Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia, sejatinya merupakan fondasi yang mengikat seluruh rakyat Indonesia dalam satu kesatuan nilai. Namun hari ini, kenyataan pahit mulai muncul ke permukaan: banyak generasi muda yang asing bahkan apatis terhadap nilai-nilai Pancasila. Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa terjadi? Dan lebih penting lagi, siapa yang harus bertanggung jawab?
Generasi muda hidup di era digital yang serba cepat, penuh distraksi, dan terpapar nilai-nilai global yang kadang bertentangan dengan jati diri bangsa. Dalam keseharian, Pancasila tidak lagi menjadi rujukan utama dalam bersikap. Toleransi kian menipis, semangat gotong royong mulai luntur, dan keadaban dalam bersosialisasi—terutama di media sosial—semakin jarang dijumpai. Padahal nilai-nilai ini merupakan inti dari Pancasila.
Banyak yang menyalahkan generasi muda karena dinilai tidak peduli pada bangsanya. Namun menyalahkan mereka secara sepihak justru menutup mata dari akar masalah yang lebih dalam. Bagaimana Pancasila diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi? Apakah sekadar teori yang harus dihafal untuk ujian? Atau pernahkah benar-benar dijelaskan dengan pendekatan yang relevan dan menyentuh realitas mereka?
Pendidikan nasional harus mengevaluasi metode pengajaran Pancasila. Tanpa pendekatan kontekstual dan dialogis, Pancasila hanya akan menjadi teks mati. Di sisi lain, lingkungan keluarga, media, dan tokoh publik pun memiliki tanggung jawab moral. Keteladanan dalam mengamalkan nilai Pancasila jauh lebih efektif daripada sekadar ceramah moral belaka.
Negara juga memiliki tanggung jawab strategis. Kebijakan publik, peraturan, hingga perilaku para pejabat harus mencerminkan nilai Pancasila. Bagaimana generasi muda bisa mencintai Pancasila jika yang mereka lihat adalah ketidakadilan, korupsi, dan diskriminasi yang justru bertentangan dengan sila-sila Pancasila?
Menumbuhkan kembali kedekatan generasi muda dengan Pancasila bukan tugas satu pihak. Ini adalah tanggung jawab kolektif—pendidik, orang tua, pemimpin, dan media. Pancasila tidak cukup diajarkan, ia harus dihidupkan. Hanya dengan itulah generasi muda dapat merasa memiliki dan mencintai nilai-nilai luhur bangsa mereka sendiri. Humaedi, (Universitas Pamulang).