Beranda » Benarkah Bahasa Slang (Gaul) Dapat Memengaruhi Bahasa Ibu?

Benarkah Bahasa Slang (Gaul) Dapat Memengaruhi Bahasa Ibu?

ilustrasi - Foto dokumentasi penulis

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan yang lainnya menggunakan sebuah tanda, kata, atau gerakan. Bahasa gaul bisa diartikan sebagai anak alay atau anak lebay, alay adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah perilaku remaja di Indonesia. Istilah ini merupakan stereotip yang menggambarkan gaya hidup yang dianggap norak dan kampungan. Alay juga merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan dan selalu berusaha menarik perhatian. Anak lebay tersebut memiliki bahasa khas para kalangannya (kata-katanya diubah-ubah sedemikian rupa, sehingga hanya bisa dimengerti oleh di antara mereka saja) bisa dipahami oleh hampir seluruh remaja di Indonesia.

Bahasa gaul ini juga dapat berkembang karena beberapa faktor lainnya, seperti media sosial, televisi, radio, dan dapat juga karena faktor lingkungan sekitarnya. Televisi banyak menayangkan atau menyajikan beberapa program-program yang menampilkan kealayan mengguna bahasa tersebut yaitu bahasa gaul. Sehingga remaja mengekspresikan bahasa gaul melalui media sosial.

Oleh karena itu bahasa gaul berkembang dengan cepat dan dapat memengaruhi bahasa Indonesia. Sudah menjadi tanggung jawab yang paling utama bagi pemerintah untuk mencegah televisi dari menampilkan sebuah acara televisi yang menggunkan bahasa yang tidak baku, ataupun bisa disebut bahasa alay (lebay). Dan para orang tua di rumah harus membimbing putra putrinya agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Berbahasa pun sangat erat dalam kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi muda di negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin saja bahasa Indonesia akan makin sempoyongan dan memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi seperti ini, oleh karena itu diperlukan sebuah pembinaan dan belajar sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti hal buruk itu.

Memengaruhi dalam arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini telah jaelas di masyrakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan genarasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi inilah yang paling banayk menggunakan dan menciptakan bahasa-bahasa gaul lainnya di masyarakat.

Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk belajar berbahasa Indonsesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah, di kampus, atau di tempat kerja, kita diharuskan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ujian ataupun tugas sekolah dikerjakan dengan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di sebuah kantor, laporan yang kita buat tidak diperkenankan menggunakan bahasa gaul.

Jadi menurut saya, ketika kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa gaul yang sebagai komonikasi. Karena beberapa bahasa gaul bersifat toxic atau perkataan kotor. Yang di mana itu biasanya digunakan oleh teman dekat. Bila digunakan untuk berbicara kepada orang dewasa maka kesan nya seperti tidak sopan.

Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat terutama dikalangan remaja.

Apalagi dengan maraknya dunia di kalangan para artis menggunakan bahasa gaul di media massa dan elektronik, membuat remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah menajdi wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru. Pemakaian bahasa indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film, sinema elektronik (sinetron) mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja, yang dikenal dengan bahasa gaul.

Karena bahasa gaul yang begitu mudah digunakan untuk berkomunikasi dan hanya orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih memilih untuk menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa Indonesia makin pudar bahkan dianggap kuna di mata remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat bahasa indonesia. Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Bahasa gaul dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata gaul tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya. Penggunaan bahasa gaul yang makin marak di kalangan remaja merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda makin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di pada masa yang akan datang.

Menghadapi derasnya laju perkembangan zaman saat ini memang harus di sikapi secara bijaksana. Masyarakat secara sadar atau tidak sadar telah melakukan pergeseran kata-kata dalam berkomunikasi sehari-hari. Banyak sekali kita jumpai Studi kasus penggunaan bahasa di media sosial. Bahasa Indonesia sangat rentan terhadap pengaruh globalisasi, baik itu mendapatkan pengaruh positif ataupun negatif.

Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat dijadikan sarana pembinaan bahasa yang dilakukan oleh para pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, Badudu, Kridalaksana, Sugono, Sabariyanto, Finoza, serta Arifin dan Amran memberikan batasan bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan, dan wacana teknis yang harus digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan semantis. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku.

Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa.

Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa gaul di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.

Bagikan Artikel Ini