Beranda Pemerintahan Warga Tolak Alihfungsi SDN Gerem Menjadi SMPN 15 Cilegon

Warga Tolak Alihfungsi SDN Gerem Menjadi SMPN 15 Cilegon

Aksi penolakan pengalihfungsian SDN Gerem III menjadi SMPN 15 oleh Abdul Rojak bersama wali murid dan warga Gerem. (Ist)

CILEGON – Rencana Pemkot Cilegon yang akan mendirikan SMP Negeri 15 di Kecamatan Grogol mendapatkan penolakan dari banyak kalangan. Betapa tidak, wacana sekolah yang semula akan didirikan di SDN Cikuasa II itu belakangan dialihkan ke SDN Gerem III di lingkungan Kagungan, Kelurahan Gerem.

Persoalannya lagi-lagi menyangkut lahan. Rencana Pemkot Cilegon menyulap lahan dan bangunan SD yang sudah ada untuk menjadi SMP tak semudah Walikota Cilegon Helldy Agustian yang biasa memperagakan sulap dengan media tisu di hadapan aparaturnya. Rencana yang juga dilakukan di beberapa wilayah itu tak ayal menuai reaksi penolakan warga.

“Kami bukannya menolak didirikannya SMP 15, tapi silakan gunakan lahan lainnya saja. Karena lahan di SDN Gerem III itu memiliki sejarah panjang bagi kami. Lahan itu diperjuangkan oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat kami Kiyai Hilman Ismail beserta masyarakat sekitar tahun 1973 dan barulah didirikan pada sekitar tahun 1980-an sebagai SD Inpres melalui gotong royong masyarakat dari tiga kampung, yaitu Kagungan, Kawista dan Gerem Kulon,” ungkap Abdul Rojak, Tokoh Masyarakat setempat, Rabu (20/5/2021).

Ketua Fraksi Golkar DPRD Cilegon ini menambahkan, pernyataannya tersebut mewakili sikap penolakan warga yang berasal dari tokoh masyarakat, Ketua RT dan RW, LSM, komite sekolah, orangtua dan wali murid hingga kalangan alumni SDN Gerem III.

“Kebetulan saya sendiri juga adalah alumni SDN Gerem III, makanya saya sendiri tidak setuju alihfungsi. Kalau alasannya sekolah itu tidak produktif sehingga akan dialihfungsikan, jelas itu salah. Karena kan ini lagi musim pandemi, siswanya belajar daring. Ada hampir 200 siswa di enam kelas sekolah ditambah satu ruangan guru. Wali murid jelas menolak kalau anak mereka nantinya malah akan dipindahkan ke beberapa SD yang lain,” terangnya.

Di bagian lain, Abdul Rojak mengendus adanya upaya Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Cilegon yang terus melakukan berbagai cara untuk memuluskan rencana tersebut.

“Kenapa harus dipaksakan kalau jelas itu ada penolakan banyak warga? Lagi pula kan sudah ada sekitar 7 sekolah setingkat SMP di wilayah kami. Kan akan lebih baik lagi bila Pemkot misalnya membangun sekolah baru dengan lahan bengkok milik Kelurahan. Kalau itu dipaksakan, warga sendiri rencananya akan mendatangi gedung DPRD untuk menyampaikan aspirasinya kalau Dindik masih terus ngotot,” tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, rencana yang sama diketahui juga akan dilakukan Pemkot Cilegon di atas lahan milik SDN Walikukun di lingkungan Lebak Kelapa, Kelurahan Lebak Denok, Kecamatan Citangkil untuk didirikan SMP Negeri 14. Lagi-lagi hal itu menuai protes warga dan wali murid.

Baca : Wacana Pemkot Cilegon Ubah Gedung SD Jadi SMP, Wali Murid di Citangkil Resah

Sebelumnya dikonfirmasi Kepala Dindik Cilegon, Ismatullah mengungkap bahwa pihaknya saat ini masih berupaya melakukan pendekatan secara persuasif kepada masyarakat di sekitar SDN untuk dapat mendukung rencana tersebut.

“Saat ini masih dalam tahap kajian, belum menjadi kesimpulan. Karena kan ada masyarakat yang menolak namun ada pula yang mendukung, jadi sementara ini masih kita tampung dulu,” ujarnya.

Dijelaskan Ismatullah, pihaknya pun masih berupaya agar rencana serupa dapat terlaksana di tiga wilayah Kecamatan lainnya yakni Citangkil, Jombang dan Purwakarta.

“Secara prosentase kan memang membutuhkan tambahan (SMP Negeri). Karena kan penduduk di wilayah itu juga perlu hadir dengan adanya sekolah baru. Karena kan dengan pola zonasi ini sekolah sudah harus mendekati komunitas masyarakat. Jadi jangan sampai berpikir anak SD-nya dikemanakan, tapi dibalik pemikirannya anak SMP-nya dikemanakan kalau sekolahnya tidak ada,” katanya. (dev/red)

 

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini