Beranda Opini Penanganan Bencana di Indonesia

Penanganan Bencana di Indonesia

Banjir di Kelurahan Tamansari, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon

Oleh: Ananda Lisa Mamduha, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Semua orang pasti setuju kalau tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Banyak bencana alam dan hal yang tak terduga terjadi di tahun ini. Kali ini saya akan membahas tentang kejadian yang mempengaruhi masyarakat di Indonesia. Serta baik dan buruknya penanganan bencana yang terjadi.

Dimulai dari bulan Januari. Di Jakarta, pada awal tahun sudah diguyur hujan yang sangat lebat. Sampai mengakibatkan banjir di mana-mana, bahkan tempat yang terkenal tidak pernah terkena banjir sebelumnya, terkena juga. Hampir seluruh daerah Jakarta terkena banjir. Berdasarkan hasil pemantauan BMKG di Landasan Udara TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma (Jakarta Timur), curah hujan Rabu (1/1/2020) mencapai 377 milimeter hingga paling besar 335 mililiter. Angka ini merupakan curah hujan tertinggi yang menerpa Jakarta.

Masyarakat Jakarta banyak yang menyalahkan gubernur Anis Baswedan yang katanya tidak bekerja maksimal, padahal Pak Anis sudah melakukan yang terbaik untuk Jakarta, terutama dalam hal penanganan banjir. Buruknya dalam penanganan banjir kali ini adalah pemerintah tidak melakukan pencegahan jika terjadi banjir. Seperti memperbaiki saluran pembuangan, membuka lahan hijau, dan lain-lain. Pemerintah malah melakukan pelebaran jalan raya yang tidak memperhatikan saluran pembuangan, memperbaiki jalur khusus pejalan kaki yang ditutupi oleh keramik sehingga air tidak bisa menyerap dengan baik. Dan pada saat terjadi banjir, pemerintah kerepotan untuk menanganinya karena hal tersebut dan minimnya jumlah tim penolong dari pihak pemerintah.

Untuk pemerintah maupun masyarakat, dalam penanganan banjir sebaiknya memperhatikan lingkungan sekitar, apakah saluran pembuangan lancar atau tidak, apakah sampah menumpuk atau tidak, apakah masih ada masyarakat yang tinggal di pinggir kali atau tidak, agar tidak terjadi banjir terus menerus tiap tahun. Masalah utama banjir itu adalah dari diri kita sendiri. Kalau saja kita sayang dengan lingkungan, menjaga kebersihannya, tidak membuang sampah sembarangan, insya Allah tidak akan terjadi banjir lagi.

Masuk pada bulan Februari. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, selama periode 1 Januri 2020 hingga 27 Februari 2020 terjadi 652 bencana di seluruh Indonesia. Selain banjir, ada tanah longsor, gelombang pasang, puting beliung, dan kebakaran hutan dan lahan. Banjir tidak terjadi hanya di Jakarta saja, tetapi terjadi di daerah lainnya, salah satunya Lebak, Banten. Banjir di sana lebih parah dari Jakarta, bahkan sampai longsor. Banyak masyarakat Lebak kehilangan rumahnya sehingga mereka mengungsi di tempat yang lebih aman. Kebakaran hutan dan lahan terjadi di Aceh, Riau, Maluku, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Penanganan buruk pada bencana karhutla atau kebakaran hutan dan lahan adalah pemerintah tidak bisa melacak titik api penyebab karhutla. Padahal, pemerintah memiliki alat pendeteksi api. Tim penanganan karhutla ini juga sangat amatir, harusnya kerja lebih profesional.

Menurut saya, sebaiknya pemerintah dan jajarannya maupun tim bencana harus bekerja dengan profesional dan memanfaatkan alat-alat yang ada. Masyarakatpun juga harus ikut waspada, taat pada aturan pemerintah, tidak membakar sampah sembarang tempat, dan jika membakar sampah, selesainya harus dipadamkan apinya sampai benar-benar padam tidak ada bara api yang menyala.

Kali ini bukan bencana alam, tetapi virus yang menyerang manusia dan hewan. Pada bulan Maret, masyarakat Indonesia sudah ada yang positif virus Corona. Sebenarnya, virus Corona atau yang sering disebut Covid-19 ini sudah ada dari bulan Desember 2019 di Wuhan, Cina. Sebelum Indonesia terkena, virus ini sudah menyebar di beberapa negara. Penyebarannya sangat cepat sehingga korban yang positif cepat bertambah. Orang yang terkena virus ini bisa mengakibatkan meninggal dunia. Sampai saat ini, jumlah masyarakat Indonesia yang positif Covid-19 sudah ada 37.420, 13.776 sembuh, dan 2.091 meninggal dunia.

Awal adanya Covid-19 di Indonesia, pemerintah menganjurkan semua masyarakat Indonesia untuk berdiam di rumah selama 14 hari. Tetapi karena 14 hari itu angka positif semakin bertambah, pemerintah memperpanjang masa karantina. Semua kegiatan bertemu orang banyak seperti sekolah, kerja, kuliah, dan lain-lain dilakukan di rumah. Bahkan di beberapa provinsi dilakukan adanya PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. PSBB ini juga tidak berjalan mulus, ada saja masyarakat yang melanggar, mungkin karena mereka sudah jenuh berdiam di rumah terus. Sampai saat ini, pemerintah menerapkan “New Normal” atau bahasanya Kehidupan Baru. Yang di mana New Normal ini berjalan seperti biasanya sebelum ada Covid-19.

Tetapi, dengan protokol kesehatan yang ketat demi mengurangi penyebaran Covid-19. Pada awal pandemi ini, pemerintah dalam menangani virus ini sangat buruk, karena kekurangan tenaga medis untuk merawat pasien. Banyak pasien yang tak tertolong nyawanya. Sampai pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong mengomentari buruknya penanganan Covid-19 di Indonesia. Indonesia memiliki kualitas medis yang sangat buruk, menurut saya itu memang benar. Pada awal pandemi ini ada, banyak rumah sakit di Indonesia yang kekurangan tenaga medis dan alat pelindung diri (APD). Karena negara tidak cukup untuk membiayainya.

Sampai pada bulan Mei, Alhamdulillah hampir semua rumah sakit di Indonesia sudah memiliki tenaga medis yang cukup dan APD yang lengkap. Kurva kematian Covid-19 juga menurun. Menurut saya, pemerintah harus memiliki aturan yang jelas terhadap Covid-19 ini dan masyarakat juga harus taat pada aturan pemerintah, jangan kumpul-kumpul, pokoknya taat sama pemerintah agar pandemi ini cepat berakhir dan kita semua bisa hidup normal seperti dulu lagi.

Banyak gunung yang erupsi pada bulan April 2020. Semua gunung yang akan saya sebutkan ini sudah dipantau melalui rekaman seismograf pada tanggal 10 April 2020. Yang pertama ada Gunung Semeru. Gunung ini adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa, tingginya mencapai 3.676 mdpl atau meter di atas permukaan laut. Gunung ini terakhir meletus pada tahun 2015. Pada tanggal 10 April 2020, terjadi satu kali letusan yang menghasilkan kolom erupsi warna asap putih tebal, tinggi asap kolom 400 meter mengarah ke utara. Yang kedua ada Gunung Merapi.

Letusan terakhirnya terjadi pada 29 Maret 2020 dengan kolom erupsi setinggi 1.500 meter di atas puncak. Pada tanggal 10 April 2020, terjadi erupsi pukul 9.10 WIB. Gunung ini terkenal karena sering mengalami erupsi. Letusan terparah pada gunung ini terjadi pada tahun 2010 yang mengakibatkan sedikitnya 353 orang tewas, termasuk Mbah Maridjan. Yang ketiga ada Gunung Dukono. Gunung ini terletak di Maluku Utara. Letusan terakhir gunung ini terjadi pada 26 Maret 2020. Pantauan 10 April 2020, gunung terlihat jelas, di mana asap kawah bertekanan lemah, berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 100-250 meter di atas puncak kawah. Yang ke-4 ada Gunung Ibu.

Gunung ini juga terletak di Maluku Utara. Gunung ini mengalami erupsi terus menerus dari tahun 2008. Letusan terakhir pada 7 April 2020 menghasilkan tinggi kolom erupsi 800 meter. Yang terakhir ada Gunung Anak Krakatau. Erupsi gunung ini terjadi pada 10-11 April 2020. Erupsi ini menghasilkan dentuman yang bisa terdengar oleh sebagian masyarakat jabodetabek. Untuk bencana alam gunung meletus menurut saya tidak ada penanganan yang buruk, karena bencana ini sering terjadi. Jadi, pemerintah maupun masyarakat sudah biasa dengan bencana ini dan tahu harus berbuat apa jika bencana ini terjadi. Untuk masyarakat harus selalu bersikap waspada apalagi yang tinggal di daerah rawan gunung meletus, selalu siap dalam merencanakan evakuasi, menyimpan nomor-nomor telepon penting, mencari tempat yang aman untuk mengungsi, dan memiliki kendaraan yang siap dipakai kapan saja untuk mempermudah transportasi.

Di bulan Mei 2020, Alhamdulillah tidak ada bencana alam, tetapi ada fenomena astronomi. Banyak berita yang mengatakan bahwa pada bulan Mei ini ada hujan meteor. Iya benar adanya, tetapi tidak bisa dilihat oleh masyarakat Indonesia. Karena hujan meteor ini bisa dilihat di belahan bumi selatan. Yang terjadi di belahan bumi selatan ini adalah hujan meteor Eta Aquarids dengan intensitas di atas rata-rata yang mamp menghasilkan hingga 60 meteor per jam pada saat puncaknya. Pada 7 Mei 2020, terjadi bulan purnama supermoon, di mana bulan ini terlihat jelas, terang, dan bulat.

Penampakan alam ini bisa dilihat oleh seluruh masyarakat Indonesia. Konon katanya, Supermoon ini adalah yang terakhir di tahun 2020. Selanjutnya ada bulan baru. Bulan akan terletak di sisi bumi yang sama dengan matahari dan tidak akan terlihat di langit malam. Fase ini terjadi pada pukul 00.39 UTC atau pukul 07.39 WIB. Menurut saya, kali ini tidak ada penanganan yang baik maupun yang buruk. Karena ini fenomena astronomi yang tidak mempengaruhi keadaan Indoneisa, tetapi bisa dinikmati dengan cara melihat langit menggunakan teropong.

(**)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini