Beranda Opini Optimalisasi Dakwah ‘Virtual’ di Bulan Ramadhan

Optimalisasi Dakwah ‘Virtual’ di Bulan Ramadhan

Deni Darmawan Dosen Agama Islam Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Oleh : Deni Darmawan, Dosen Agama Islam Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Menjalankan ibadah Ramadhan di saat pandemi Covid-19 memang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Semua kegiatan mulai dari bekerja, belajar termasuk ibadah dilakukan di rumah. Bahkan sampai idul fitri nanti bagi wilayah yang berzona merah akan melaksanakan sholat ied di rumah masing-masing. Dampak pandemi Covid-19 memang cukup luas, tidak hanya dari bidang ekonomi dan sosial, namun juga kegiatan keagamaan.

Namun, ditengah pandemi seperti ini apakah kita cukup pasrah, terlebih di bulan Ramadhan kali ini. Bukan berarti saat ketika di rumah kita tidak lagi produktif dan diam tanpa kreativitas. Begitu juga dengan sejumlah pengurus masjid, majelis tal’lim dan komunitas apakah di bulan Ramadhan saat pendemi dakwah dan syiar Islam terhenti. Berapa banyak para penceramah dan mubaligh yang sudah dicantumkan jadwal tausiahnya di berbagai masjid juga terhenti. Hingga MUI Pusat berupaya memberikan bantuan sosial kepada para ustadz dan guru ngaji karena tidak lagi ceramah dan mengajar di masjid dan majlis ta’lim.

Ada baikknya pengurus masjid, majelis ta’lim dan komunitas agar tidak hanya berdiam diri. Syiar dan dakwah harus dihidupkan kembali terlebih di tengah pandemi Covid-19. Saat ini kita hidup di era revolusi industri 4.0 atau era di gital. Meningkatnya media teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat. Tujuannya adalah memudahkan kebutuhan masyarakat modern, terutama ilmu pengetahuan agama. Bagi masyarakat yang risau, panik, resah gelisah karena Covid-19 akan teratasi dengan siraman rohani oleh para mubaligh/dai/penceramah sehingga menimbulkan dampak ketenangan dan mampu mengendalikan rasa panik dan resah gelisahnya.

Sudah saatnya para pengurus bisa melek teknologi dan menyadari bagaimana mengoptimalkan dakwah virtual melalui media teknologi informasi dan komunikasi di tengah pandemi ini.

Banyak cara dalam mengoptimalkan dakwah virtual ditengah pandemi di bulan Ramadhan. Diantaranya dengan menggunakan aplikasi video conference yang bisa melibatkan 100 sampai 500 jamaah. Para jamaah bisa melihat, mendengar kajian, tausiah sang mubaligh bahkan tanya jawab. Bisa juga cara lain, seperti pengurus masjid, majlis ta’lim dan komunitas bisa membuat tv channel agar para mubaligh bisa mengirim videonya di edit sedemikian rupa agar para jamaah bisa menikmati siraman rohani.

Begitu juga dengan para mubaligh atau penceramah. Sebagai seorang pendakwah mampukah menyampaikan tausiahnya dengan menggunakan media informasi dan komunikasi agar bisa berinteraksi dan berdakwah ke jamaah. Atau melalui akun media sosial sebagai wadah kreativitas dengan membuat konten dakwahnya agar lebih variatif dan menarik.
Kita harus memahami dengan perubahan zaman apalagi ditengah pandemi seperti ini. Sejatinya, kegiatan dakwah tidak hanya dapat dilakukan dalam satu masjid, majlis atau komunitas yang disampaikan secara manual atau tatap muka. Dakwah bisa dilakukan dimana saja, dan kapanpun, meski tanpa tatap muka. Era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan adanya internet bisa memudahkan aktivitas manusia khususnya dakwah.

Internet bisa dipergunakan sebagai salah satu alternatif untuk berdakwah secara strategis dan terciptanya komunikasi yang baik antar umat yang semakin menglobal ini. Keberadaan media yang bisa mempertemukan antara sang mubaligh, dai, penceramah dan jamaah dalam dunia virtual atau maya. Hingga daya jangkau dakwah akan lebih luas dan efektif. Tidak hanya mempertemukan jamaah dalam negeri bahkan dari belahan dunia ini. Optimalisasi dakwah di bulan ramadhan ditengah pandemi akan tercipta tatkala kedua belah pihak (pengurus dan mubaligh) bisa memanfaatkan media teknologi informasi dan komunikasi dengan sebaik mungkin. Bisa saja, setelah pandemi covid-19 ini berakhir, dakwah virtual akan terus berkembang masa kini dan masa depan.

Organisasi Islam Nahdhatul Ulama (NU) sudah lebih dulu menghimbau kepada warga nadhliyin untuk bisa beribadah, bekerja dan belajar di rumah saja. Hal senada juga dilakukan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) dengan mengeluarkan surat edaran nomor 6 tahun 2020 agar umat Islam beribadah di rumah hingga masuk ke Ramadhan pun dilakukan di rumah saja.

Tentu segala aktivitas amaliyah ramadhan seperti buka puasa bersama, taraweh berjamaah, peringatan nuzulul Qur’an, serta kegiatan lainnya ditiadakan di masjid. Bahkan para da’i, mubaligh, ustadz, kyai yang biasanya mengisi ceramah di masjid, musholla, majlis ta’lim, dan berbagai instansi lainnya yang sudah terjadwal dimasa pademi wabah corona tidak bisa menyemarakkan syiar dan dakwah saat ini hingga memasuki bulan suci Ramadhan nanti.

Diperlukan kreativitas, ide, gagasan, serta terobosan baru bagi masjid, musholla, majelis ta’lim, komunitas, dan berbagai instansi lainnya agar syiar dan dakwah tetap hidup, tetap semarak, walaupun tinggal di rumah. Para ustadz yang biasa berdakwah di channel yotube atau media sosial lainnya. Sebelum Ramadhan pun bersama tim official-nya mereka memanfaatkan berbagai teknologi dengan menggunakan video conference dengan men-invited para jamaahnya untuk bisa bergabung atau membuat video kajian atau video pendek lainnya yang akan di share di media sosial lainya.

Mereka sudah lebih dulu berdakwah dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dengan melakukan pengajian daring melalui video conference di rumah masing-masing. Bahkan saat diberlakukannya PSBB, mereka sudah berusaha memaksimalkan dakwahnya di rumah sehingga ilmu dan keimanan jamaahnya terus meningkat.

Optimalisasi dakwah ditengah pandemi corona harusnya dapat kita lakukan walaupun hanya dirumah saja. Dakwah Islamiyah harus bisa juga semarak dalam menyambut ramadhan apalagi di tengah kondisi seperti ini, syiar dan dakwah jangan terhenti. Jamaah harus mendapat siraman rohani ditengah keringnya spiritual karena wabah corona. Jamaah harus tetap terisi aspek spiritualnya agar tetap mendapat ilmu, mendapat asupan iman, hingga mendapat ketenangan, dan kebahagiaan jiwa. Sehingga jamaah bisa lebih sabar dalam menghadapi ujian di saat pandemi corona ini.

Diharapkan Pengurus masjid, musholla, komunitas, majelis ta’lim atau intansi lainnya sudah mulai ‘aware’ untuk bisa menghidupkan dakwah dengan menggunakan teknologi komunikasi dengan berbagai aplikasi yang sudah ada. Aplikasi yang menyediakan video conference dengan gratisan atau berbayar perbulan, sehingga aplikasi tersebut bisa mempertemukan 500 orang dari berbagai daerah secara virtual dalam sekali waktu.

Para mubaligh, da’i, ustadz diharapkan juga tidak hilang sisi kreativitas dan semangat jihadnya untuk bisa membumikan syiar dan dakwah di saat pandemi ini. Para da’i bisa mengemas dakwahnya melalui berbagai cara dengan menggunakan aplikasi yang bisa di share ke media sosial. Saatnya para da’i, ustadz untuk melek teknologi agar bisa dimanfaatkan untuk bisa berdakwah dengan alat penunjang yang dimiliki agar terlaksana pengajian daring walaupun di rumah saja.

Walaupun kenyataanya, memang tidak semua para da’i, mubaligh atau ustadz yang bisa melakukan syiar dan dakwah karena keterbatasan alat atau lainnya. Maka, pengurus masjid, musholla, majelis ta’lim, komunitas, serta instansi lainnya untuk ambil peran dan ambil bagian untuk bisa semarakkan pengajian atau tausiah daring dengan optimalisasi dakwah di tengah pandemi corona. Setidaknya, para pengurus tidak hanya tinggal diam ditengah situasi sepert ini, apalagi saat di tengah bulan Ramadhan nanti.
Perlu diingat, orang Indonesia mempunyai jiwa petarung dan daya juang. Hal ini dibuktikan di saat masa penjajahan dahulu, dengan penuh semangat dan jihad melawan penjajah, kita mampu melawan dan merebut tanah air. Begitu juga ditengah pandemi wabah corona ini, kita harus yakin bahwa kita bisa melawan covid-19 dengan mentaati aturan pemerintah, dan bergotong royong membantu antar sesama dan menjadi garda terdepan memutus mata rantai penularan covid-19. Kita tidak hanya di uji secara lahir saja, tapi juga secara bathin, sejauh mana kita bersabar dan berikhtiar untuk melewati ini semua.
Di tengah pandemi wabah corona, dakwah harus terus berjalan, kegiatan keagamaan harus tetap semarak. Apalagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, kegiatan amaliyah seperti sholat taraweh, tadarus Qur’an, buka puasa bersama, dan kegiatan lainnya yang bisa kita semarakkan di rumah masing-masing.

Tidak saja para ustadz, da’i atau mubaligh, yang mempunyai inisiatif dan ide mengoptimalkan dakwah disaat Corona terlebih di bulan Ramadhan. Hendaknya pengurus masjid, mushola, majelis ta’lim, komunitas, dan instansi juga menjadi garda terdepan dalam mengoptimalkan dakwah di saat pandemi corona ini dan saat bulan Ramadhan. Pengurus harus mengoptimalkan memanfaatkan teknologi komunikasi agar syiar dan dakwah yang sudah terjadwal bisa hidup dan berjalan optimal sehingga bisa meningkatkan keimanan dan keilmuan jamaah.

Diharapkan pengurus masjid, musholla, majelis ta’lim, komunitas dan instansi untuk menjadi penggerak dan menjadi inisiator dalam mengoptimalisasikan syiar dan dakwah Islam di saat pandemi dan di bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 104 Allah Swt berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

(**)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini