pemikiran pengarang mengenai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata. Karya sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan ide dan kreativitas yang ia miliki. Pengarang menyalurkan salah satunya dengan cara menulis.

Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis tanah air yang produktif dan berbakat, dengan nama asli Darwis. Nama Tere Liye sendiri diambil dari bahasa India yang memiliki arti “untukmu”. Sebelum diketahui memiliki nama asli Darwis, tidak banyak yang tahu mengenai biodata atau biografi singkat dari Tere Liye. Bahkan di halaman belakang setiap novelnya juga tidak terdapat keterangan mengenai sang Penulis. Meski begitu, dikutip dari akun YouTube MBS TV Yogyakarta, Tere Liye sempat memperkenalkan dirinya dalam acara seminar kepenulisan di PPM MBS Sleman Yogyakarta. Ada kurang lebih 42 karya yang telah diterbitkan diantaranya 2 karya cerpen, 3 karya kumpulan kutipan, 2 karya kumpulan sajak, dan 35 karya novel.

Dia bekerjasama dengan beberapa perusahaan penerbitanuntuk menerbitkan karyakaryanya, seperti Republika, Gramedia Pustaka Utama, dan Mahaka.Serta ada tiga karya yang belum diterbitkan namun sudah bisa dibaca di aplikasi Google Play Books seperti Si Anak Pelangi (2019), Selamat Tinggal (2020), dan The Gogons 2: Dito & Prison of Love (2020).

Tere Liye merupakan penulis novel dengan genre yang beragam. Sehingga para pembaca tidak pernah bosan dan selalu dibuat penasaran. Seperti genre keluarga (Moga Bunda disayang Allah), genre romance (Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin), genre fantasi (Kisah Sang Penandai), genre politik (Negeri Para Bedebah), genre action (Serial Pulang), genre sejarah (Rindu), dan genre Sci-fi (Serial Bumi). Tere Liye juga tidak pernah lupa menyisipkan banyak pesan tentang kehidupan seperti pengetahuan, moral, dan agama di setiap karyanya. Dia begitu piawai mengolah kalimat yang sederhana dan mampu meyentuh hati para pembaca. Tidak heran jika Tere Liye memiliki begitu banyak penggemar yang senantiasa menanti karya barunya.

Seperti novel Hujan yang sampai sekarang masih banyak dibeli oleh para pemburu novel remaja. Tere Liye mampu mengemas kisah romansa ke dalam cerita yang bertema ilmiah. Hal itu dapat dilihat dari ceritanya yang mengisahkan tentang kisah asmara antara Lail dengan Esok di tengah kecanggihan teknologi yang terdapat di masa depan. Meski bertema ilmiah, Tere Liye tetap memilih beberapa nama dan istilah yang sederhana sehingga pembaca mudah memahami dan ikut hanyut dalam cerita. Di novel Hujan, Tere Liye juga menegaskan tentang pentingnya menjaga lingkungan, serta mengajarkan tentang arti bahagia sesungguhnya adalah dengan cara menerima.

Kisah dari novel Hujan sendiri secara keseluruhan mengambil tema tentang “Hubungan Politik Antar Negara Yang Membahas Perubahan Iklim Akibat Bencana Gunung Meletus”. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut: “Cerita gadis ini justru berpusat pada masalah dunia sejak gempa bumi terjadi” Berdasarkan tema tersebut, Tere Liye mampu menyajikan kisah yang memiliki makna tentang persahabatan, cinta, melupakan, dan perpisahan.
Novel Hujan karya Tere Liye menceritakan kehidupan Teknologi dunia pada masa depan, adalah pada tahun 2042 yang sudah sangat maju. Saat itu pertumbuhan penduduk bumi sudah tidak dapat dibendung lagi,ketika dunia sedang mencari jalan keluar dari permasalahan merebaknya orang-orang di bumi ditambah krisis air yang mencekik, tiba-tiba alam menyediakan solusinya sendiri.

Sebuah bencana yang tidak terduga menjadi muasal cerita ini. setiap penikmat sastra yang membaca novel ini harus berimajinasi dengan kehidupan masyarakat yang serba modern dimasa itu. Dalam novelnya yang berjudul Hujan pengarang tidak semata-mata menyajikan kerangka kisah menarik, tetapi satu-persatu digambarkan isi gagasan, peristiwa jiwa, keadaan perasaan para pelakunya secara mendalam dan terperinci.

Hujan menjadi tajuk utama dari novel ini, memiliki makna tentang kejadian-kejadian penting yang dialami tokoh utama. Hal itu dapat dilihat dari kutipan narasi berikut: “Lail selalu suka hujan. Dalam hidupnya, seluruh kejadian sedih, seluruh kejadian bahagia, dan seluruh kejadian penting terjadi saat hujan. Pagi ini dia tahu ayahnya telah pergi selama-lamanya ketika hujan abu turun membungkus kota. Bukan hujan air, tapi tetap saja esensinya hujan”.

Tere Liye mengikat unsur-unsur pembangun novel Hujan dengan menggunakan alur campuran. Hal ini bisa dilihat dari cerita dalam novel yang dimulai dari tahap klimaks dimana Lail, sebagai tokoh utama, datang ke Pusat Terapi Saraf untuk melupakan tentang hujan. Kemudian cerita berlanjut dan dirangkai secara runtut dari awal hingga akhir (maju), namun juga terdapat kilas balik (flashback).

Novel Hujan secara garis besar mengambil latar waktu di era modern, tepatnya pada tahun 2042 sampai 2050. Pada waktu itu teknologi sudah canggih. Dan setelah terjadi bencana gunung meletus, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin canggih, seperti pada kutipan berikut:“21 Mei 2042,” Elijah berkata takzim. “Itu hari yang tidak bisa kita lupakan.” Dan juga kutipan berikut: “Tidak usah khawatir. Pemerintah akan memikirkan solusinya. Mereka akan punya teknologi mengatasinya.

Ini sudah tahun 2050, apa pun bisa diatasi dengan ilmu pengetahuan”. Berdasarkan kutipan tersebut, ada banyak sekali teknologi yang dapat membantu saat terjadi bencana. Seperti pelepasan pesawat ulang-alik untuk menghentikan musim dingin, piranti modifikasi ingatan untuk menghilangkan trauma, dan juga kapal angkasa terbang yang mampu menampun sepuluh ribu penumpang terpilih untuk tinggal di angkasa dan melewati musim panas ekstrem di sana.

Novel Hujan yang mengambil latar waktu 2050, menunjukkan jika perilaku sosial masyarakat di sana telah banyak menggunakan teknologi yang lebih modern untuk menunjang seluruh aktivitas keseharian mereka agar lebih efektif dan efisien. Dalam kutipan “Itu piranti model terbaru. Ukurannya 2 x 3 sentimeter, ditanam di lengan. Tinggal menggoyangkan lengan, layar itu menyala. Masih banyak penduduk kota yang belum terbiasa. Tapi karena bekerja di perusahaan teknologi informasi, ibu Lail telah mengenakannya sejak enam bulan lalu.

Sangat praktis. Layar itu bisa melakukan banyak hal”. Dari kutipan tersebut diketahui jika pada tahun 2042, handphone telah berubah bentuk menjadi sebuah cip yang ditanam di dalam lengan. Fungsinya sangat beraneka ragam, mulai dari penunjuk waktu, alat komunikasi, dan alat pembayaran. Kemudian pada tahun 2050, muncul sebuah proyektor portabel yang berbentuk bola kecil yang memungkinkan penggunanya dapat melakukan presentasi dimana pun dan kapan pun.

Meski kehidupan masyarakatnya telah dikelilingi teknologi modern, hal itu tidak membuat jiwa sosial mereka pudar. Saat terjadi bencana, mereka berusaha untuk tetap saling peduli dan tolong menolong. Tere Liye menggunakan beragam jenis gaya bahasa untuk menyampaikan isi dari novel Hujan. Tidak heran jika novel Hujan memiliki cerita yang begitu hidup dan membekas di hati para pembaca.

Bagikan Artikel Ini